Junjung Tinggi Toleransi, Pesan Kapolda DIY Saat Membuka Rakorda FKUB

Sultan HB I menata Kota Yogyakarta membentang arah utara-selatan, Keraton Yogyakarta titik pusatnya.

Junjung Tinggi Toleransi, Pesan Kapolda DIY Saat Membuka Rakorda FKUB
Rakorda FKUB yang dibuka Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan di Abadi Hotel Jogja, Selasa (19/9/2023). (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan SIK MH membuka Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) se-DIY tahun 2023 di Ruang Rose 3 Abadi Hotel Malioboro Jogja, Selasa (19/9/2023).

Kegiatan ini diselenggarakan oleh FKUB DIY atas kerja sama dengan Polda DIY serta Kesbangpol DIY dengan dihadiri 60 tamu undangan.

Hadir dalam kesempatan tersebut Dirbinmas Polda DIY Kombes Pol Tartono SH MBA, Kepala Bidang Ketahanan Sosial, Budaya dan Ekonomi Kesbangpol DIY Marcelinus Sukarno Tri Pandan Raharjo MP mewakili Kepala Bakesbangpol DIY Dr H Nur Ahmad Ghojali.

Hadir pula, Analis Kebijakan Ahli Muda pada Subbagian Organisasi, Tata Laksana, dan Kerukunan Umat Beragama Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag DIY, H Sidik Pramono  M Si, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama DIY serta AKBP Wahyu Dwi Nugroho SE, Kasubdit 3 Ditintelkam Polda DIY mewakili Dirintelkam Polda DIY maupun pengurus FKUB Kabupaten/Kota se-DIY.

Peserta Rakorda FKUB 2023 foto bersama. (istimewa)

Kapolda dalam sambutanya mengatakan berdirinya NKRI tidak menghilangkan keberagaman. Semua dirajut dalam kebersaman dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

"Sebagai kesepakatan dasar bernegara, FKUB dibentuk sejalan dengan tugas Polri dalam perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat tanpa terkecuali. Dalam konteks berbangsa dan bernegara mewujudkan kerukunan antarumat beragama merupakan wujud terhadap pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang meliputi Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan," kata Kapolda.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh pendiri bangsa agar Indonesia menjadi negara yang berketuhanan dan warganya dapat memeluk agama secara leluasa, menurut Kapolda, tidak ada egoisme agama dengan tetap menjunjung tinggi sikap toleran dan saling menolong.

"Maka saya berpesan marilah kita menjunjung tinggi nilai toleransi dalam rangka menciptakan kehidupan yang aman dan tentram," kata Kapolda.

ARTIKEL LAINNYA: Sultan HB X Tegas Menyatakan Keamanan Masyarakat Yogyakarta Prioritas Utama

Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa adalah fondasi dari semua sila-sila lainnya. Sila Ketuhanan mengajak bangsa Indonesia untuk mengembangkan etika sosial dalam kehidupan publik, politik, dengan memupuk rasa kemanusiaan dan persatuan, mengembangkan hikmah permusyawaratan dan keadilan sosial.

Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila, lanjut dia, adalah nilai-nilai Ketuhanan yang berkebudayaan yakni nilai-nilai etis. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bisa memperkuat pembentukan karakter melahirkan bangsa dengan etos kerja yang positif, memiliki ketahanan serta kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi yang diberikan dalam rangka mewujudkan kehidupan yang merdeka bersatu berdaulat adil dan makmur.

"Kita memiliki tanggung jawab di Jogja sebagai sumber kekuatan, mari kita bekerja sama antar lintas agama dan mempromosikan sebagai kedamaian Yogyakarta untuk membangun lebih baik tanpa memandang suku dan agama. Polri siap mendukung instansi dan tokoh masyarakat mewujudkan keamanan dan kerukunan di wilayah DIY," kata dia.

ARTIKEL LAINNYA: Sumbu Filosofi Yogyakarta, Warisan Budaya Dunia yang Menginspirasi Kini Diakui UNESCO

Marcelinus Sukarno Tri Pandan Raharjo mengatakan, pembangunan Yogyakarta dirancang oleh Sultan Hamengku Buwono I dengan landasan filosofi yang sangat tinggi.

Sultan HB I menata Kota Yogyakarta membentang arah utara-selatan dengan membangun Keraton Yogyakarta sebagai titik pusatnya.

Sultan juga mendirikan Tugu Golong-gilig (Pal Putih) di sisi utara keraton dan Panggung Krapyak di sisi selatannya. Dari ketiga titik tersebut apabila ditarik suatu garis lurus akan membentuk sumbu imajiner yang dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta.

"Secara simbolis, poros imajiner ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya (Hablun min Allah), manusia dengan manusia (Hablun min Annas) maupun manusia dengan alam.  Termasuk lima anasir pembentuknya yakni api (dahana) dari Gunung Merapi, tanah (bantala) dari bumi Ngayogyakarta dan air (tirta) dari Laut Selatan, angin (maruta) dan akasa (ether)," kata Marcelinus.

ARTIKEL LAINNYA: Turun Temurun, Perajin Kendang Semakin Eksis setelah Ada Danais

Agar semua bisa selaras seperti yang diharapkan, menurut dia, semua harus mengambil peran. Termasuk menghadapi tahun politik 2024 peran FKUB diharapkan dapat mewujudkan kerukunan di wilayah DIY.

Pemerintah dan pemuka agama dapat berjibaku meminimalisir konflik umat beragama dengan menciptakan situasi yang damai dan toleran.

Sidik Pramono menjelaskan pinsipnya rakorda memiliki tiga tujuan. Pertama, meningkatkan komunikasi antar FKUB Kabupaten/Kota dengan mengevaluasi program FKUB dalam menangani permasalahan sosial budaya agar permasalahan bisa diselesaikan secara bersama sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Kedua, mendukung dan memperkuat jaringan kerja yang memungkinkan terjadinya penguatan responsibilitas stakeholder dalam mewujudkan Ketahanan Sosial dan Budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta serta penguatan strategi untuk menciptakan harmoni kerukunan agama.

ARTIKEL LAINNYA: Purwobinganun Menjadi Rintisan Kalurahan Budaya

Ketiga, meningkatkan kolaborasi dalam membangun harmoni antarumat beragama. "Harapan besar Rakorda dapat menghasilkan gagasan yang baik dalam merawat kerukunan di wilayah masing-masing guna membangun ke depan lebih baik," katanya.

Rakorda FKUB se-DIY ini tujuannya untuk menghasilkan rekomendasi kepada Gubernur DIY terkait permasalahan umat beragama di provinsi ini. Sesuai Keputusan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006, FKUB berperan sebagai pemelihara dan menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. (*)