Mahasiswa dari Berbagai Suku Mengikuti Penguatan Pembauran di Bantul

Mahasiswa dari Berbagai Suku Mengikuti Penguatan Pembauran di Bantul
Wakil Bupati Bantul Joko Budi Purnomo mengisi acara penguatan pembauran di Desa Wisata Jamu Kiringan Canden Kapanewon Jetis, Selasa (20/6/2023). (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Bantul bekerja sama dengan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Bantul menggelar acara penguatan pembauran di Desa Wisata Jamu Kiringan Canden Kapanewon Jetis, Selasa (20/6/2023).

Peserta sejumlah 50 mahasiswa dari sebelas provinsi yaitu Sulawesi Barat, NTB, Bali, Maluku, Kepulauan Riau, Sulawesi Tenggara, Banten, Sulawesi Selatan, NTT, Papua dan Riau, terlihat penuh antusiasme mengikuti kegiatan tersebut.

Acara yang dibuka oleh Kabid Kesbang Badan Kesbangpol Kabupaten Bantul Supriyanto S STP kali ini dihadiri narasumber Wakil Bupati Bantul Joko Budi Purnomo,  Ketua FPK Bantul Wijaya Tunggali ST, Dr Hajar Pamadi MA selaku akademisi dari UNY dan budayawan Dr Sumaryono MA.

Wakil Bupati mengatakan Indonesia adalah negara  yang kaya adat istiadat, budaya, suku, ras dan keberagaman. Indonesia negara besar dengan kekayaan alam dan SDM nya. Salah satu hal yang bisa menyatukan keragaman tersebut  adalah kebudayaan.

“Sebab kalau dengan politik tidak bisa mempersatukan karena muaranya kekuasaan. Ekonomi juga tidak bisa karena muaranya keuntungan. Maka yang bisa adalah budaya, seperti yang kalian bawa saat ini yakni pengenalan budaya masing-masing dan saling mengenal antarpemuda dari berbagai provinsi. Bersatu, berbaur menjadi sebuah kekuatan di negara kita," kata Joko.

Disebutkan, Yogyakarta adalah daerah khusus karena ada dua undang-undang (UU). Pertama, UU Nomor 23 Tahun 2014 yang berlaku di seluruh provinsi yang mengatur penyelenggaraan pemerintah daerah.

Kedua, UU Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta yang diberikan khusus oleh pemerintah RI kepada DIY.

Ini merujuk sejarah sebelum tahun kemerdekaan Yogyakarta merupakan wilayah merdeka atau otonom yang kemudian bergabung  atau melebur dengan Republik Indonesia. Banyak kontribusi yang diberikan kota ini kepada RI yang baru merdeka kala itu.

"Di antaranya keistimewaan yang dimiliki DIY adalah tidak adanya pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. Di DIY dengan penetapan yakni Gubernur adalah Sultan, Wakil Gubernur adalah Paku Alam," terangnya.

Supriyanto menjelaskan pogram kegiatan didasari oleh  Permendagri Nomor 34 Tahun 2006  tentang Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan.

"Kebangsaan  ialah proses pelaksanaan kegiatan integrasi anggota masyarakat dari berbagai ras, suku, etnis melalui toleransi sosial. Baik dalam bidang bahasa, adat  istiadat, budaya pendidikan dan juga perekonomian. Hal tersebut  dalam rangka mewujudkan kebangsaan Indonesia tanpa harus menghilangkan identitas, ras suku dan etnis masing-masing," kata dia.

Jadi, lanjut dia, pada kesempatan  ini dari berbagai daerah hadir dalam rangka melakukan proses integrasi, proses tukar menukar terkait budaya.

“Dan nanti Insya Allah akan diberikan pembelajaran terkait dengan budaya yang ada di Yogyakarta khususnya di Bantul," tambah Supri.

Jadwalnya hari itu materi teori untuk kemudian dilanjutkan Rabu (21/6/2023) praktik cara membuat jamu dan belajar kesenian karawitan atau gamelan.

"Bangsa Indonesia menuju usia emas tahun 2045.  Nanti usia kepemimpinan Indonesia emas 2045 ini ada pada generasi-generasi Z, generasi generasi milenial adik-adik semua yang akan meneruskan estafet kepemimpinan bangsa ini. Akan dijadikan apa bangsa ini, akan diberikan warna apa bangsa ini, akan seperti apa bangsa ini, nanti ada di tangan adik-adik semua," tambahnya. (*)