Mengusung Tema Singkong, Film Cinta Dicontreng Diluncurkan
Agar semua pelajar terutama jenjang SMA menonton kedua film tersebut.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Balai Teknologi dan Komunikasi Pendidikan DIY meluncurkan film berjudul Cinta Dicontreng atau Cireng dan Anak Singkong. Film yang melibatkan sejumlah seniman lokal itu diharapkan dapat mengedukasi para pelajar di DIY.
Film Cinta Dicontreng atau Cireng dibintangi oleh Briliana Desy Arfira atau lebih dikenal dengan Yu Ning di film Tilik. Film ini menceritakan pengurus OSIS mengadakan seleksi calon peserta lomba, setelah mendapatkan nama, ternyata mengundurkan diri alasan sakit.
Kemudian, terjadi perdebatan untuk menentukan nama pengganti. Ketua OSIS menyelidiki hingga menemukan fakta siswa yang mengusulkan untuk mengganti peserta menyuap calon peserta dengan peralatan vlog agar dirinya mundur.
Film yang dibintangi Susilo Nugroho atau Den Baguse Ngarso ini menceritakan sosok Cendani seorang anak yatim bersekolah di SMA Negeri.
ARTIKEL LAINNYA: Padmanaba’s First Japanese Festival Digelar 16 September 2023, Jejepangan Jadi Tren Anak Muda
Dia tinggal bersama Ibunya yang sudah tua, untuk memenuhi segala kebutuhan mereka bergantung dari hasil berjualan makanan dari bahan dasar singkong. Berawal dari tugas sekolah dan dukungan juragan singkong, Cendani membuat olahan singkong lebih inovatif dan kreatif agar dapat menembus pasar yang lebih luas.
“Kedua film ini mengandung pesan untuk pelajar di DIY, Cireng ini mengajarkan bagaimana proses berdemokrasi, bermusyawarah. Kalau Anak Singkong pesan tentang pelajar yang memiliki jiwa kewirausahaan,” kata Rudy Prakanto, Kepala Balai Tekkomdik DIY, Senin (28/8/2023).
Rudy mendorong agar semua pelajar terutama jenjang SMA menonton kedua film tersebut. Selain diunggah di Youtube, film tersebut akan ditayangkan di semua sekolah dengan harapan pesan bisa langsung dipahami para pelajar DIY.
“Film ini pembuatannya melibatkan para pelajar yang memiliki potensi dalam berakting. Tahun ini kami memproduksi lima film, tiga masih dalam proses, itu juga akan ditontonkan ke sekolah tetapi sifatnya mandiri. Nilainya tentu edukasi dan penanaman karakter,” ujarnya.
ARTIKEL LAINNYA: Andong Sapar Festival, Pengunjung Disuguhi Acara Tradisi hingga Makan Bersama Warga
Yu Ning mengaku senang bisa bermain film dengan para pelajar Yogyakarta. Prosesnya memang banyak pelajar yang masih kaku, akan tetapi setelah mereka sedikit berlatih dan hasilnya justru lebih natural.
“Itu reading-nya (gladi bersih semura urutan film) hanya digelar sekali saja. Saya sempat ragu, ini hanya digelar sekali. Tetapi setelah melihat hasilnya sangat menarik,” ujarnya.
Den Baguse Ngarso lebih menaruh harapan agar film tersebut bisa dilihat semua pelajar di DIY karena memuat pesan yang cocok menjadi penanaman karakter usia pelajar. “Maka saya sepakat ketika semua sekolah ini sebaiknya nonton film ini,” ujarnya. (*)