Negara Agraris Kok Impor Beras, Pakai Pupuk Organik Hemat Rp 30 Triliun

Negara Agraris Kok Impor Beras, Pakai Pupuk Organik Hemat Rp 30 Triliun

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Pemerintah setiap tahunnya mengeluarkan anggaran Rp 10 triliun hingga Rp 30 triliun untuk pengadaan pupuk bersubsidi. Jika saja para petani beralih memakai pupuk organiik, pemerintah mampu berhemat.

Harapan itu disampaikan Prof Edi Yuwono dan Dr Ir Suprayogi dari Fakultas Pertanian Universitas Soedirman (Unsoed) saat memberikan penyuluhan kepada para kepala desa di Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo, Minggu (21/3/2021). Acara itu berlangsung di kediaman Erman Suparno, mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi era SBY.

Menurut Prof Edi, dirinya melihat banyak kotoran sapi dan sisa pengergajian kayu. Kedua bahan itu jika dicampur satu banding satu untuk kompos, butuh waktu 15 hari sudah bisa ditabur ke tanah.

Pupuk organik bermanfaat memulihkan lahan pertanian. “Mikroba itulah  yang membuat tanah menjadi subur. Kami akan menyewa lahan petani untuk kami pergunakan pertanian organik," kata Edi. Apabila masyarakat ingin menanam sendiri pihaknya bersedia memberi pengarahan.

Suprayogi menambahkan, Indonesia merupakan negara agraris namun kenapa masih selalu impor beras. "Saat Indonesia panen raya, kenapa Indonesia masih saja impor beras. Agraris kok impor beras," ujar Yogi,  sapaan akrabnya.

Dia menawarkan para petani beralih ke pupuk organik. "Pertanian menggunakan pupuk organik menghasilkan beras kualitas premium. Harganya Rp 12 ribu hingga Rp 17 ribu per kilogramnya," sebutnya.

Pihaknya menyediakan bibit varietas organik Inpari Unsoed 79 Agritan. "Varietas ini sudah ditanam di seluruh Indonesia. Hasilnya bagus,” ungkapnya.

Selain itu, hasil panennya pun lebih banyak daripada padi dengan pupuk kimia. “Tadi saat panen raya, padi dengan pertanian organik dan yang bukan perbedaannya jelas. Padi organik lebih subur. Pohonnya lebih tinggi," ucapnya.

Dalam kesempatan itu Erman dan keluarga melakukan panen raya uji coba padi organik pada lahan seluas 4 hektar milik keluarga. Tampak hadir Camat Butuh, Sekcam Grabag dan beberapa kepala desa. Hadir pula Koordinator Pengawas Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Grabag.

Acara tersebut digagas Erman Suparno, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi era SBY 2005-2009 dan berlangsung di rumahnya Desa Duduwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Purworejo.

Menurut Erman, sudah saatnya petani Indonesia beralih pupuk organik. “Jika petani menggunakan pupuk organik, sama halnya membantu pemerintah berhemat pengadaan pupuk bersubsidi,” ujar Erman.

Sebenarnya gagasan penggunaan pupuk organik sudah digulirkan sejak dirinya menjabat menteri. Pupuk bersubsidi ketika sampai daerah transmigrasi harganya sangat mahal. "Sejak saat itu saya anjurkan petani di transmigrasi menggunakan pupuk organik. Tanah tidak rusak. Berasnya sangat baik untuk kesehatan,” ucapnya.

Bersama Prof Edi dan Suprayogi pihaknya mendirikan perusahaan yang membantu petani beralih ke pupuk organik. "Hari ini kami panen raya hasil uji coba pertanian organik mampu mencapai 7 sampai 8 ton per hektar. Dengan pupuk bersubsidi hasilnya 4 sampai 5 ton per hektar," ujar akademisi Universitas Presiden Jakarta itu.

Menurut Erman, benih Inpari Unsoed 79 Agritan cocok untuk pertanian lahan pesisir seperti Kecamatan Grabag yang dekat pantai selatan. “Benih tahan rob dan air payau (setengah asin). Dengan pertanian organik tanaman padi lebih aman dari hama,” sebutnya.

Pihaknya juga akan melakukan program penggemukan sapi. Program pupuk organik membutuhkan air kencing sapi sebagai pupuk organik cair (POC). 'Pupuk organik ini kita menamakan 'kopi' yang berasal dari kata kotoran sapi,” kata Erman.

Adik kandung Erman Suparno, Tursiyati, yang juga anggota DPRD Kabupaten Purworejo dari Partai NasDem ini mengatakan dewan sering mendapat keluhan dari petani seputar masalah gagal panen akibat banjir dan hama.

“Kami memberikan solusi pertanian organik. Hasil beras dari pertanian organik relatif lebih mahal daripada beras biasa, jelas menguntungkan petani," jelas Tursi, sapaan akrabnya.

Apabila petani kebingungan pemasaran beras organik, pihaknya sanggup membelinya. "Kami memberi solusi bukan hanya teori. Kami tawarkan petani yang mau menyewakan tanah sawah kepada kami atau mau menanam sendiri padi organik, kami siap membantu," kata Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Purworejo ini.

Koordinator PPL Kecamatan Grabag Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan (PPKP) Kabupaten Purworejo, Umiyatun Wijayanti, setuju dengan paparan Erman Suparno dan tim.

“Memang sudah saatnya petani beralih ke pupuk organik. Kami dari dinas selalu sosialisasi kepada petani untuk menggunakan pupuk organik  Pupuk organik merupakan program Dinas PPKP,” ungkapnya.

Apalagi, lanjut Umi, dari paparan Prof Edi POC produknya mampu mengendalikan hama. "Kami menyambut baik hadirnya teknologi pertanian organik dari tim Erman Suparno,” tandasnya. (*)