Nuryadin Pimpin Stikes Bantul, Kelas Jepang Unggulan

Kelak, setelah lulus mahasiswa memperoleh jaminan penempatan kerja di Jepang.

Nuryadin Pimpin Stikes Bantul, Kelas Jepang Unggulan
Serah terima jabatan Ketua Stikes Bantul dari Tetty Retno Puspitasari kepada Nuryadin. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Bantul yang belokasi di Jalan Parangtritis Km 11 Manding Sabdodadi Bantul berganti kepemimpinan dari Apt Tetty Retno Puspitasari M Far kepada Nuryadin MPd yang akan menjabat periode 2023 - 2027.

Serah terima jabatan dilakukan di kampus tersebut dengan dihadiri pihak Yayasan Bakti Mulia Wisesa yang menaungi Stikes Bantul.

“Saya sertijab pada Senin 28 Agustus 2023 dan tentu saya menyampaikan ucapan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya,” kata Nuryadin kepada koranbernas.id di kampusnya, Selasa (29/8/2028).

Dirinya berharap dukungan semua pihak sehingga semakin membawa kemajuan bagi Stikes Bantul yang memiliki jurusan D-3 keperawatan dan S1 farmasi tersebut.

Foto bersama jajaran pimpinan Stikes Bantul dengan Yayasan Bakti Mulia Wisesa. (istimewa)

Menurut Nuryadin saat ini salah satu yang menjadi keunggulan Stikes adalah kelas Jepang, kuliah perdana akan dimulai September mendatang.

“Saat ini yang masuk kelas Jepang ada 20 mahasiswa, khusus D-3 keperawatan yang kita persiapkan untuk kerja di Jepang. Bagi yang ingin bergabung, kami masih buka pendaftaran seminggu ini,” katanya.

Di kelas Jepang, selain ilmu keperawatan mereka secara khusus akan memperoleh pembelajaran bahasa Jepang, karakter  dan kultur serta sistem industri di Jepang.  “Saat lulusan dikirim ke sana sudah bisa dipakai serta link and match,” ungkapnya.

Tetty Retno Puspitasari menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan program yang sudah berjalan selama ini. “Saya berharap kepada Ketua Stikes yang baru bisa  membawa Perguruan Tinggi (PT) ini  lebih baik lagi,” katanya.

ARTIKEL LAINNYA: Padmanaba’s First Japanese Festival Digelar 16 September 2023, Jejepangan Jadi Tren Anak Muda

Pimpinan Yayasan, Ida Noor Kholis SP, berharap ke depan Stikes Bantul bisa semakin maju, berkembang ke arah yang lebih baik dengan capaian penerimaan jumlah mahasiswa, akreditasi serta kerja sama oleh kampus. Baik dengan masyarakat maupun lembaga di dalam dan luar negeri.

Badan Pelaksana Harian (BPH) Yayasan Bakti Mulia Wisesa, Slamet Raharjo MPd, berharap Stikes Bantul terus  bergerak melakukan perubahan yang lebh baik. Sebab tantangan ke depan semakin berat.

“Maka perlu terobosan yang dilakukan pimpinan Stikes Bantul agar bagaimana para lulusan ini bisa  berkompetisi dengan persaingan  kerja yang semakin ketat,” katanya.

Seperti diberitakan, Stikes Bantul memiliki dua program studi unggulan yang sudah tersertifikasi akreditasi baik dan unggul telah melaksanakan MoU dengan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Mau Yakin Bisa (MYB) Yogyakarta.

ARTIKEL LAINNYA: 13 Siswa IB Rumah Rias Uji Kompetensi Sertifikasi BNSP di Pakuwon Mall

LPK MYB merupakan Lembaga Pelatihan Kerja yang didirikan dengan spirit memajukan anak bangsa berkarya di negara Jepang.

Fokus utama LPK MYB adalah penempatan tenaga kerja ke luar negeri. Pelatihan utama yaitu pelatihan bahasa, budaya, etos kerja dan kompetensi teknis kejuruan yang digunakan di tempat kerja, agar siap menjalani kehidupan di negara tujuan.

Saat ini dengan kurikulum merdeka memungkinkan pendidikan tinggi memberikan penguatan sesuai minat dan bakat dari mahasiswa dengan melihat potensi dan peluang yang ada.

Stikes Bantul kemudian memutuskan untuk penguatan budaya, karakter di kelas unggulan Jepang, ditambah vokasi yang dibutuhkan di negara tersebut.

ARTIKEL LAINNYA: Anggota DPR RI Sukamto Buka Suara, Pilih Jadi Calon Bupati Sleman

Pihak yayasan memberikan dukungan berupa beasiswa dan subsidi di kelas unggulan. Kelak, setelah lulus mahasiswa memperoleh jaminan penempatan kerja di Jepang.

“Karena ini ada subsidi dan besasiswa yang besar bagi para mahasiswa, maka  akan digembleng mereka dengan sungguh-sungguh dan punya tekat yang kuat untuk bekerja ke Jepang setelah lulus,” kata dia.

Namun demikian, lanjut dia, ada konsekuensi di dalam pendidikan karena mereka memang dibiayai dengan anggaran yang tidak sedikit. “Harus ada kedisiplinan dan tekat yang kuat pada diri mahasiswa,” tegasnya.

Sebelum masuk kelas ini, sejak awal masuk kuliah mereka sudah melalui serangkaian tes wawancara dan menandatangani surat kesanggupan mengikuti pendidikan di kelas Jepang hingga penempatan dan kontrak kerja dengan diketahui orang tua.

ARTIKEL LAINNYA: ARTJOG Resmi Ditutup, Visi Misi Perihal Inklusivitas Harus Didengar Pemangku Kebijakan

"Kelas unggulan ini diberi subsidi dan beasiswa yayasan, jadi mengikuti pendidikan tidak boleh main-main. Mereka tidak ada biaya tambahan dibanding kelas reguler, hanya boarding-nya saja. Yang lain di-cover yayasan," tambah Nuryadin.

Direktur LPK MYB, M Fauzan Hidayatullah, menambahkan kebutuhan tenaga kerja di Jepang sangat tinggi termasuk menjadi perawat lansia di rumah sakit atau panti. Tahun 2023 misalnya dibutuhkan 5 juta tenaga kerja.

"Di kelas unggulan Jepang kami akan meramu kurikulum yang link and match dengan dunia kerja. Lulusan bisa memiliki kompetensi sesuai kebutuhan, sikap mental dan tentu saja mampu komunikasi dengan baik menggunakan bahasa Jepang. Nanti tenaga pengajar secara berkala akan kami datangkan juga dari negara tersebut agar mahasiswa bisa banyak bertanya terkait budaya dan etos kerja di sana," katanya.

Kepada mereka yang lulus akan dibantu mengurus segala surat-surat yang dibutuhkan dan kontrak pertama tiga tahun. "Setelahnya mereka tetap bisa tetap bekerja di sana, akan kita bantu karena memang kami dari LPK MYB selalu monitoring para tenaga kerja kami di Jepang. Atau bisa juga kembali dan membuka usaha atau bekerja di Indonesia," kata Fauzan. (*)