Monumen Garuda Pancasila Diganti Patung Anak, Warga Protes

Monumen Garuda Pancasila Diganti Patung Anak, Warga Protes

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO – Sejumlah warga Purworejo menolak renovasi Monumen Perjuangan Tentara Pelajar di Jalan Brigjen Katamso berlambang negara Garuda Pancasila yang diganti patung anak sekolah dasar (SD. Komunitas Masyarakat Peduli Purworejo (KMPP) bahkan sudah melayangkan petisi kepada Bupati Purworejo dengan tembusan DPRD Kabupaten Purworejo pada Kamis (14/1/2021) kemarin.

Dewan Kesenian Purworejo (DKP) menjadi  organisasi yang dengan tegas telah memberikan dukungan penolakan renovasi tersebut. Secara resmi, DKP ternyata telah mengeluarkan surat perihal Penolakan Renovasi Monumen Perjuangan Tentara Pelajar Purworejo yang ditantandangani oleh Ketua DKP, Angko Setiyarso Widodo.

“Surat sudah disampaikan kepada Bupati Purworejo sebagai bentuk dukungan terhadap KMPP dan elemen masyarakat lain yang menolak renovasi Monumen Perjuangan Tentara Pelajar Purworejo,” kata Angko.

Dalam surat tersebut tertulis 5 poin pertimbangan DKP. Diantaranya  renovasi Tugu Perjuangan Tentara Pelajar dan mengganti dengan tugu patung pelajar berseragam SD dinilai telah merusak nilai budaya masyarakat Purworejo. Padahal masyarakat selama ini sangat menghargai semangat juang para pendahulu yang telah berjuang untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

 Kedua, Purworejo telah melahirkan banyak tokoh yang berperan aktif di daerah maupun nasional dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam segala bidang mulai dari seni budaya, hingga militer. Bahkan diantaranya mendapat pengakuan sebagai Pahlawan Nasional.

“Karenanya perobohan patung-patung tersebut mengkhianati perjuangan tentara pelajar dan tokoh-tokoh asal Purworejo tersebut,” tandasnya.

Ketiga, sejumlah patung yang menggambarkan kisah kejuangan para pejuang tentara pelajar yang berada di Monumen Perjuangan Tentara Pelajar merupakan karya seniman Purworejo yang kebetulan juga seorang difabel Penggantian patung-patung tersebut tanpa seizin/sepengetahuan seniman, mengusik kebanggaan dan solidaritas seniman di Purworejo.

Sementara itu, Dewan Harian Cabang (DHC) Badan Pembudayaan Kejuangan '45 Kabupaten Purworejo menyuarakan pendapatnya dan menyayangkan renovasi monumen perjuangan. Pengurus DHC ’45 secara resmi telah membuat surat dukungan terhadap aspirasi Komunitas Masyarakat Peduli Purworejo (KMPP) yang ditujukan kepada Bupati Purworejo dan Ketua DPRD Purworejo.

Dalam surat yang ditandatangani Ketua DHC '45 HR Istiharto dan Sekretaris, Soekoso DM per  15 Januari 2021. Organisasi ini lebih fokus menyoroti penggantian sepasang patung Garuda Pancasila dengan patung pelajar SD pada puncak pilar utama.

“Sebagai organisasi yang lahir berdasar Kepres No. 30 Tahun 1964 dan berfungsi sebagai kekuatan pendorong moral force dalam pelestarian jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan ’45, maka kami mendukung sepenuhnya usulan dari KMPP tersebut utamanya  atas pertimbangan sebagai berikut,” demikian bunyi kutipan surat tersebut.

Ada tiga poin pertimbangan DHC ’45 yang dimaksud. Menurut Soekoso DM, penggantian tidak tepat apalagi dengan menempatkan patung pelajar di puncak pilar, sedangkan lambang Garuda Pancasila diposisikan lebih kecil dan rendah, serta hanya sebagai latar belakang bersama tiga patung pejuang TP lainnya. DHC '45 mengaitkan pemindahan patung itu dengan UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara.

"Meski tidak dalam kerangka resmi kenegaraan, namun tetap dipandang janggal dan ironis mengingat lambang Garuda juga terletak dalam satu kesatuan monumen, yang dibangun di jalan protokol strategis di pusat kota," terangnya, Senin (18/1/2021).

Secara historis, lanjutnya, pembangunan monumen oleh Bupati H Soepantho pada dekade 1980-an dimaksudkan sebagai pengingat generasi penerus bahwa Purworejo pernah menjadi kancah peperangan pada masa 1945 - 1949. Sebagai pengingat, dibuat patung Garuda Pancasila, Ahmad Yani berpakaian Heiho, pejuang gerilya dan patung Tentara Pelajar.

"Adapun lambang negara Garuda Pancasila adalah atribut pemersatu bangsa, dan harus diletakkan pada bidang yang tepat. Maka ketika puncak monumen dipasang patung anak sekolah, bangunan itu kehilangan maknanya sebagai Monumen Perjuangan," tegasnya.(*)