Pegiat Ecoprint Kombinasikan Karya di Puncak Becici

Pegiat Ecoprint Kombinasikan Karya di Puncak Becici

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Pegiat ecoprint atau seniman batik berbahan dari alam menggelar pameran produk-produk mereka di Puncak Becici, Gunung Cilik Dlingo Bantul. Lima komunitas mewakili lima kabupaten/kota memamerkan karya-karya siap pakai dan bahan jadi.

Aneka jenis karya ecoprint berpadu menyatu dengan latar pohon pinus yang menjulang pada salah satu destinasi wisata favorit di selatan Yogyakarta ini.

Pemilihan lokasi ini pun bukan sembarangan, melainkan ingin mengedukasi pengunjung dan pembeli bahwa semua yang ada di sekitar Becici bisa menjadi bahan membuat karya ecoprint.

"Kami memilih Becici karena di sini alamnya kelihatan sekali dengan latar hutan pinus kami ingin menyandingkan ecoprint dengan latar alam, maka melted-nya akan bagus banget," ujar Puthut Ardiyanto, Ketua Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI), Minggu (5/2/2023).

Becici juga merupakan pusat dari daun dan pohon-pohon yang bisa dibuat untuk ecoprint. Ada pohon Lanang, pohon Janitra, Ekualiptus dan banyak lagi.

"Kami ingin pengunjung melihat ini loh hasilnya setelah dicetak di kain, hasilnya akan seperti ini. Jadi mereka tetap dapat kan edukasi dengan datang ke sini," lanjutnya.

"Saya kira ini merupakan pilihan yang tepat karena mensinergikan alam dan produk alam yang kita buat. Selain Becici itu kan merupakan tempat wisata dengan pengunjung yang banyak. Paling tidak target Rp 10 juta bisa dihasilkan pada gelaran sehari ini," tambahnya.

Lima gerai UMKM ecoprint dari Magelang, Klaten, Kulonprogo, Bantul dan Kota Yogyakarta ini menjual ragam produk mulai dari harga Rp 30.000-an hingga jutaan. Produk berupa pouch, sepatu hingga setelan pakaian.

"Kami juga memberikan pengertian, edukasinya ini yang mahal, karena yang dipakai ini pasti kain serat alami, kalau tidak serat alami maka tidak bisa dicetak untuk ecoprint, itulah kenapa disebut edukasi yang mahal," kata Puthut.

Puthut menjelaskan kenapa ecoprint menggunakan serat alami? Karena bahan ini mudah terurai, pewarnaannya juga menggunakan pewarna alami seperti kayu Tegeran untuk warna kuning, warna pink dan ungu dari Secang yang cokelat kayu Tingi atau Mahoni semua ada di sini (Becici).

Salah satu peserta dari brand Alang, asal Magelang Nur Handayani mengaku senang mengikuti pameran ini. Dia bersama rekannya merasa bangga dengan ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan.

"Kita sebagai warga negara Indonesia di era sekarang memang sudah harus ikut membuat sesuatu yang ramah lingkungan dan memanfaatkan dari flora fauna yang ada sekitar kita," ujarnya.

“Dengan ikut pelatihan pada November 2020, dilatih oleh Mas Puthut, kami yang tadinya kita tidak tahu jenis-jenis tanaman tahunya itu tidak bermanfaat tapi ternyata bisa kita olah sedemikian rupa. Sehingga bisa mengangkat perekonomian perempuan," lanjutnya.

Selain memanfaatkan dedauna, dia juga termotivasi menanam. “Jangan kita mengambil saja, tetapi ada keberlanjutan, ada sustainable-nya. Maka kita menanam untuk tabungan anak cucu kita ke depan," kata dia.

Ketua Badan Lazismu Pusat, Mahli Zainuddin mengatakan, ecoprint merupakan salah satu dari 30 dan kegiatan lazismu dalam pilar pemberdayaan ekonomi.

"Lazismu memiliki program yang lain dalam bidang pendidikan sosial kemanusiaan keagamaan dan beberapa lingkungan hidup yaitu ecoprint ini," paparnya.

Mahli melanjutkan, pihaknya tidak punya kapasitas untuk menggerakkan langsung maka Lazismu bekerja sama dengan pihak ketiga. “Dalam hal ini yaitu Mas Puthut dan kawan-kawan AEPI (Asosiasi Eco-Printer Indonesia). Program ini sudah berjalan dua tahun, awalnya saat pandemi Covid-19," kata dia.

Program ini dari hulu sampai hilir berjalan dan mengalir lancar. Lazismu memberikan pendampingan, biasanya persoalan pemasaran.

"Maka kami menyediakan showroom di Jakarta tepatnya di kantor Lazismu. Showroom ini khusus untuk ecoprint dari seluruh Indonesia, semua UMKM binaan Lazismu memberikan kontribusi untuk mengisi showroom yang dibangun sejak November 2020," ujarnya. (*)