Maggot jadi Solusi Berkelanjutan Pengelolaan Sampah di DIY

Pakan ternak ini dihasilkan dari sampah organik dan non organik

Maggot jadi Solusi Berkelanjutan Pengelolaan Sampah di DIY
Seremoni penyerahan alat pengelolaan sampah di Dusun Petung, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. (istimewa) 
KORANBERNAS.ID, BANTUL - Yogyakarta, menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Dengan produksi harian mencapai sekitar 2.000 ton, kota ini membutuhkan solusi inovatif dan berkelanjutan.

Untuk mengatasi tantangan ini, Yayasan Benih Baik dan Maybank Indonesia, sebagai salah satu lembaga keuangan yang peduli lingkungan, telah menjalin kerjasama untuk mendukung pengelolaan sampah organik di Yogyakarta. Langkah ini menjadi respons terhadap kondisi darurat sampah yang dialami Yogyakarta beberapa bulan terakhir.

Solusi inovatif dalam pengelolaan sampah organik ini di laksanakan di Dusun Petung, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Instalasi ini dirancang untuk menjadi pusat pengelolaan sampah organik dengan memanfaatkan Maggot atau Black Soldier Fly (BSF).

Menurut Firdaus Juli, pendiri Yayasan Benih Baik, penggunaan Maggot tidak hanya memberikan hasil finansial yang baik tetapi juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan.

"Maggot telah terbukti menjadi pilihan ekonomis yang menguntungkan. Meskipun harganya di pasar hanya sekitar 60 ribu per kilogram, nilai ini cukup signifikan. Dengan harga yang terjangkau, Maggot menjadi alternatif yang menarik, terutama jika dibandingkan dengan pilihan lain yang lebih mahal," kata dia saat meluncurkan program penanganan sampah secara komprehensif pada Sabtu (25/11/2023) di Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Maggot tidak hanya muncul pada pengolahan sampah organik, namun juga pada sampah non-organik. Kegiatan ini berkontribusi luar biasa terhadap mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan gas metana yang keluar dari tumpukan sampah, Maggot muncul sebagai solusi yang holistik dan berkelanjutan.

Yayasan Benih Baik berkomitmen untuk menciptakan perubahan positif dalam pola pikir masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Dengan upaya bersama, Yogyakarta dapat menjadi contoh dalam pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan memberikan inspirasi bagi daerah lain di Indonesia.

"Manfaat dari pengelolaan sampah akan bermuara pada peningkatan perekonomian keluarga dan masyarakat, dimana keuntungan ekonomi dapat digunakan untuk kebutuhan pokok keluarga maupun untuk keperluan umum seperti membangun fasilitas penerangan jalan," lanjutnya.

Ini adalah langkah penting menuju keberlanjutan lingkungan dan perubahan positif dalam pola pikir masyarakat terhadap pengelolaan sampah. Yayasan Benih Baik berharap bahwa dengan mempromosikan penggunaan Maggot, mereka dapat membantu menciptakan solusi berkelanjutan untuk pengelolaan sampah di Indonesia.

Sementara itu, Presdir Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, pihaknya telah mengambil langkah proaktif dengan merancang dan mendukung pembangunan fasilitas pengelolaan sampah organik ini.

Fasilitas ini tidak hanya menjadi tempat pemrosesan, tetapi juga akan dilengkapi dengan pelatihan terkait pengelolaan sampah dan pemanfaatan lahan produktif. Selain itu, rencananya fasilitas ini akan berkembang menjadi bank sampah yang berfungsi lebih holistik.

"Dengan luas sekitar 150 meter persegi, fasilitas ini diharapkan mampu mengelola sekitar 500 kg sampah organik per hari," ujarnya.

Melalui fasilitas pengelolaan sampah organik dan budidaya BSF, Maybank Indonesia berharap dapat meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan pengelolaan seluruh sampah organik di TPS-3R.

"Langkah ini sejalan dengan komitmen Maybank Indonesia untuk berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan pengelolaan sampah yang lebih baik di Yogyakarta," tandasnya.(*)