Jalan ke Bandara Kurang Lebar dan Rawan Macet

Jalan ke Bandara Kurang Lebar dan Rawan Macet

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Seiring beroperasinya Yogyakarta International Airport (YIA) Temon Kulonprogo, Pemda DIY masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Satu di antaranya, akses jalan menuju bandara kurang lebar dan rawan terjadi kemacetan.

Hal ini terungkap saat Komisi C DPRD DIY,  Selasa (9/6/2020), melakukan inspeksi mendadak (sidak) preservasi jalan atau kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi dan rekonstruksi jalan Karangnongko Kulonprogo yang menghubungkan Jombor dan Maguwoharjo Yogyakarta. Lokasi peninjauan Komisi C dipusatkan di Milir Sentolo Kulonprogo.

Kunjungan kali ini dipimpin langsung Wakil Ketua Komisi C DPRD DIY Gimny Rusdin Sinaga didampingi Sekretaris Komisi Suparja dan dua orang anggota yakni Lilik Syaiful Ahmad serta Amir Syarifudin. Dua orang Wakil Ketua DPRD DIY juga ikut mendampingi yakni Suharwanta dan Anton Prabu Semendawai selaku koordinator Komisi C.

Rombongan di lokasi rekonstruksi Milir Sentolo Kulonprogo menerima penjelasan dari PPK Preservasi Jalan Karangnongko, Jombor, Maguwoharjo Yogyakarta, Setiawan Wibowo.

Setiawan mengatakan paket preservasi Jalan ini nilai kontraknya Rp 17 miliar. Pengerjaannya meliputi pemeliharaan rutin jalan ruas jalan arteri utara, ruas jalan Toyan batas Kota Wates, pengerjaan drainase Kulonprogo-Yogyakarta dan pekerjaan berkala jembatan Bantar Baru. Proses rekonstruksi jalan di Milir Sentolo saat ini mencapai 78 persen.

“Progres rekonstruksi jalan di Milir Sentolo Kulonprogo sebagai jalan pendukung bandara mencapai 78 persen dengan nilai kontrak Rp 6,4 miliar, tinggal penyelesaian dan merapikan,” jelasnya.

Gimny Rusdin Sinaga mengatakan sebagai anggota dewan yang menjalankan fungsi pengawasan, pihaknya meminta proses pemeliharaan jalan dilakukan sebaik mungkin.

“Sering saya jumpai baru tiga bulan diperbaiki, jalan sudah miring-miring. Sebagai mitra, kami berharap pemeliharaan jalan dilakukan sebaik mungkin,” ujarnya.

Suharwanta menyampaikan Satker PJN Wilayah DIY agar terus bersinergi saling menguatkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa jalan yang baik.

Dia juga mengingatkan jangan sampai terjadi kesenjangan antara jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten.

“Keberadaan jalan nasional sangat mepengaruhi pelintasan jalan di sekitarnya. Jalan adalah jaringan, jaringan jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten saling berhubungan. Kita harus berusaha, saling sinergi agar tidak terjadi kesenjangan. Jangan sampai jalan nasional baik, jalan provinsi baik tetapi jalan kabupaten jelek. Mari bersama saling menguatkan untuk kemajuan DIY,” kata Suharwanta.

Sependapat, Anton Prabu Semendawai mengatakan masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan DIY menyusul beroperasinya bandara YIA.

“Pasca bandara beroperasi banyak sekali PR yang harus dikerjakan. DIY perlu sinergi dengan semua pihak termasuk pemerintah pusat," kata Anton.

Suparja menambahkan rencana besar DIY cukup banyak dan diperlukan sinergi yang baik dengan pemerintah pusat. Setelah bandara YIA masih ada program bedah Bukit Menoreh dan penyelesaian Jalur Jalur Lintas Selatan (JJLS).

“Bandara YIA program pemerintah pusat ini dibangun tidak hanya untuk warga Yogyakarta tetapi Indonesia. Perlu dukungan sarana transportasi darat yang baik di antaranya infrastruktur jalan yang baik," ungkapnya.

Anggota Komisi C DPRD DIY dari Kulonprogo, Lilik Syaiful Ahmad, mengatakan kondisi jalan yang baik akan memberikan pengaruh bagus pada sektor pariwisata dan perekonomian.

Pemeliharaan jalan yang baik akan memberikan dampak yang baik pula. “Kondisi jalan yang bagus dan baik akan memberikan multiplier effect yang positif di berbagai sektor. Pemeliharaan jalan yang baik ini perlu dipertahankan,” kata Lilik.

Menurut dia, ruas jalan yang menghubungkan Yogyakarta, Sentolo, Wates kurang lebar untuk mendukung keberadaan bandara.

Selain  rawan terjadi kemacetan juga menghambat perjalanan menuju bandara. “Jalan ini kurang lebar sehingga rawan terjadi kemacetan di sini,” kata Lilik. (sol)