Meningkat Drastis, Kasus HIV/AIDS di Klaten Capai 1.171 Orang

Meningkat Drastis, Kasus HIV/AIDS di Klaten Capai 1.171 Orang

KORANBERNAS,ID.KLATEN - Kasus orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Klaten sudah memprihatinkan karena jumlahnya cukup banyak. Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) tahun 2021 melaporkan korban terkonfirmasi HIV/AIDS berjumlah 1.171 orang. Karenanya butuh perhatian banyak pihak agar penyakit degeneratif ini tidak memakan korban.

Perilaku hidup seks sehat dipercaya menjadi solusi. Sebaliknya, perilaku seks bebas dengan berganti-ganti pasangan, penyalahgunaan narkotika khususnya penggunaan jarum suntik dan perilaku seks menyimpang seperti lesbian dan homoseksual adalah resiko paling rentan penularan.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Klaten dr Ronny Roekminto mengatakan temuan kasus HIV/AIDS itu fenomena gunung es. Tetapi kalau melihat kasus demi kasus dilapangan oleh relawan, realitanya sudah sangat memprihatikan. "Saya kira penanganan penyakit ini (HIV/AIDS) butuh kerja bareng, tidak saja pemerintah. Apalagi banyak kasus temuan korban sudah melibatkan anak anak. Dan perilaku hidup seks sehat adalah cara terbaik mengatasi HIV/AIDS," katanya.

Mantan kepala Dinas Kesehatan itu menambahkan, banyaknya korban yang terjangkit HIV/AIDS itu mayoritas karena faktor ekonomi. Maka dari itu ruang untuk bangkit dan mandiri bagi korban HIV/AIDS perlu diperhatikan pemerintah.

"KPAI akan berkoordinasi dengan perangkat daerah yang berwenang. Semoga workshop -workshop atau pelatihan bagi korban HIV/AIDS ini bisa dilakukan pemerintah. Akan lebih bagus jika ada bantuan modal. Itu akan sangat membantu mereka," ujar lulusan Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta tahun 1982 itu.

Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Klaten, KH Purnomo Murtadlo menghimbau masyarakat menjadikan agama sebagai benteng keluarga. "Perilaku seks bebas dan sebagainya itu adalah perbuatan fasak (melanggar agama), terutama zinah. Bahkan untuk mendekati (zinah) saja dilarang, apalagi melakukannya. Maka adanya syariat nikah itu untuk menjaga keberlangsungan manusia. Perbuatan seks bebas dan menyimpang itu sangat membahayakan proses regenerasi dan merusak pranata sosial, yakni keluarga," terangnya.

Tokoh agama Klaten itu mengingatkan pemerintah memberikan perhatian terhadap lembaga pendidikan dan pondok pesantren. Karena menurutnya, lembaga tersebut konsen dalam membangun akhlak bangsa.

"Kalau mau memperkuat negara maka harus dimulai dari keluarga. Agama harus dijadikan benteng keluarga, termasuk memperkuat basis lembaga pendidikan dan pondok pesantren. Pembangunan akhlak ke depan harus menjadi prioritas negara," kata KH Murtadlo. (*)