Horor dan Komedi Berpadu dalam Film Sekawan Limo
Film ini memakai bahasa Jawa, jadi sangat relate dengan kehidupan sehari-hari.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Industri perfilman Indonesia kembali dihebohkan dengan film terbaru garapan Bayu Skak, Sekawan Limo. Film yang mengangkat genre horor komedi ini berhasil memikat hati penonton sejak hari pertama penayangannya pada 4 Juli silam.
Tidak hanya tawa dan ketegangan, Sekawan Limo juga membawa pesan mendalam tentang persahabatan dan keberanian menghadapi masa lalu.
Berlatar di Gunung Madyopuro yang misterius, Sekawan Limo mengisahkan petualangan lima sekawan yang terjebak situasi mencekam akibat melanggar mitos setempat.
Bayu Skak yang berperan sebagai Bagas sekaligus sutradara film ini mengungkapkan, inspirasi cerita berasal dari legenda urban yang beredar di kalangan pendaki.
Cerita mistis
"Saya tertarik mengangkat tema ini karena banyak sekali cerita mistis yang beredar di kalangan pendaki. Tapi kali ini, kami ingin menyajikannya dengan sentuhan komedi agar lebih ringan dinikmati penonton," ujar Bayu saat meet and greet cast film Sekawan Limo di Jogja City Mall, Jumat (5/7/2024).
Film itu semakin menarik dengan bergabungnya para pemain berbakat seperti Nadya Arina, Benidictus Siregar, Firza Valaza, dan Indra Pramujito. Chemistry antarpemain yang terjalin apik menjadi salah satu kekuatan utama film itu.
Nadya Arina yang berperan sebagai Lenni mengaku tertantang dengan perannya. Ini pertama kalinya dia bermain film horor komedi. Tantangannya adalah bagaimana menyeimbangkan ekspresi ketakutan dengan komedi.
"Syukurnya, berkat arahan Mas Bayu dan kebersamaan dengan teman-teman pemain lainnya, proses syuting jadi sangat menyenangkan," ungkapnya.
Bahasa Jawa
Bayu Skak menambahkan, salah satu hal yang menjadi sorotan adalah penggunaan bahasa Jawa dalam beberapa dialog film. Langkah ini dinilai berani dan berhasil memberikan nuansa autentik pada cerita.
"Kami ingin film ini benar-benar merepresentasikan budaya Jawa, termasuk bahasanya. Ini juga menjadi cara kami melestarikan bahasa daerah melalui medium film," jelasnya.
Sekawan Limo tidak hanya mengandalkan jump scare khas film horor pada umumnya namun juga menyisipkan pesan moral yang dalam.
"Saya ingin mengajak penonton untuk bisa berdamai dengan masa lalu. Apapun situasi yang kita hadapi, baik atau buruk, jangan dihindari. Karena kalau kita lari dari masalah, masa lalu itu akan selalu menghantui kita," ungkapnya.
Respons positif dari penonton pun tak terelakkan. Dalam acara meet and greet, antusiasme penonton terlihat jelas.
Alur cerita
"Filmnya bagus, lucu banget dan pesan yang disampaikan juga sampai ke penonton. Karena film ini juga memakai bahasa Jawa, jadi sangat relate dengan kehidupan sehari-hari," kata Dewi (19) salah seorang penonton.
Kesuksesan Sekawan Limo juga tak lepas dari kontribusi penulis naskah berbakat, Nona Ica. Kolaborasinya dengan Bayu Skak berhasil menciptakan alur cerita yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi.
Di tengah maraknya film horor di Indonesia, Sekawan Limo ibarat angin segar yang menggabungkan unsur lokal, komedi dan horor dalam satu paket yang menarik.
Film ini membuktikan bahwa industri perfilman Indonesia mampu menghasilkan karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat akan nilai-nilai budaya dan pesan moral.
Dengan penayangan yang masih berlangsung di bioskop-bioskop seluruh Indonesia, Sekawan Limo diprediksi akan menjadi salah satu film box office tahun ini. (*)