Kesbangpol Gunungkidul Gelar Sekolah Penggerak Kerukunan

Perkembangan teknologi menggerus nasionalisme masyarakat.

Kesbangpol Gunungkidul Gelar Sekolah Penggerak Kerukunan
Peserta Sekolah Penggerak Kerukunan di Wonosari, Rabu (18/9/2024). (istimewa)

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL -- Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Gunungkidul menggelar Sekolah Penggerak Kerukunan angkatan IV tahun 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Sub Kegiatan Pembangunan Ketahanan Sosial Budaya yang bertujuan memperkuat tata pemerintahan dan tatanan sosial yang menjamin ke-Bhinneka Tunggal Ika-an dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kepala Kesbangpol Gunungkidul, Johan Eko Sudarto, menyatakan perkembangan teknologi dan informasi saat ini menjadi tantangan tersendiri bagi nasionalisme masyarakat yang makin tergerus.

"Perlu ada upaya menanamkan, menumbuhkan dan memelihara wawasan kebangsaan masyarakat melalui pembinaan yang intensif di lingkungan masyarakat," ujar Johan saat pembukaan Sekolah Kerukunan di Wonosari, Rabu (18/9/2024).

Dia menekankan Sekolah Penggerak Kerukunan diharapkan mampu menumbuhkan nilai-nilai Pancasila dan menyebarluaskan toleransi serta kerukunan beragama yang sehat dan bermartabat.

Kemerosotan akhlak

Kegiatan yang didanai dari dana keistimewaan ini dirancang untuk menjawab berbagai fenomena pergeseran nilai etika dalam kehidupan berbangsa, termasuk kemerosotan akhlak dan degradasi wawasan kebangsaan serta kerukunan beragama. Di Gunungkidul, konflik yang bernuansa SARA masih menjadi tantangan dalam menjaga harmonisasi antarumat beragama.

"Harmonisasi yang santun diperlukan sebagai upaya pembinaan karakter dan jati diri bangsa untuk mengatasi berbagai permasalahan, termasuk ancaman disintegrasi," tambah Johan.

Sekolah Penggerak Kerukunan ini diikuti 50 peserta,  terdiri 40 orang dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Organisasi Kepemudaan Gunungkidul, serta 10 orang dari Purna Paskibraka Indonesia.

Mereka akan menjadi Kader Kerukunan Umat Beragama di tingkat lokal, dengan harapan dapat menjadi motor penggerak toleransi dan kerukunan dalam masyarakat serta menangkal radikalisme dan ekstremisme.

Perdebatan

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Gunungkidul, Edy Praptono yang hadir mewakili bupati berharap masyarakat dapat "mengklaster" perbuatan baik terkait kerukunan sehingga tidak menimbulkan perdebatan.

“Kita perlu mendorong bagaimana kita semua bisa meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan mendidik bangsa Indonesia menjadi lebih baik,” ujar Edy.

Sesuai arahan Bupati Gunungkidul, lanjut Edy, dia memberikan pesan penting terkait adaptasi lingkungan mengingat perubahan yang terjadi begitu cepat. "Kemampuan untuk beradaptasi sangat diperlukan agar kita bisa menghindari gesekan-gesekan sosial," ungkapnya.

Dengan diadakannya Sekolah Penggerak Kerukunan diharapkan tercipta masyarakat yang lebih toleran, harmonis dan memiliki semangat kebangsaan yang kuat dalam menghadapi tantangan masa depan. (*)