Lebih dari 20 Tahun Tarian Ini Tidak Ditampilkan

Lebih dari 20 Tahun Tarian Ini Tidak Ditampilkan

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA --  Beksan Bandabaya (memerangi marabahaya), tarian  yang diciptakan sekitar tahun 1840 oleh KGPAA Paku Alam II (bertahta 1829-1858), sudah lebih dari 20 tahun tidak ditampilkan di Kagungan Dalem Bangsal Sewatawa Pura Pakualaman Yogyakarta.

Setelah sekian lama, bertepatan dengan digelarnya Tingalan Wiyosan-Dalem Jangkep Yuswa 59 Tahun Sampeyan Dalem Kangjeng Gusti Pangeran Aipati Arya Paku Alam Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa ing Praja Dalem Kadipaten Pakualaman, Jumat (13/3/2020), tarian ini dipentaskan kembali.

Penghageng Kawedanan Hageng Kasentanan Kadipaten Pakualaman, KPH Tjondrokusumo, menyampaikan tarian tersebut direkonstruksi kembali sekitar tahun 1970-an pada masa Paku Alam VIII yang bertahta 1935-1998.

Paku Alam II memperoleh inspirasi menciptakan tarian tersebut sepulang dari Madiun. Di kota itu, PA II menyaksikan latihan perang menggunakan gebug atau pemukul beserta perisai.

Tarian ini menggambarkan kegagahan para prajurit Pakualaman berlatih perang menggunakan pedang panjang dan perisai. Beksan ini memiliki ciri khas Pakualaman dengan dasar atau motif tari madya.

Saat dipentaskan, Beksan Bandabaya sering dilengkapi empat orang ploncon yaitu abdi dalem laki-laki bertugas membawakan pedang yang akan atau telah selesai digunakan oleh penari.

Para ploncon melakukan lampah pocong atau  berjalan jongkok ketika mendekatkan diri untuk menyerahkan atau mengambil pedang.

Tarian ini secara berurutan diiringi lagon wetah, durmo rangsang, ladrang bimokurdo, lancaran bindri, ladrang bimokurdo dan lagon jogag.

Pada pementasan kali ini, para penari yang tampil membawakan tarian tersebut yaitu Mas Wedana Lebdomatoyo, Mas Ngabehi Setyobaksono, Mas Lurah Honggomatoyo dan Mas Lurah Cokromatoyo.

Sedangkan Ploncon dibawakan oleh Mas Ngabehi Hagyohambekso, Mas Bekel Ciptomatoyo, Mas Bekel Purwantoyo dan Jajar Radyoatmoko.

KGPAA Paku Alam X menerima ucapan selamat. (istimewa)

KMT Sestrodiprojo dan KRT Radyo Wisroyo selaku panitia Tingalan Wiyosan-Dalem kepada wartawan menyampaikan tahun ini acaranya memang terbilang istimewa, mengingat KGPAA Paku Alam X yang juga Wakil Gubernur DIY itu sejak naik tahta sekaligus menjadi pengemban kebudayaan yang berkomitmen tinggi terhadap budaya.

Tidak heran sejak dua hari sebelum Tingalan Wiyosan-Dalem,  dilaksanakan prosesi adat bucalan dan ngapem. Diadakan pula doa bersama di sejumlah masjid. Pesan dari semua itu, Paku Alam X ingin selalu bersikap prasaja.

Melengkapi acara tersebut, sejumlah Ubarampe Sesaji Hajad Dalem juga dikeluarkan yaitu kue Apem dan Kupat Sidalungguh. Khusus apem wajib tersedia.

Kue apem yang dibuat khusus untuk Tingalan Wiyosan-Dalem terdiri dua ukuran yaitu standar dan ukuran besar yang disebut apem mustaka sebagai simbol pemimpin.

Apem-apem itu usai didoakan sebagian dibagi di dalam istana, sebagian lagi dikirim ke Masjid Besar Pura Pakualaman, selebihnya dibagikan ke masyarakat.

Sedangkan Kupat Sidalungguh merupakan simbol bertahtanya KGPAA Paku Alam X yang mengemban amanah serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya. (sol)