Lelang Proyek Reklame YIA Disorot, Peserta Tuntut Fairness

Lelang Proyek Reklame YIA Disorot, Peserta Tuntut Fairness

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA—Sejumlah perusahaan peserta lelang atau tender reklame di Yogyakarta International Airport (YIA) gelisah. Kegalauan mereka, lantaran ikut majunya perusahaan besar dari Jakarta, yang diduga milik pejabat di pemerintahan.

Melalui rilis yang dikirimkan ke media, seorang yang mengaku bernama Wijaya mengatakan, para peserta tender reklame di YIA, sudah cukup lama mengamati proses lelang ini.

Dari penelusuran mereka, ada perusahaan besar dari Jakarta, yang diduga miliki seorang menteri, ikut maju dalam lelang ini.

“Ini jadi sorotan kawan-kawan. Keikutsertaan perusahaan ini, menurut kami berpeluang memunculkan KKN dan mempengaruhi fairness dari tender reklame di YIA,” kata Wijaya, Senin (2/3/2020).

Wijaya secara blak-blakan mempertanyakan keikutsertaan perusahaan kelas kakap ini dalam proyek advertising di bandara baru Kulonprogo.

“Kalau aturan mainnya, saya juga tidak tahu persis. Apakah perusahaan milik menteri boleh ikut lelang atau tidak. Cuma yang kami khawatirkan akan membuka peluang KKN sehingga merekalah yang dimenangkan,” ujarnya.

Saat dihubungi via ponsel, Wijaya mengatakan, tender atau lelang reklame di YIA, bernilai sekitar Rp 50-60 miliar pertahun.

Nilai ini, asumsinya meliputi seluruh media reklame baik di dalam maupun di luar gedung. Dari informasi yang dia dengar, perusahaan-perusahaan berani memberikan penawaran di kisaran Rp 60 miliar. Tapi perusahaan besar dari Jakarta, konon menyodorkan angka Rp 100 miliar lebih, tapi dengan mekanisme profit sharing.

“Itu info yang saya dengar. Tapi oke lah, prinsipnya dalam bisnis menang atau kalah itu hal biasa. Yang penting mekanismenya harus dibuat supaya fair dan transparan,” tandasnya.

Untuk menjamin proses yang transparan dan fair, Wijaya meminta agar PT Angkasa Pura I Yogyakarta, melakukan sistem lelang terbuka. Sehingga penawaran yang terbaik menjadi pemenangnya dan itu sangat fair.

“Ya baiknya terbuka saja. Jangan sampai tiba-tiba sudah ada pemenangnya,” pinta Jaya.

Menanggapi tudingan ini, Steering Committee Agus Pandu Purnama mengatakan, bahwa lelang proyek penggarapan advertising di YIA dilakukan secara terbuka. Siapapun bisa dan boleh mengakses hasilnya. Bagi penawaran yang kecil, sudah tentu akan kalah.

Pandu menegaskan, pihaknya memastikan proses lelang advertising di YIA dilakukan secara profesional. Sebagai BUMN, PT Angkasa Pura I, katanya, akan mempertaruhkan good corporate governance (GCG) sehingga tidak akan mungkin ada permainan di dalam proses lelang.

Ketika ditanya apakah benar informasi bahwa ada perusahaan besar milik seorang menteri yang ikut maju, Pandu mengaku tidak melihat dan menelusuri pemilik dari setiap perusahaan yang mengajukan penawaran.

Pengecekan hanya dilakukan terhadap kelengkapan administrasi dan nilai penawaran yang diajukan.

“Semua yang maju kita undang koq saat buka sampul. Jadi semua akan tahu, perusahaan mana saja dan berapa nilai penawarannya,” lanjut Pandu.

Terkait tahapan sejauh ini, Pandu mengaku belum bisa memberikan penjelasan. Pandu beralasan, proses itu ditangani oleh kantor pusat.

“Tapi saya akan monitor terus ya,” katanya.

Terpisah, Ketua Bidang Humas dan Kerjasama PPPI DIY, Taufiq Ridwan mengatakan, perusahaan-perusahaan lokal di DIY, sejauh ini belum ada satupun yang ikut maju dalam tender.

Taufiq mengungkapkan, nilai lelang yang dibuka, terlalu besar bagi perusahaan lokal.

“Dulu memang sempat ada penawaran. Tapi nilainya terlalu besar. Dan terasa lebih berat lagi, karena diminta di depan. Ini jelas berat bagi kami,” katanya.

Taufiq berharap, proyek nasional ini, bisa lebih membuka diri dengan keterlibatan perusahaan-perusahaan lokal.

“Salah satu yang mungkin dilakukan, adalah dengan konsorsium. Tapi kami berharap, Angkasa Pura juga bisa lebih membuka diri dan membuka peluang-peluang bersinergi secara lebih luas,” pungkasnya. (SM)