Mantan Mendikbud Yahya Muhaimin Tutup Usia
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Salah satu ormas Islam terbesar di Tanah Air, Muhammadiyah, harus kehilangan salah satu putra terbaiknya, Prof Dr H Yahya Muhaimin. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu meninggal, Rabu (9/2/2022) siang, sekitar pukul 10:10 WIB. Almarhum mengembuskan nafas terakhirnya ketika menjalani perawatan di RS Geriatri, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan rasa belasungkawa atas meninggalnya Prof Yahya Muhaimin. Menurut informasi jenazah akan dibawa ke rumah duka di Bumiayu, Jawa Tengah.
Dalam sepak terjangnya di ormas Islam Muhammadiyah, Yahya pernah menjadi Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah, anggota PP Muhammadiyah periode 2000-2005 dan juga Atase Dikbud di Washington DC Amerika Serikat. Dalam kesehariannya, dosen dan Guru Besar UGM itu pernah menjadi Dekan di Fisipol almamaternya. Sedangkan semasa muda, Yahya Muhamimin tercatat aktif dan menjadi tokoh di Ikatan Pelajar Muhamamdiyah (IPM).
“Beliau adalah guru dan tokoh kami yang rendah hati, bergaul dan ramah menyapa kepada kader muda Muhammadiyah. Beliau sosok intelektual teladan yang menunjukkan kata sejalan tindakan. Meski kritis tetap rendah hati dan tidak tampak aura arogansi dengan keilmuannya yang mumpuni,” tutur Haedar Nashir Ketua Umum PP Muhammadiyah, Rabu (9/2/2022) siang.
Haedar mengenang, ketika buku dari disertasi Yahya Muhaimin mengusik orang di sekitar istana yang berusaha menggugatnya, almarhum pernah menempuh jalan yang dianggapnya baik tanpa konfrontasi. Tetapi karya puncak intelektualnya tetap menjadi rujukan penting para pengkaji ekonomi politik Indonesia, yang membalik teori Marxisme.
“Ketika saya studi S2 dan S3 di UGM, beliau banyak memberikan perhatian dan dukungan, disertai pesan-pesan kearifannya yang elegan dan tanpa terkesan menggurui. Beliau beberapa kali pesan dengan mengutip pernyataan Pak AR Fakhruddin, ‘Mengurus Muhammadiyah ojo kenceng-kenceng’. Maksudnya, mengelola urusan Muhammadiyah jangan bertegangan tinggi, moderat saja,” tutur Haedar.
Kepribadian Yahya sendiri memang moderat dan santun tanpa dibuat-buat, menunjukkan sikap asli pada umumnya kader dan tokoh Muhammadiyah yang menghayati Kepribadian Muhammadiyah.
“Selamat jalan Pak Yahya Muhaimin, jejakmu adalah suluh kecendekiawanan yang autentik bagi kami. Semoga almarhum husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dan ditempatkan di jannatun na’im,” tandas Guru Besar UMY itu. (*)