Purnama di Kampung Sastra, Candi di Tepi Kolam

Purnama di Kampung Sastra, Candi di Tepi Kolam
Indri Yuswandari dan Suyitno Ethex. (Istimewa).

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Kali ini, Sastra Bulan Purnama bersinergi dengan Sanggaragam, satu media online, yang memiliki rubrik puisi dan setiap Jumat puisi2 yang masuk ditayangkan, untuk kemudian pada bulan Agustus diterbitkan menjadi buku. Bulan Agustus 2023 merupakan seri kedua puisi Sanggaragam yang diterbitkan, memuat puisi karya 45 penyair dari berbagai kota di Indonesia. Usia mereka beragam, ada yang di atas 60 tahun, ada juga 20an tahun.

Antologi puisi tersebut diberi judul ‘Candi di Tepi Kolam’. Ilustrasi cover lukisan karya Meuz Prazt, seorang perupa yang tinggal di Yogyakarta, dan produktif berkarya serta banyak melakukan pameran, baik pameran bersama maupun pameran tunggal.

Antologi puisi ‘Candi di Tepi Kolam’ akan diluncurkan, Sabtu, 26 Agutsus 2023, pkl. 15.00 di Kampung Sastra, Gubug Putih, Jl. Gatotokaca No 16, Karangnongko, RT 08, Palem Sewu, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Dinamakan Gubug Putih, karena bangunan 3 lantai, yang di tengahnya ada kolam, dan di atas kolam ada panggung pertunjukan, berwarna putih. Semua area bernuansa putih.

Tidak semua penyair yang puisinya masuk dalam buku ‘Candi di Tepi Kolam’ bisa hadir, mungkin karena tinggal di luar kota, misalnya Isbedy tinggal di Lampung, dan dikenal sebagai Paus Sastra Lampung. Kurnia Effendi, tinggal di Jakarta, Bambang Widiatmoko (Bekasi), Anto Narasoma (Palembang), Merawaty Mey (Bengkulu), Lies Wijayanti SW (Jakarta),, dan sejumlah nama lainnya.

Tiga belas penyair yang hadir, datang dari beberapa kota, termasuk dari Yogyakarta, seperti Sutirman Eka Ardhana, Marjuddin Suaeb, Ika Zardy Saliha, Alfa Amorista, Oka Swastika Mahendra, Anastasia. Beberapa yang lain datang dari kota berbeda, Suyitno Ethex (Mojokerto), Sriyanti Sastro Prayitno (Semarang), Didik Eros Sudarjono (Jombang), Liestyo Ambarwati Kohar (Surabaya), Indri Yuswandari (Blitar), Sudarmono , Yupi, yang akan menggubah puisi menjadi lagu (Magelang).

Rina Widyawati, pengelola Gubug Putih, yang membuka Kampung Sastra, menyediakan ruang terbuka berupa amphytheater untuk ruang pertunjukan berbagai macam kesenian.

“Setiap bulan Agustus diisi peluncuran antologi puisi yang dimuat di rubrik puisi Sanggaragam. Tahun ini merupakan seri ke 2 puisi Sanggaragam, semoga setiap tahun puisi seri sanggaragam bisa terus terbit,” ujar Rina Widyawati.

Ons Untoro, koordinator Sastra Bulan Purnama dan redaktur puisi Sanggaragam menyebutkan, ada banyak puisi yang masuk, tetapi tidak semua puisi bisa ditayangkan. Penyair yang kali ini ikut dalam antologi kebanyakan pada tahun lalu tidak ikut. Namun ada nama-nama yang pada tahun lalu ikut seri pertama puisi Sanggaragam.

“Puisi seri Sanggaragam terbuka untuk setiap orang , tahun-tahun berikutnya , bagi yang ingin ikut dipersilahkan mengirim puisi,” ujar Ons Untoro. (*)