Gubernur DIY Resmikan Gedung Trauma Healing di RSJ Grhasia
KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Sebagai bentuk dukungan terhadap peningkatan kesehatan jiwa dan psikis, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo menyatakan bahwa di Kabupaten Sleman telah menyiapkan kader hingga di tingkat kapanewon.
Hal ini disampaikan Bupati Kustini saat hadir mendampingi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, ketika meresmikan Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum. Gedung yang diberi nama Pringgodani itu bertempat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia dan diresmikan Gubernur secara simbolis dengan pemotongan buntal, Rabu (22/2/2023).
Bupati Kustini menyampaikan ucapan selamat kepada Rumah Sakit Jiwa Grhasia atas diresmikannya Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum. Kustini menyampaikan harapan, dengan bertambahnya fasilitas layanan kesehatan di RSJ Grhasia dapat menambah daya dukung layanan kepada masyarakat di sekitar Kabupaten Sleman.
“Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum ini diharapkan dapat menjadi unit yang terbaik dan bisa menjadi rujukan kerjasama Pemerintah Kabupaten Sleman. Sehingga dalam menyelesaikan masalah psikis yang berdampak khususnya pada kekerasan perempuan dan anak dapat segera diselesaikan bersama-sama,” kata Kustini.
Kustini menambahkan, hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Sleman terus melaksanakan pelatihan mediasi bagi para kader dan jejaring yang ada di Kabupaten Sleman. Pelatihan tersebut dimaksudkan agar kader dapat melakukan tindakan mediasi pada kasus yang terjadi sampai di tingkat Kapanewon.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X juga memberikan respons positif terhadap peresmian Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum. Menurut Gubernur, pelayanan trauma healing menjadi sebuah urgensi, seiring dengan terjadinya kecelakaan, bencana alam, kekerasan seks dan kekerasan dalam rumah tangga.
Begitu juga dengan layanan Visum Et Repertum yang berperan strategis dalam mendukung implementasi regulasi seperti pemeriksaan kejadian tindak kekerasan. Terkait dengan hal itu, Gubernur menghimbau agar fasilitas tersebut dapat didukung dengan pelayanan ramah tanpa membedakan status sosial pasien.
“Harus mengadaptasi sistim menajemen dengan standar pelayanan yang sama bagi setiap pasien di berbagai kelas. Untuk itu layanan baru di Gedung Pringgodani harus dijiwai dengan moto Rumah Sakit Grhasia yaitu melayani dengan senyum,” jelas Sultan.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, drg. Pembajun Setyaningastutie melaporkan, pada semester pertama tahun 2022, tercatat sebanyak 654 kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak. Hal itulah yang menjadi salah satu latar belakang lahirnya Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum RSJ Grhasia. Sehingga dengan adanya fasilitas tersebut dapat menjadi penanganan yang tepat bagi para korban.
“Unit Pelayanan Trauma Healing dan Visum Et Repertum dibangun agar Rumah Sakit Jiwa Grhasia memberikan pelayanan trauma healing bagi korban kekerasan khususnya perempuan dan anak dengan memenuhi standar profesi dan standar prosedur operasional. Dengan gedung baru ini, diharapkan dapat diberikan oleh Rumah Sakit Jiwa Grhasia dengan pelayanan yang berkualitas bermutu dan memperhatikan aspek keselamatan pasien,” jelasnya.
Sementara Direktur RSJ Grhasia, Akhmad Akhadi menjelaskan, gedung baru itu telah di lengkapi dengan beberapa fasilitas lengkap, seperti ruang perawatan masa krisis, ruang observasi anak, ruang terapi keluarga, ruang dokter, ruang psikolog, hingga ruang observasi visum et repertum.
“Harapannya Rumah Sakit Jiwa Grhasia ini dapat berperan lebih besar pada penanggulangan korban kekerasan, sehingga korban hanya berhenti pada peristiwa kekerasan saja, tidak sampai menimbulkan post trauma stress disorder dan tidak mengakibatkan gangguan jiwa yang lebih berat,” katanya. (*)