Mahasiswa Indekos Gembira Mendapat Bantuan Logistik

Mahasiswa Indekos Gembira Mendapat Bantuan Logistik

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Belasan petugas sudah berada di lobi Gelanggang Mahasiswa UGM pada Jumat (10/4/2020) siang. Berpakaian santai namun dilengkapi masker yang menutupi mulut dan hidungnya. Mereka menjalankan tugas dengan sigap sesuai dengan tanggungjawab masing-masing. Ada yang bersiap menyerahkan bungkus-bungkus plastik, ada yang bertugas menyemprotkan hand sanitizer kepada mahasiswa yang datang mengantri.

Tak lama, seorang pria berambut panjang yang diikat kuncir kuda, nampak menghampiri mereka. Pria tersebut mendatangi seseorang yang bertugas mendata. Galih Wahyu Setya Anggara, ia menyebut namanya kepada petugas. Lalu ia diberi satu bungkus bingkisan yang telah disiapkan. Usai menerima bungkusan, Galih langsung bergegas balik menuju motornya.

Galih adalah mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM angkatan 2016. Ia datang ke Gelanggang Mahasiswa untuk menerima bantuan logistik dari UGM. Ia menyebutkan, satu bungkus paket tersebut berisi beras, gula, sarden, kecap, sambal, mi instan, roti kering, vitamin, perlengkapan mandi, dan deterjen.

Galih mengungkapkan rasa syukurnya atas bantuan ini. Selama hampir satu bulan sejak imbauan social distancing dan belajar di rumah, ia mengaku tidak banyak aktifitas yang dapat dilakukan. Ia menempati rumah di Lempuyangan, berdua dengan adiknya.

"Kedua orang tua kami berada di Kaliurang. Kami memutuskan untuk tidak pulang karena di sini akses untuk pendidikan kami lebih mudah, terutama internet untuk pembelajaran daring,” terangnya.

Galih mengungkapkan, berbagai pembatasan aktivitas luar rumah karena pandemi Covid-19 ini cukup berpengaruh terhadap finansial serta kuliahnya. Ia bercerita bahwa semester ini dirinya sudah harus mempersiapkan skripsi. Menurutnya, skripsi di Fakultas Kehutanan perlu banyak persiapan, termasuk finansial.

"Orang tua belum tentu bisa membantu seluruh biaya untuk skripsi. Karena itu, saya harus mulai mengumpulkan uang dengan membuka usaha mandiri, yakni berjualan kurma," akunya.

“Saya ambil kurma dari teman, kemudian saya yang jual ke guru, dosen, maupun teman-teman yang ingin beli. Namun, karena pandemi ini, agak tersendat,” lanjutnya.

Galih selama ini terbiasa memasak di rumahnya. Ia membeli bahan dari toko dekat rumahnya. Pada masa pandemi ini, ia merasa beruntung toko tersebut masih buka walaupun tidak selengkap biasanya. Akhirnya, jika bahan makanan yang dibutuhkan habis, ia terpaksa harus menggunakan jasa layanan antar makanan daring.

“Sebisa mungkin saya tidak menggunakan jasa layanan antar makanan tersebut karena biayanya relatif lebih mahal dibanding masak sendiri. Saya merasa beruntung bisa mendapat bantuan ini untuk menghemat biaya membeli bahan di rumah,” lanjutnya.

Galih mengaku sudah dua kali ini mendapat bantuan logistik dari UGM sejak dibuka pada awal April lalu. Ia menyebut, prosedurnya tidak susah karena hanya perlu mengisi formulir daring yang disediakan panitia.

“Dua kali mengisi, saya beruntung termasuk salah seorang yang mendapatkan bantuan,” terangnya.

Sementara itu, Iqbal Tuwasikal, Ketua Posko Gelanggang Bergerak periode 2, menyatakan bantuan logistik ini diberikan oleh UGM yang diinisiasi oleh Direktorat Kemahasiswaan UGM. Bantuan ini ditujukan kepada mahasiswa UGM yang masih berada di Jogja dalam masa pandemi ini.

“Ditmawa menyediakan sekitar 850 paket yang diberikan kepada mahasiswa UGM di Jogja yang mulai kesulitan akses logistik pada masa pandemi ini. Jumlah tersebut berdasarkan pendataan Ditmawa sebelumnya," kata Iqbal.

"Sementara kami dari Gelanggang Bergerak yang bertugas untuk mendistribusikannya, termasuk mendata dan memilah siapa saja yang berhak menerima,” terang alumus Fakultas Kehutanan UGM ini.

"Ratusan paket itu diberikan untuk satu minggu. Progam ini memasuki minggu kedua. Pada minggu pertama kemarin karena tidak berjalan satu minggu penuh, jumlah yang dibagikan hanya berkisar 400-an saja. Untuk minggu ini total yang menerima rencana sebanyak 850 paket,” paparnya.

Menurut Iqbal, target bantuan logistik yang diberikan ini adalah untuk 4 minggu atau satu bulan, terhitung dari awal April kemarin. Kurun waktu tersebut diputuskan oleh pihak Ditmawa. Sementara untuk Posko Gelanggang Bergerak untuk periode ini akan ada sampai 14 April mendatang.

“Posko ini ada karena keberadaan relawannya, baik alumni maupun mahasiswa. Jadi tiap akhir periode, akan kami evaluasi apakah masih sanggup untuk melanjutkannya atau tidak. Jadi keterlibatan kami dalam mendistribusikan juga akan dievaluasi,” imbuhnya.

Iqbal menyebut pendistibusian berjalan lancar. Mereka juga berusaha agar pendistribusian tidak bentrok dengan beberapa fakultas yang secara mandiri juga memberikan bantuan kepada mahasiswa. (eru)