Ki Seno Nugroho, Dalang Muda Fenomenal yang Patut Ditiru

Ki Seno Nugroho, Dalang Muda Fenomenal yang Patut Ditiru

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Dalang wayang kulit fenomemal asal Yogyakarta, Ki Seno Nugroho, tutup usia, Selasa (3/11/2020) malam. Kabar tentang wafatnya dalang berusia 48 tahun tersebut tersebar dari grup-grup pertemanan kalangan seniman di Yogyakarta dan Solo. Kabar berpulangnya dalang lulusan Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) 1992 begitu mengejutkan dunia kesenian Indonesia, terlebih seni pedalangan.

Langit Yogyakarta yang mendung menggelayut memayungi ratusan pelayat yang berdatangan di kediaman Ki Seno Nugroho, Dusun Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Masih jauh dari rumah Seno, ruas-ruas jalan sudah berjaga komunitas penggemar dalang muda ini. Menggunakan seragam hitam-hitam berlogo PWKS (Penggemar Wayang Ki Seno-red) mereka bersiap mengikuti iring-iringan mobil jenazah yang akan membawa Ki Seno Nugroho menuju tempat terakhirnya.

Dirumah duka, puluhan mobil dan ratusan kendaraan roda dua beradu jelal dengan banyaknya kiriman bunga duka cita dari instansi, perorangan dan komunitas penggemar Ki Seno Nugroho. Usai lantunan ayat suci Al-Quran para sinden yang tergabung dalam Wargo Laras biasa ikut dalam penampilan wayang Ki Seno Nugroho duduk bersimpuh dan berjajar menggunakan kebaya serba hitam. Dibelakang para sinden, pengrawit (penabuh gamelan-red) pun berpakaian serupa dan bersiap di depan alat musik masing-masing.

Mereka menyenandungkan Ladran Gajah Seno dengan slendro Patet Songo yang merupakan amanat Ki Seno Nugroho agar wafatnya diiringi gending ini. Satu-dua sinden tak kuasa menahan haru, beberapa kali mereka tampak tercekat tak mampu bersuara sambil menghapus kesedihan yang tumpah di pipi dengan tisu.

Menurut keterangan Gunawan Widagdo manajer dalang, Ki Seno Nugroho berpulang setelah sempat dirawat di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Karena penyumbatan saluran darah di jantung. Kemarin Ki Seno meliburkan pentas wayang. Ia sempat bersepeda, tepatnya pada Selasa (3/11/2020) petang.

"Namun, rupanya ketika berada di jalan, Seno merasa kesakitan hingga dijemput warga sini. Kemudian sempat beristirahat di rumah tapi kondisi Seno tak kunjung membaik, Ia malah muntah-muntah, terangnya saat ditemui disela-sela usai upara mendoakan almarhum di rumah duka, Dusun Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, Yogyakarta.

"Sang istri dan warga pun berinisiatif membawa Seno ke RS PKU Muhammadiyah, Gamping. Saat masuk IGD kondisinya masih sadar, dan harus menunggu dokter spesialis jantung," ungkapnya.

Kemudian, lanjut Gunawan, dipindahkan ke ruang ICCU. Di sana, Seno kembali muntah-muntah dan kondisinya terus memburuk. Tim medis mengatakan ada penyumbatan darah di jantung. Nyawa Ki Seno tak dapat diselamatkan. Dalang itu mengembuskan napas terakhirnya di rumah sakit sekitar pukul 22:15 WIB.

Sementara seniman serba bisa, Butet Kartaredjasa mengatakan Seno itu adalah dalang muda yang sebenarnya mempunyai prospek luar biasa untuk menjawab masa depan. Secara ilmu pedalangannya banyak orang mengharapkan dia sebagai pengganti Ki Hadi Sugito.

"Celelekane, kurang ajare, bisa diterima oleh masyarakat, oleh audien dunia pakeliran. Sastrane genah dengan keterampilannya genah banyak orang berharap itu," ujarnya.

Seno, lanjut Butet,  menjawab kebutuhan melenial, mungkin dia salah satu dalang yang mulai menyentuh wilayah itu dengan cara merespon keajaiban-keajaiban dunia virtual. Menjelajah ruang eksplorasi yang lebih luas didalam jagat virtual itu memulai dan membuka pintu untuk ekperimentasi-ekperimentasi lainnya.

"Program dia main dirumahnya dan bisa ditonton se-indonesia, itu bagi saya suatu iktiar bagaimana Ia merespon dunia digital untuk dunia pewayangan yang bisa jadi inspirasi bagi dalang-dalang muda yang lain," imbuhnya.

Tentang kepergian Ki Seno Butet bercerita mengaku, Satu jam sebelumnya Ia sedang ngamen bersama Benyek (adik Seno Nugroho) selesai jam 22:00 WIB, begitu Butet selesai dan berita duka tersebut Ia dengar.

"Tapi itu kematian yang keren, mati yang tidak ngrepotin, mati yang murah, mati tanpa aniaya itu kematian yang membuat iri saya, mati yang irit tanpa biaya produksi. Irit langsung dibukakke lawang swarga (Dibukakan pintu surga-red), itu mati yang paling ideal," ujar Butet.

"Karena hidup ini hanya menunggu mati, seperti gojekane seno [dalam wayang], sambil menunggu mati, orang-orang mengisi kegiatannya. Lha seno ini mengisi kegiatannya dengan mayang [menjadi dalang], dan dia jadi dalang itu hanya mengisi kegiatan [dalam] menunggu mati dan sekarang seno sudah menyelesaikan kewajibannya," tutup kakak mediang Djaduk Ferianto ini.

Seno Nugroho dikenal sebagai salah satu dalang pembaharu pada gaya pedalangan masa kini. Dalang kelahiran 23 Agustus 1972 tersebut pada dasarnya merupakan dalang yang memainkan gagrag Yogyakarta, meskipun demikian Ia juga sering memadukannya dengan gagrag Solo pada pementasannya.

Seno yang berasal dari keluarga seniman tradisional, sejak usia 10 tahun sudah memiliki ketertarikan dengan pedalangan. Hal ini menurun dari sang Ayah (alm) Ki Suparman Cermowiyoto, adalah dalang kenamaan gaya Yogyakarta yang sangat termasyur pada era 60an.

Beberapa saudara kandung Seno Nugroho pun mengikuti almarhum ayahnya berkesenian, misal Bayu Kuncoro dan Bayu Tetuko yang aktif sebagai pemusik di Kyai Kanjeng pimpinan budayawan Emha Ainun Najib.

Semasa hidupnya Ki Seno, dikenal sebagai dalang yang produktif dan sangat memahami era komunikasi 4.0. Pentas wayang yang acap disiarkan secara langsung melalui platform berbagi video YouTube tidak pernah sepi penonton. Bahkan dalang muda ini disebut raja Live streaming Indonesia oleh wakil wali kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.

Heroe menyampaikan rasa kehilangan atas meninggalnya Ki Seno Nugroho yang dia nilai memiliki basis penonton virtual yang cukup banyak, bisa mencapai 20 ribu lebih penonton di dua channel You Tube milik Seno.

"Wayang kulit masih banyak digemari oleh banyak kalangan. Yang menjadikan wayang kulit bisa eksis dan setiap pertunjukan selalu ramai para penonton langsung maupun penonton live streaming yang dua channelnya bisa sampai 20.000 lebih penonton dunia maya secara live," katanya melalui keterangan tertulis, Rabu (4/11/2020).

Sedangkan dalam cerita singkat selama dua jam yang disiarkan melalui akun YouTubenya bisa mencapai 8 ribu lebih penonton. Kegiatan menyiarkan Sehingga, Ki Seno mampu menginspirasi orang lain bahwa saat pandemi yang panjang ini masih bisa berkesenian. Ki Seno Nugroho dimakamkan di Makam Semaki Gede yang juga merupakan makam keluarga besar, termasuk bapak Ki Seno Nugroho,  yaitu Ki Suparman Cermowiyoto.

"Seno Nugroho termasuk yang menginspirasi bahwa di masa pandemi, ketika pertunjukan kesenian masih dibatasi pertunjukan untuk tidak menghadirkan penonton, dengan live streaming dan waktu pertunjukan diringkas hanya dua jam, dan itu sukses," tutupnya.(*)