Pasangan Suami Istri Ini Dikukuhkan Bersama Jadi Guru Besar UAD
Arkom dalam pidato ilmiahnya menyampaikan manfaat Habatussauda atau biji jinten hitam.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali mengukuhkan tiga guru besar (gubes) di kampus setempat, Selasa (30/1/2024).
Mereka adalah Akrom yang dikukuhkan sebagai gubes Bidang Ilmu Farmasi Klinik, Zahrul Mufrodi sebagai gubes Bidang Ilmu Teknik Kimia dan Erna Astuti sebagai gubes Bidang Energi, Sub Bidang Ilmu Pengembangan dari Biomassa.
Yang menarik, Zahrul dan Erna merupakan pasangan suami istri. Saat keduanya berbarengan dikukuhkan sebagai guru besar merupakan momen yang istimewa.
Rektor UAD, Muchlas, mengungkapkan saat ini jumlah gubes di UAD sudah mencapai 39 orang. Masih ada lima calon gubes lain yang siap dilantik. "Pada tahun 2024, UAD telah mempunyai kandidat guru besar sebanyak 50 orang," jelasnya.
Dengan pencapaian guru besar saat ini, lanjut Muchlas, diharapkan membawa UAD menuju prestasi empat tahun mendatang sebagaimana harapan BPH UAD yaitu mempunyai 20 persen guru besar dari total 739 dosen UAD.
ARTIKEL LAINNYA: Ironi Remaja di Kota Pendidikan, Banyak yang Gagal Kuliah Karena Biaya
Para gubes yang baru dikukuhkan tersebut agar senantiasa menyematkan spirit menjaga dengan baik marwah akademik di lingkungan UAD.
"Guru besar adalah mereka yang bertugas untuk menjaga marwah akademik dan marwah keilmuan di UAD dan Persyarikatan Muhammadiyah, serta dapat menghasilkan karya-karya yang spektakuler sesuai bidang masing-masing yang dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara," harapnya.
Arkom dalam pidato ilmiahnya menyampaikan manfaat Habatussauda atau biji jinten hitam (BJH) (Nigella sativa lin) merupakan salah satu tanaman obat yang dengan tegas dinyatakan dalam teks hadis Nabi Muhammad SAW sebagai obat segala macam penyakit.
"Tentu saja sinyalemen dari sunah nabi tersebut menjadi inspirasi utama kami melakukan penelitian dan pengembangan obat herbal," jelasnya.
Akrom menambahkan, stunting masih menjadi masalah prioritas di Indonesia. Dibutuhkan penanganan yang komprehensif mulai dari tindakan preventif dan promotif hingga kuratif dan rehabilitatif dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu, termasuk farmasis, terutama dari bidang farmakologi dan farmasi klinik.
"Awal tahun 2023 angka stunting nasional Indonesia pada angka 21,3 persen dan diharapkan pada akhir tahun 2024 turun menjadi kurang atau sama dengan 14 persen. Namun di beberapa wilayah Indonesia angka stunting jauh di atas 21,3 persen, tentu target penurunan angka stunting nasional menjadi 14 persen bukan perkara sederhana," kata dia. (*)