GIZ Dukung LPM UMY Kembangkan Padi Apung di Lahan Gambut

GIZ Dukung LPM UMY Kembangkan Padi Apung di Lahan Gambut

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerja sama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Indonesia pada 2022 silam telah melaksanakan program pengelolaan lahan gambut dengan sistem paludikultur berbasis masyarakat di Kalimantan Timur.

"Program ini tujuannya sebagai pusat pembelajaran petani melalui pembangunan demplot usaha pertanian di tengah rawa gambut. Selanjutnya hasil dari demplot tersebut dapat menjadi model pengelolaan usaha masyarakat yang ramah lingkungan di kawasan lahan gambut di Kalimantan Timur," kata Gatot Supangkat, Kepala LPM UMY saat melakukan panen bersama padi teknologi apung di Green House Fakultas Pertanian UMY, Rabu (4/1/2023).

Gatot Supangkat menjelaskan pelaksanaan program yang dilakukan di Desa Muhuran Kabupaten Kutai Kertanegara dan di Desa Minta Kabupaten Kutai Barat telah dilakukan sepanjang tahun 2020 dengan berbagai riset dan uji coba. Satu di antara yang telah dikembangkan adalah budidaya padi dengan teknik apung.

"Saat kami datang ke sana warga mengeluhkan gagal panen dan produksi padi tidak optimal. Warga memanfaatkan area rawa yang surut sebagai lahan tanam padi. Namun, lahan ini sering kali mendapat luapan air Sungai Mahakam, akibatnya padi terpendam air yang mengakibatkan gagal panen. Salah satu inovasi yang kami lakukan adalah menamam padi dengan cara terapung seperti yang saat ini bisa kita lihat di Green House Faklutas Pertanian UMY ini," lanjutnya.

Menurut Gatot, sistem pertanian padi apung merupakan teknik budi daya padi yang menggunakan rakit sebagai media tanam pada lahan tergenang air. Padi apung menjadi salah satu upaya adaptasi terhadap perubahan iklim untuk wilayah-wilayah rawan banjir atau rawa yang tergenang air.

Apabila padi apung dikembangkan di lokasi lahan rawan banjir atau rawa, maka akan terjadi peningkatan hasil produksi dan pendapatan bagi para petani karena adanya peningkatan nilai ekonomi dari lahan tersebut.

Tentu, sistem pertanian padi apung menjadi solusi untuk mengatasi dan memanfaatkan kondisi lahan rawan banjir dan rawa dengan optimal.

Sebagai bagian dari proses penelitian dan pengembangan teknologi pertanian, LPM UMY melakukan uji coba padi apung pada kolam rawa yang ada di utara Kampus UMY, Tamantirto.

Ir Mulyono selaku staf ahli penelitian menjelaskan, padi apung yang dikembangkan menggunakan rakit dari bambu dan media tanam bekas botol yang berisi lumpur, pupuk organik yang terbuat dari bulu ayam dan kompos.

"Kalau di Kalimantan Timur kemarin, kami menggunakan pupuk organik dari bahan kotoran burung walet, dan rumput kiambang yang diolah menjadi kompos sebagai campuran media tanam. Saat di Kalimantan Timur kami menggunakan padi jenis IR 64. Sedangkan di sini kami menggunakan jenis padi rojolele," urainya. (*)