Guru Besar UGM dan UNY Beri Masukan untuk Paslon Untoro - Wahyudi
Prof Totok Gunawan pernah melakukan penelitian kondisi air tanah di Bantul yang harus diperbaiki.
KORANBERNAS.ID, BANTUL – Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Pilkada Bantul 2024, Dr Untoro Hariadi - Wahyudi Anggoro Hadi Apt S Farm, menggelar Forum Silaturahmi dan Dialog bertema Memperkuat Kohesi Sosial, Rabu (4/9/2024) sore, di Kampung Mataraman Jalan Ring Road Selatan Sewon Bantul.
Acara itu dihadiri para guru besar dan akademisi dari berbagai Perguruan Tinggi (PT) di DIY, pemerhati pendidikan, budayawan, pelaku usaha, aktivis dan unsur masyarakat lain.
Tampak di antaranya Guru Besar Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Purwo Santoso, Guru Besar Fakultas Geografi UGM Prof Totok Gunawan, Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Prof Suwarsih Madya.
Kemudian, Dr Samsudin dari Universitas Proklamasi (Unprok) 45, budayawan Sigit Sugito, Ketua Forum Masyarakat Peduli Pendidikan Kabupaten Bantul (FMPPB) Zahrowi serta tokoh lainnya.
Banyak masukan dan pemikiran yang disampaikan para guru besar dan peserta dialog. Prof Totok Gunawan menyatakan pernah melakukan penelitian kondisi air tanah di Bantul yang harus diperbaiki.
Sesi foto bersama usai dialog. (sariyati wijaya/koranbernas.id)
"Saya juga mengajak masyarakat untuk menanam apa yang dimakan dan memakan apa yang ditanam. Saya berharap pemimpin bisa mewujudkan mandiri pangan di masyarakat dan mewujudkan ekonomi hijau,” katanya.
Juga banyak masukan lain terkait persoalan sampah, pendidikan, kesehatan. “Saya akan tampung semua masukan, kami akan catat yang pada akhirnya kami kompilasikan dengan visi dan misi kami. Tentu akan kami lakukan kajian dan kalkulasi,” kata Untoro.
Menurut dia, forum seperti ini tidak hanya sekali dilakukan namun akan berkesinambungan untuk membangun Bantul menjadi semakin baik.
Untoro yang seorang dosen ini menyampaikan beberapa catatan terkait keikutsertaannya pada Pilkada Bantul 2024 bersama Wahyudi Anggoro Hadi, Lurah Panggungharjo Kapanewon Sewon Bantul yang memiliki banyak prestasi di tingkat nasional.
Peristiwa MK
“Pertama, jika boleh diberi makna, maka peristiwa Mahkamah Konstitusi (MK) dan turunannya, hingga ke Bantul, adalah jalan Ilahi atau Pertolongan Allah Yang Maha Kuasa, kepada rakyat untuk memiliki pilihan alternatif. Hanya dengan alternatif rakyat memiliki kesempatan melakukan perubahan demi mencapai kehidupan yang lebih baik,” kata Untoro.
Kedua, di Bantul rupanya PAN dan PBB bukan saja mengerti kehendak rakyat tapi juga dapat membaca gerak sejarah Bantul. “Telah tiba momentum bagi Bantul untuk memperbarui dirinya. Alih-alih ikut rombongan besar, PAN dan PBB, secara ikhlas justru mewakafkan diri menjadi pintu sejarah bagi rakyat Bantul untuk berjuang melahirkan perubahan, Bantul Baru, Rakyat Sejahtera,” lanjutnya.
Ketiga, rasa syukur kehadirat Allah SWT telah menjadi energi utama pembaruan. “InsyaAllah merupakan energi bersih yang memudahkan seluruh gerak langkah. Rasa syukur akan menjadi dasar strategi, yakni pilihan jalan yang tidak didasarkan pada kalkulasi pragmatisme-transaksional, melainkan pada keikhlasan dan aspirasi rakyat dalam menempuh jalan pembaruan,” ujarnya.
Keempat, menurut Untoro, daya dorong tersebut akan diperkuat dengan daya tarik, berupa keinginan kuat untuk menghadirkan implementasi partisipatif nilai-nilai Pancasila, Pembukaan UUD 45 dan segala nilai kearifan lokal.
Bantul ke depan
“Bantul kini dan ke depan merupakan laboratorium sosial atau arena praktik sosial, di mana masalah-masalah rakyat akan dilihat dengan perspektif nilai-nilai Pancasila dan dengan sendirinya jalan keluar yang dihadirkan adalah kebijakan-kebijakan yang mengejawantahkan nilai-nilai Pancasila. Peran para guru besar, akademisi dan seluruh masyarakat ilmu, sangat besar,” kata Untoro.
Kelima, langkah ke depan adalah langkah membangun manusia, memperkaya tradisi dan melestarikan lingkungan. Rasa bangga orang Bantul harus dipulihkan. Artinya pembangunan manusia dan karakter, meningkatkan kemampuan rakyat untuk bekerjasama, berkolaborasi mengubah nasibnya.
“Kuncinya adalah rasa saling percaya, rasa saling menghormati, saling bantu dan kerja sama, partisipasi dan kolaborasi,” tandasnya. (*)