Menelusuri Jejak Bupati Purworejo RAA Tjokronegoro

Menelusuri Jejak Bupati Purworejo RAA Tjokronegoro

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Sejarah mencatat Bupati Purworejo pertama, Raden Adipati Aryo (RAA) Tjokronegoro, merupakan seorang anak tokoh terkemuka di Bagelen dan menjadi abdi dalem Keraton Surakarta dengan jabatan Menteri Gladag.

RAA Tjokronegoro ikut terlibat dalam Perang Jawa, yang kemudian mengantarkan dirinya sebagai bupati pertama di Kabupaten Purworejo.

Tjokronegoro I menjadi bupati dan menjabat selama 25 tahun sejak 1831 hingga 1856. Tjokronegoro I mengawali perannya menjadi seorang bupati dengan mengganti nama Brengkelan menjadi Purworejo.

Sejumlah kebijakan RAA Tjokronegoro I sebagai Bupati Purworejo antara lain berupa pembentukan pusat kota Purworejo, dengan membangun alun-alun, pendopo, dan Masjid Agung Purworejo.

Selain itu Tjokronegoro I berinisiatif membangun saluran irigasi Kedung Putri untuk menunjang pertanian wilayah Purworejo, serta membangun jalan Purworejo-Magelang agar wilayah Bagelen tidak lagi terisolasi dan mampu mengangkat Purworejo sebagai pusat ekonomi Bagelen timur.

Selain peninggalan infrastruktur fisik, RAA Tjokronegoro juga meninggalkan goresan pena yang terangkum dalam sejumlah buku, di antaranya Babad Diponegoro dan Babad Nagari Purworejo.

Wakil Bupati Purworejo, Yuli Hastuti, pada Pembukaan Bedah buku RAA Tjokronegoro I di Pendopo Rumah Dinas Bupati Purworejo Agus Bastian, Sabtu (18/3/2023), memberi apresias untuk Paguyuban Muda Ganesha (Alumni SMAN 1 Purworejo) yang telah menggelar Bedah Buku Babad Diponegoro dan Babad Nagari Purworejo karya RAA Tjokronegoro pertama.

"Mudah-mudahan melalui bedah buku ini, kita dapat lebih mengenal karya-karya RAA Tjokronegoro I yang merupakan Bupati Purworejo yang pertama. Buku-buku ini merupakan sumber referensi yang sangat penting untuk mengetahui sejarah masa lalu Kabupaten Purworejo," kata Yuli Hastuti.

Dia menambahkan dengan buku tersebut masyarakat bisa mengetahui dan mempelajari buah pikiran tokoh yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kabupaten Purworejo, serta mengambil pelajaran dari berbagai hal yang tersirat dan tersurat dalam buku ini.

Perlu diketahui, selama menjabat sebagai Bupati Purworejo pertama RAA Tjokronegoro mengabadikan dalam karya tulis. Karya tersebut tertuang dalam karya yang disebut babad (cerita sejarah).

Babad berbentuk tulisan Jawa itu dicoba diterjemahkan oleh Wiyoto kemudian ditulis kembali. Wiyoto merupakan alumnus SMAN 1 Purworejo tergabung dalam Paguyuban Muda Ganesha (MG).

Wiyoto, warga Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo itu merupakan pegiat sejarah. Dirinya mencoba menterjemahkan jejak Tjokronegoro berdasarkan Babad Perang Diponegoro dan Babad Nagari Purworejo.

Menurutnya, naskah babad tersebut tersimpan di Belanda tertulis Babad Kedung Kebo. Witoyo menceritakan susahnya mendapatkan buku Babad Kedung Kebo, karena buku tersebut tersimpan di Belanda.

"Babad Kedung Kebo asli bertulisan aksara Jawa dan mempunyai 700 halaman. Untuk mendapatkannya lumayan susah, karena naskah aslinya ada di Belanda," ungkapnya.

Dia menambahkan buku yang ditulis berdasarkan perjalanan Tjokronegoro, ketika dia bernama Resodiwiryo, mengikuti Pangeran Kusumayudo ke Banyumas, tanah Pajang, Mataram, Kedu, Bagelen, tanah Gawong dan Kendheran untuk menyerbu pemberontakan para berandal (sebutan untuk pasukan Pangeran Diponegoro).

“Sampai akhirnya Resodiwiryo diangkat menjadi Bupati Purworejo Pertama dengan nama Raden Adipati Aryo (RAA) Tjokronegoro," jelas Wiyoto.

Sedangkan narasumber lainnya, Dosen Fakultas Budaya UGM, Sudibyo Prawiro Atmojo, menceritakan Bupati Purworejo pertama RAA Tjokronegoro merupakan bupati yang mempunyai kesadaran literasi yang tinggi.

"RAA Tjokronegoro adalah Bupati yang mempunyai kesadaran literasi yang sangat tinggi, tidak semua bupati mempunyai catatan itu," katanya.

Secara terpisah, ketua panitia Hermawan Wahyu Utomo menjelaskan, acara ini diadakan untuk ikut menyemarakkan Hari Jadi ke-192 Kabupaten Purworejo.

Tujuannya untuk meneladani spirit dari pendiri Kabupaten Purworejo Tjokronegoro I dan untuk menginformasikan bahwa mempelajari sejarah itu sangat penting.

"Semoga buku RAA Tjokronegoro membuat semangat anak-anak muda mengambil positif dari tokoh pendiri Purworejo," kata Wawan, sapaan akrabnya.

Ketua Paguyuban Muda Ganesha Dwi Wahyu Atmaji mengatakan pihaknya ingin berkontribusi untuk sejarah Purworejo.

"Ada teman (Wiyoto-red) memiliki kemampuan ahli bahasa Jawa dan bisa menterjemahkan bahasa tersebut, dengan senang hati kita dukung untuk pembuatan buku Jejak Tjokronegoro pertama. Proses ini kami persembahkan untuk masyarakat Purworejo, semoga bisa memperkaya pengetahuan sejarah," kata Dwi Atmaji.

Buku tersebut diterbitkan oleh perpustakaan nasional, dan cetakan pertama telah habis. Masih banyak masyarakat yang menginginkan buku tersebut.

Banyak yang mengusulkan agar Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Purworejo untuk menerbitkan Buku tersebut.

Hadir pada bedah buku tersebut, Wakil Ketua DPRD Kelik Susilo Ardani, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 8 Jateng Nikmah Nurbaiti, Ketua Paguyuban Muda Ganesha Dwi Wahyu Atmaji, narasumber sekaligus penerjemah Witoyo, Sudibyo Prawiro Atmojo Dosen Fakultas Budaya UGM, sejumlah Kepala OPD, perwakilan keluarga Tjokronegoro I dan perwakilan keluarga Diponegoro.

Peserta bedah buku RAA Tjokronegoro adalah perwakilan siswa SMA se-Kabupaten Purworejo, guru sejarah dan pegiat sejarah. (*)