Pasar Kangen ke-17 Digelar Saat DIY Menghadapi Darurat Sampah
Pasar Kangen berpotensi menghasilkan volume sampah yang signifikan.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pasar Kangen Yogyakarta yang tahun ini memasuki usia ke-17 digelar saat menghadapi tantangan besar terkait pengelolaan sampah, di tengah kondisi darurat sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Event kuliner tahunan yang berawal sebagai program trauma healing pascagempa 2006 itu kini harus berhadapan dengan isu lingkungan yang krusial.
"Kami menyadari tanggung jawab besar terhadap lingkungan. Pasar Kangen bukan hanya tentang melestarikan kuliner tradisional, tapi juga tentang bagaimana kita bisa berkontribusi positif terhadap lingkungan di tengah krisis sampah yang kita hadapi," ujar Ong Hari Wahyu, founder Pasar Kangen, Selasa (2/6/2024).
Dengan 289 tenant yang terdiri dari 187 stan kuliner, 102 stan barang antik dan jasa serta 8 workshop, Pasar Kangen berpotensi menghasilkan volume sampah yang signifikan.
Dampak lingkungan
Menghadapi situasi seperti ini, penyelenggara telah mengambil langkah-langkah konkgret meminimalisasi dampak lingkungan.
Ong menjelaskan, di antaranya adalah bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengelolaan dan pembuangan sampah serta juga memberlakukan aturan ketat "Buang Sampah pada Tempatnya" bagi tenant dan pengunjung.
"Selain itu menyediakan titik-titik tempat sampah terpisah untuk sampah plastik dan non-plastik. Melarang penggunaan tas plastik dan mewajibkan penggunaan pembungkus makanan ramah lingkungan," ujarnya.
Tema Natas-Nitis-Netes (selesai dengan sempurna, tepat sasaran dan membuahkan hasil) yang diusung tahun ini tidak hanya merujuk pada upaya melestarikan kuliner tradisional, tetapi juga mencerminkan harapan penyelenggara agar pengelolaan sampah dapat terlaksana dengan baik.
Tepat sasaran
Ong Hari Wahyu menambahkan, melalui tema ini pihaknya ingin menegaskan komitmen untuk menyelesaikan event dengan sempurna, termasuk dalam hal pengelolaan sampah.
"Kami berharap upaya ini bisa tepat sasaran dalam mengedukasi masyarakat dan akhirnya membuahkan hasil berupa peningkatan kesadaran lingkungan," kata dia.
Kepala Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Dra Purwiati, menambahkan TBY sangat mendukung inisiatif Pasar Kangen dalam mengelola sampah. Ini sejalan dengan upaya pemerintah mengatasi permasalahan sampah di Kota Pariwisata. "Kami berharap langkah ini bisa menjadi contoh bagi event-event lain," ujarnya.
Langkah-langkah tersebut diharapkan tidak hanya berdampak selama berlangsungnya event, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dengan demikian, Pasar Kangen tidak hanya menjadi agen pelestarian kuliner tradisional, tetapi juga turut serta mengatasi krisis sampah di Yogyakarta. (*)