Jangan Seperti Membeli Kucing Dalam Karung, Program Vokasi Penting Untuk Siapkan SDM

Jangan Seperti Membeli Kucing Dalam Karung, Program Vokasi Penting Untuk Siapkan SDM

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Vokasi menjadi program penting dan strategis di Indonesia. Melalui pemagangan, SDM yang dilatih akan memberikan benefit lebih bagi sebuah perusahaan. Selama ini, rekruitmen pegawai, ibarat membeli kucing dalam karung. Karena yang direkrut boleh jadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Senior Advisor SED-TVET Project GIZ Indonesia Rudy Djumali mengatakan, ada dual system di Jerman berupa pendidikan sistem ganda. Siswa/mahasiswa vokasi belajar di dua tempat yang berbeda kultur, yaitu di sekolah dan perusahaan. Di sekolah kompetensi diberikan hanya satu per satu. Sedangkan di perusahaan sudah kompleks lalu diaplikasikan menjadi satu. Sehingga siswa belajarnya harus betul-betul di sekolah dan perusahaan seperti di Jerman sehingga perusahaannya bisa berkembang.

“Namanya adalah praktek pemagangan di Indonesia. Artinya belajar di dua tempat di sekolah dan industri. Hanya hal ini tidak atau belum banyak diaplikasikan. Dengan adanya Perpres, sistem vokasi Indonesia berubah orientasinya dari supply menjadi demand atau berorientasi pada permintaan,” kata Rudy, sebagaimana rilis yang dikirimkan Kadin DIY, Senin (5/9/2022). Rilis disampaikan sehubungan dengan kegiatan pembukaan Pelatihan Analisis Biaya dan Manfaat dalam Pendidikan dan Pelatihan Vokasi yang dibuka perwakilan Kadin Indonesia dan Kadin DIY di Yogyakarta.

Rudy mengungkapkan apabila sekarang banyak keluhan bahwa lulusannya tidak sesuai kebutuhan industri, maka dengan adanya program vokasi akan berubah sesuai orientasi demand. Dengan demikian kebutuhan industri akan seperti yang diluluskan dalam program vokasi. Peran dunia industri alias Kadin sangat kuat karena diberikan kewenangan ikut membuat kebijakan di vokasi. Pemagangan ini masih dianggap membebani perusahaan, padahal justru memberikan manfaat lebih besar bagi perusahaan.

“Anak magang di Jerman malah sudah digaji sekitar 40-60 persen dari gaji pegawainya. Sedangkan di Indonesia masih UMR atau malah sekadar uang saku. Dengan adanya pelatihan ini bisa dihitung biaya yang dikeluarkan, tetapi manfaatnya lebih besar dalam nilai nominal maupun jangka panjangnya. Investasi yang salah adalah jika mendapatkan tenaga kerja yang tidak sesuai kebutuhan perusahaan. Nah, supaya pasti sesuai ya melalui program vokasi ini,” ungkapnya.

Komite Tetap Pembinaan dan Pengembangan Kesekretariatan Kadin DIY Tim Apriyanto menyatakan, Kadin DIY sendiri melalui Tim Vokasi di bawah Bidang SDM, menggalakkan agar dunia industri terlibat dengan program vokasi. Jumlah perusahaan di DIY yang berskala besar hanya 2 persen, 98 persen merupakan UMKM. Sedangkan anggota Kadin DIY sekitar 300-an perusahaan. Untuk itu, pihaknya mendorong semua pelaku usaha termasuk pelaku UMKM menjadi anggota Kadin DIY dengan diberikan kemudahan. Targetnya bisa mencapai 1.000 bahkan 5.000 anggota nantinya.

“Kami tengah fokus melakukan revitalisasi program vokasi, guna mengakselerasi peningkatan SDM industri karena Kadin memiliki posisi strategis. Jika ada tim koordinasi nasional vokasi, maka akan dibentuk tim koordinasi daerah vokasi. Kadin akan mendorong supaya muncul tim koordinasi vokasi daerah,” terangnya.

Komite Tetap Pelatihan Vokasional Rommy Heryanto menambahkan, Bidang SDM, Vokasi dan Ketenagakerjaan Kadin DIY, sudah punya 96 Pelatih Tempat Kerja dan sekitar 200 perusahaan yang telah mengikuti program pemagangan. Karena setiap angkatan Pelatih Tempat Kerja langsung kembali ke perusahaannya untuk menerapkan pola-pola pemagangan seperti di pelatihan.

“Kerjasama pola pemagangan kita dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DIY yang mempunyai program pemagangan dalam negeri. Kadin DIY masuk sebagai mentor atau pendamping pemagangan tersebut. Kita pun memilih perusahaan yang bisa menjadi piloting program pemagangan kerjasama dengan GIZ Indonesia. Jadi Kadin berusaha menarik perusahaan-perusahaan agar ikut program pelatihan dan pendidikan vokasi. Kata kuncinya kita melatih para pendamping tempat kerja,” imbuhnya. (*)