Marak di Gunungkidul, Aparat Amankan 21 Pelaku Perang Sarung

Marak di Gunungkidul, Aparat Amankan 21 Pelaku Perang Sarung

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL -- Kejahatan jalanan berupa perang sarung kini juga marak di Gunungkidul. Beruntung, polisi cepat bertindak, sehingga terhindari dari korban jiwa. Untuk sementara sudah ada 21 pelaku yang semuanya generasi muda berhasil diamankan, bersama barang bukti berupa sejumlah kain sarung yang dimodifikasi.

Wakapolres Gunungkidul Kompol Widya Mustikaningrum mengatakan penggagalan aksi perang sarung dilakukan di tiga kapanewon yaitu Playen, Karangmojo dan Nglipar.

"Sebanyak 3 kasus ini terungkap pada tanggal 10 dan 11 April lalu," kata Widya saat jumpa pers di Polres Gunungkidul, Selasa (12/4/2022) siang.

Aksi perang sarung pertama yang dilaporkan berasal dari Playen. Adapun awalnya aparat menerima laporan penemuan barang bukti berupa satu unit sepeda motor, tiga sarung diikat memanjang, lima buah sendal jepit, dan satu ponsel di gerbang Hutan Wanagama.

Menurut Widya, empat orang kemudian diamankan, seluruhnya berstatus pelajar dengan umur 19-20 tahun. Mereka diketahui sempat melakukan janjian untuk bertemu dengan kelompok lawan.

"Aksi perang sarung ini kemudian gagal dan tidak ada korban luka," jelasnya.

Sementara pada tanggal 10 April malam, aparat yang tengah berpatroli mengamankan sembilan remaja yang diduga hendak melakukan perang sarung. Sebuah sarung yang dimodifikasi dan lima unit motor pun diamankan.

Aksi perang sarung terakhir yang digagalkan terungkap lewat media sosial. Tim Siber Polres Gunungkidul menemukan akun Instagram yang mempublikasikan video perang sarung, yang ternyata dilakukan di wilayah Klayar, Nglipar.

"Sebanyak delapan orang diamankan, empat orang diantaranya masih di bawah umur," ungkap Widya.

Meski sudah diamankan, puluhan remaja ini tidak diproses hukum. Mereka hanya dikenakan wajib lapor sebanyak dua kali sepekan sebagai langkah pembinaan.

Kasat Reskrim Polres Gunungkidul AKP Mahardian Dewo Negoro juga mengatakan hanya pembinaan yang diberikan pada pelaku. Alasannya, aksi perang sarung baru sebatas rencana dan belum dilakukan.

"Yang sudah terjadi (Playen) pun tidak ada korban luka, sarung juga dalam kondisi kosong tidak ada barang berbahaya," kata Mahardian.

Kendati demikian, ia menjamin upaya pencegahan agar aksi tidak tumbuh subur terus dilakukan. Pembinaan pada para pelaku pun juga melibatkan orang tua mereka masing-masing, tokoh masyarakat setempat, hingga bhabinkamtibmas. (*)