Indonesia Raya dan Indonesia Pusaka Menggema di Ponpes Minggir

Dialog kebangsaan ini merupakan bagian dari bentuk upaya untuk terus merawat kebhinekaan di Indonesia

Indonesia Raya dan  Indonesia Pusaka Menggema di Ponpes Minggir
Para tokoh menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Indonesia Pusaka. (warjono/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Indonesia Pusaka, Sabtu (28/9/2024) sore menggema di Pondok Pesantren Minggir, yang diasuh oleh Gus Muwafiq. Gema lagu kebangsaan ini menutup gelaran Dialog Kebangsaan Lintas Agama, mengawali peringatan Grebeg Minggir memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 2024, yang digelar malam harinya.

Selain tamu undangan, ikut menyanyikan lagu kebangsaan sejumlah tokoh, selain tuan rumah Gus Muwafiq, juga hadir Dr KPA Nicholas Prasetyo Dononagoro, Bambang Wisnu Handoyo, Ngakan Ngurah Mahendrajaya dan RM A.R. Yudono Suwondo.

Gus Muwafiq mengatakan, dialog kebangsaan ini merupakan bagian dari bentuk upaya untuk terus merawat kebhinekaan di Indonesia. Harus dipahami bahwa keberagaman yang ada dan dihadapi bangsa, adalah rahmat dari alam. Keberagaman merupakan kekuatan untuk membangun kebersamaan. 

“Perbedaan macam-macam agama, suku, ras harus dihormati dan diakui sebagai keniscayaan,” katanya.

Bagi tokoh yang pernah menjadi asisten Gus Dur ini, keberagaman yang ada merupakan kekayaan bangsa. Ia justru berharap, segala perbedaan yang ada dan keberagaman, bisa mendorong rasa kerukunan dan saling melemngkapi serta membangun kebersamaan antar elemen bangsa. 

“Dengan rasa syukur, keberagaman ini harapannya justru menjadi bagian dari pilar penting bagi keberlanjutan dan kesinambungan bangsa ke depan,” ujar Gus Muwafiq.

Terkait dengan kepemimpinan ke depan, Gus Muwafiq mengingatkan, bahwa siapapun pemimpin yang terpilih, sudah melalui proses yang melandaskan pada peraturan perundangan. Mereka yang terpilih, adalah putra putri terbaik bangsa, yang akan memimpin bangsa ini 5 tahun ke depan.

“Saya hanya berpesan, agar pemimpin yang terpilih selalu ingat bahwa mereka dipilih oleh rakyat. Maka, tidak ada kata lain selain sejahterakan rakyat dan jaga bangsa serta negara dengan baik. Jaga kedaulatan dan ingat bahwa masih ada anak cucu yang akan meneruskan bangsa dan negara ini,” tandasnya.

Dr Nicholas Prasetyo Dononagoro. (warjono/koranbernas.id)

Menjadi Garam

KPA Nicholas Prasetyo Dononagoro menambahkan, sebagai bagian dari anak bangsa, para tokoh yang hadir dalam acara ini sangat merindukan kebersamaan dalam perbedaan. Selama ini banyak orang mempertentangkan perbedaaan, tapi mereka yang berkumpul dalam dialog kebangsaan di Sleman ini, justru bertemu karena berbeda.

Kebersamaan ini, katanya, akan menjadi jembatan bagi tembok-tembok yang selama ini dibangun banyak elemen anak bangsa. Harapannya, ke depan semua menjadi nyaman, bergandeng tangan berkolaborasi, dengan satu tujuan “Nusantara Pasti Kembali Jaya”. 

Menyusul acara di Sleman ini, bulan depan acara serupa akan digelar di Bali. Ia berharap, langkah ini bisa diikuti oleh elemen-elemen lain anak bangsa, untuk terus merajut dan merawat kebersamaan untuk bangsa dan negara. 

“Kami berusaha menjadi garam di tengah kehidupan berbangsa, sehingga menjadi penyedap kehidupan,” lanjutnya.

Menurut Nicholas, saat ini semua sedang berproses menuju kearah yang lebih baik. Untuk itu, ia mengharapkan semua pihak ikut mendukung proses ini bisa berjalan dengan baik dan lancar.

“Mari kita bersama-sama memberikan energi positif. Yang baik kita dukung dan yang kurang baik kita beri masukan dulu lah. Jangan langsung dikritik dan dihakimi. Kita berikan evaluasi dengan cara yang baik. Saya rasa itu akan mendorong perjalanan bangsa dan negara ini ke arah yang juga lebih baik,” pungkasnya. (*)