Dekat dengan Generasi Muda, Ki Seno Mampu Hadapi Tantangan Era Digital
KORANBERNAS.ID, BANTUL – Era digital dan disrupsi media seperti saat ini seperti tak memberi ruang bagi kesenian konvensional. Terlebih lagi, pandemi Corona yang telah berlangsung hampir setahun, membuat pelaku seni kesulitan untuk mengapresiasikan kemampuan mereka.
Namun hal itu tak berlaku bagi seorang Seno Nugroho. Dengan cekatan, dalang muda yang wafat, Selasa (03/11/2020) kemarin, mampu menangkap peluang dengan menghadirkan pertunjukan wayang live secara virtual. Inovasi tersebut mendapat respons luar biasa, khususnya generasi muda yang mengkaribi dunia digital dalam keseharian mereka.
"Program dia main di rumahnya untuk bisa ditonton se-Indonesia dengan climen (wayang ringkas, red) itu, menjadi bagian dia berikhtiar merespons dunia digital untuk pewayangan. Mungkin itu bisa dijadikan satu inspirasi dalang-dalang muda yang lain. Menjelajah ruang ekplorasi yang lebih luas," sebut Butet Kertaredjasa, salah satu seniman yang bergaul dekat dengan Ki Seno Nugroho.
Dalam jagat perwayangan di Tanah Air, nama Ki Seno Nugroho sangat dikenal karena gayanya yang khas dengan memadukan pakem permainan wayang atau yang populer dengan istilah gagrak dari dua episentrum kebudayaan Jawa yang ada yaitu gagrak Yogyakarta dan Solo. Butet malah berharap, Seno akan lebih cemerlang karirnya dari maestro gagrak Yogyakarta, mendiang Ki Hadi Sugito.
"Celelekane (cara becanda) bisa diterima masyarakat, dan audiens dunia pakeliran. Sastrane genah," tutur Butet ketika melayat di rumah duka di Dusun Gayam, Desa Argosari, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.
Ikon Gagrak Yogyakarta
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Sleman Aji Wulantara menuturkan, salah satu keunggulan Ki Seno adalah kemampuannya mengemas pertunjukan wayang dengan kemasan yang segar dan menarik sehingga dapat merambah kaum atau generasi muda.
“Sebenarnya adanya Ki Seno Nugroho merupakan bentuk kebangkitan wayang gagrak Yogyakarta. Karenan kita harus mengakui jika dalang-dalang gaya Solo bisa menampilkan petunjuk yang lebih inovatif. Namun kehadiran Ki Seno Nugroho, yang basisnya adalah Yogyakarta, juga mampu beradaptasi dengan zamannya, baik di tingkat lokal, nasional dan juga internasional,” tandasnya.
Hal senada juga diutarakan Kepala Seksi Pro4 LPP RRI Yogyakarta Sukamta. Pria yang akrab dengan sapaan Pakde Kamto itu mengakui salah satu keunggulan Ki Seno adalah kemampuan menggelorakan sebuah pertunjukan wayang dengan terobosan. Cara itu, menurut Pakde Kamto, menyebabkan dalang kelahiran 23 Agustus 1972 tersebut mampu membuat generasi muda mencintai kesenian wayang yang sebelumnya lekat dengan stigma hiburan untuk orangtua.
“Mas Seno ini lebih condong ke wayang kekinian. Bertujuan biar anak-anak muda suka dengan wayang. Dengan sabetan yang lumayan bagus, sambung rapet antara wayang satu dengan wayang yang lain. Jadi, memainkan dialog wayang itu luar biasa,” terangnya.
Demi merangkul generasi muda, Ki Seno Nugroho, tak segan membumbui pertunjukannya dengan humor yang segar. Tak hanya itu saja, menurut Pakde Kamto, sang dalang pun selalu menampilkan sinden-sinden muda sebagai wujud regenerasi.
“Bintang-bintang tamu dan sindennya yang luar biasa. Mereka melakukan garapan (pertunjukan) ini untuk anak-anak muda, maka sinden-sindennya juga anak-anak muda,” tutur dia.
Masyarakat dan pecinta kebudayaan Jawa, merasa sangat kehilangan terhadap sosok dalang kelahiran 23 Agustus 1972 itu. Ini dibuktikan dengan berbagai ungkapan belasungkawa yang banyak diunggah ke media sosial dan sempat menjadi trending topic di dunia maya. (*)