Jogja World Heritage Festival 2024 Digelar di Mantrijeron

Kirab dimulai dari Panggung Krapyak menuju Plengkung Gading.

Jogja World Heritage Festival 2024 Digelar di Mantrijeron
Konferensi pers Jogja World Heritage Festival (JWHF) 2024. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Kota Yogyakarta akan segera menjadi pusat perhatian dunia saat merayakan satu tahun penetapan The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO.

Perayaan ini akan diwujudkan dalam bentuk Jogja World Heritage Festival (JWHF) 2024, sebuah festival budaya yang unik dan kaya makna, yang digelar 21-22 September 2024.

Festival tahun ini mengangkat tema Sangkaning Dumadi dengan sub-tema Gebayanan menggambarkan awal kehidupan dan mengambil inspirasi dari nama kawasan penyelenggaraan di Jalan DI Panjaitan Kemantren Mantrijeron.

Pemilihan lokasi ini bukan tanpa alasan, sebab JWHF 2024 bertekad untuk menyoroti bagian selatan Sumbu Filosofi yang selama ini kurang memperoleh perhatian.

Segmen selatan 

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menjelaskan kali ini pihaknya ingin mengangkat segmen selatan.

"Tahun ini kita mencoba mempopulerkan dan memperkenalkan lebih jauh kawasan Sumbu Filosofi, khususnya segmen selatan yang disebut dengan Kebayangan," kata dia.

JWHF 2024 akan menampilkan berbagai acara menarik, termasuk Kirab Bregada yang melibatkan dua bregada kakung dan dua bregada putri membawa gunungan, melambangkan pertemuan laki-laki dan perempuan.

Kirab dimulai dari Panggung Krapyak menuju Plengkung Gading, menggambarkan perjalanan sangkaning dumadi atau awal kehidupan.

Hadiah Rp 36 juta

Salah satu acara yang paling ditunggu adalah Amazing Race yang digelar 22 September. Lomba sepeda keliling Sumbu Filosofi ini menawarkan total hadiah mencapai Rp 36 juta.

Peserta tidak hanya berkesempatan memenangkan hadiah, tetapi juga akan mendapatkan wawasan budaya yang berharga sepanjang rute perlombaan.

Ganang Iwan Surya Yudha selaku anggota pokja menekankan festival ini bukan sekadar perayaan seni. "JWHF 2024 ini adalah tonggak awal untuk melestarikan, memanfaatkan serta melindungi warisan budaya dunia," ujarnya.

Festival, lanjut dia, juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan mengangkat potensi seni budaya di Kawasan Sumbu Filosofi. Jadi, tiga fase kehidupan manusia, seperti kelahiran, kedewasaan dan kematian dimulai dari Panggung Krapyak.

Dua gunungan

"Kirab budaya melibatkan dua bregada kakung dan dua bregada putri yang membawa dua gunungan kakung dan putri," tambah Ganang.

Dia menjelaskan, ini menggambarkan pertemuan antara laki-laki dan perempuan yang dimulai dari sisi selatan. Kirab tersebut akan diarak menuju Plengkung Gading. Setelah itu, gunungan akan didoakan dan dibagikan kepada masyarakat.

"Kita juga menggambarkan perjalanan sangkaning dumadi dari Panggung Krapyak menuju Keraton," ujarnya.

Yang menarik, JWHF 2024 tidak hanya fokus aspek budaya tetapi juga melibatkan bidang ekonomi. Bazar UMKM akan menjadi salah satu highlight, memberikan kesempatan bagi pelaku usaha lokal untuk memamerkan produk mereka kepada pengunjung festival.

Membahas makna

Sebuah mini talkshow juga digelar 22 September dengan narasumber Ir Yuwono Sri Suwito dari Kawedanan Hageng Panitrapura dan Aris Eko Nugroho SP M Si, membahas makna Sangkaning Dumadi dan pentingnya pelestarian warisan budaya.

Yang patut diapresiasi, JWHF 2024 melibatkan partisipasi aktif masyarakat dari 8 kemantren, 1 kapanewon, 20 kelurahan dan 1 kalurahan. "Ini benar-benar menjadi representasi dari masyarakat yang memiliki kepentingan terhadap pengelolaan kawasan Sumbu Filosofi," tegasnya.

Festival diharapkan dapat mendorong generasi muda untuk lebih mencintai dan menjaga warisan budaya Yogyakarta. Dengan pengakuan UNESCO, Kawasan Sumbu Filosofi kini memiliki nilai penting yang perlu dilestarikan untuk generasi mendatang.

JWHF 2024 menjadi bukti nyata komitmen Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menjaga dan mempromosikan warisan budayanya. Dengan dukungan penuh Dana Keistimewaan Tahun Anggaran 2024, festival ini diproyeksikan akan menjadi agenda tahunan dengan tema yang berbeda setiap tahunnya. (*)