Museum Sandi Angkat Romansa Indies Style di Codephoria 2024
Codephoria adalah ajang kolaborasi Museum Sandi dengan komunitas, yang memberikan pengalaman edukatif dan hiburan kepada masyarakat
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA–Museum Sandi kembali menyelenggarakan Codephoria untuk ketiga kalinya dengan tema "Nieuwe Wijk: Romansa Indies Style Jogja". Acara yang berlangsung pada 14-15 Desember 2024 di Kawasan Kotabaru ini, menghadirkan berbagai kegiatan menarik seperti Serba-Serbu Kotabaru, Seminar Cyber Security, E-Sport Competition, Workshop Cyanotype, hingga Fashion Show Anak.
Kurator Museum Sandi, Zuhro, S.Pd., menjelaskan bahwa Codephoria merupakan program publik yang bertujuan untuk meramaikan, mempromosikan, dan menghibur masyarakat sembari memperkenalkan Kawasan Kotabaru sebagai kawasan cagar budaya.
“Acara ini juga mendukung pemerintah Kota Yogyakarta untuk menjadikan Kotabaru sebagai destinasi wisata selain Malioboro. Codephoria adalah ajang kolaborasi Museum Sandi dengan komunitas, yang memberikan pengalaman edukatif dan hiburan kepada masyarakat,” kata Zuhro, Sabtu (14/12/2024).
Menurut Zuhro, Codephoria diambil dari dua kata, “Code” yang merujuk pada lokasi dekat Kali Code, dan “phoria” yang berarti bersenang-senang.
“Kami ingin menampilkan sisi lain dari Kotabaru, mulai dari sejarah hingga potensi seni dan budaya yang ada,” tambahnya.
Salah satu kegiatan utama adalah Serba-Serbu Kotabaru, sebuah petualangan memecahkan kode rahasia di Kawasan Heritage Kotabaru.
“Peserta tidak hanya diajak berpikir, tetapi juga belajar sejarah Kotabaru sambil berpetualang. Hadiah menarik sudah kami siapkan untuk para pemenang,” jelasnya.
Acara lainnya, Seminar Cyber Security, menghadirkan pembicara dari komunitas Jogja Cyber Security dengan tema “Hal Fundamental Kunci Keselamatan di Ruang Siber”. Seminar ini membahas isu-isu terkini seputar dunia digital dan keamanan siber.
Untuk penggemar seni, Workshop Cyanotype menawarkan kesempatan belajar menciptakan karya seni dengan teknik fotografi alternatif.
“Peserta akan mencetak gambar dengan warna biru khas cyanotype menggunakan totebag sebagai media. Teknik ini sangat unik dan telah digunakan sejak abad ke-19,” ujar Zuhro.
Bagi pecinta game, kompetisi E-Sport Mobile Legends turut memeriahkan acara. “E-sport ini sangat diminati generasi muda, sehingga kami ingin memberikan ruang bagi mereka untuk berkompetisi sekaligus mempromosikan keterkaitan Museum Sandi dengan dunia digital,” tambahnya.
Sebagai penutup, Fashion Show Anak bertema “Dutch East Indies Fashion” akan menampilkan busana kreatif anak-anak usia 7-10 tahun di halaman Museum Sandi.
Kolaborasi dengan Komunitas
Selain rangkaian acara, Museum Sandi juga menggelar Code Hunter yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan sejarah persandian kepada siswa di Yogyakarta melalui permainan berbasis petualangan.
“Untuk promosi, kami menggunakan media sosial, kunjungan ke sekolah-sekolah, dan kerja sama dengan perguruan tinggi. Kami juga menyelenggarakan kegiatan seperti Detective Chili untuk anak-anak,” tuturnya.
Dengan berbagai kegiatan edukatif dan hiburan, Codephoria diharapkan dapat menarik lebih banyak perhatian masyarakat ke Museum Sandi sekaligus memperkuat Kawasan Kotabaru sebagai destinasi wisata baru.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Kotabaru kini telah berubah menjadi kawasan yang lebih hidup, dengan tempat nongkrong, kafe, dan beragam kegiatan menarik lainnya,” pungkas Zuhro. (*)