GPK Siap Menangkan PPP, Yakin Mampu Membawa 6 Juta Suara

GPK Siap Menangkan PPP, Yakin Mampu Membawa 6 Juta Suara

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA—Sebagai sayap partai, Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK) menyatakan siap untuk memenangkan PPP dalam Pilpres 2024 mendatang. GPK yang kini memiliki kepengurusan di 34 provinsi, optimistis mampu menyumbangkan sedikitnya 6 juta suara untuk induk partai mereka.

Saat memberikan sambutan dalam Muktamar II GPK di Yogyakarta, Ketua Umum PP GPK, Andi Surya Wijaya Ghalib mengatakan, organisasi ini sudah bertekad untuk solid dan bekerja keras serta cerdas berjuang untuk umat. Muktamar diikuti oleh seluruh perwakilan dari 34 provinsi. Kegiatan ini juga dihadiri oleh jajaran pimpinan DPP GPK, serta Ketua DPP PPP Suharso Monoarfa, Sekjend dan jajaran pengurus serta Ketua Umum PPP 2016-2020 Romahurmuziy.

“Kami bertekad menjadi lokomotif pemenangan partai pada Pemilu 2024 mendatang. Saat ini kepengurusan GPK solid dan berdiri di 34 provinsi. Kami sudah membentuk 340 lebih pimpinan cabang. Sebagian besar sudah menggelar Muswil dan Muscab, dan bahkan sebagian sudah membentuk PAC dan Ranting,” kata Ghalib, Minggu (12/12/2021) sore.

Andi mengatakan, dirinya dan seluruh pengurus GPK akan melanjutkan estafet Ketua Umum GPK periode sebelumnya, Syahrial Agamas. Ia juga bertekad memenangkan PPP di Pemilu 2024 mendatang sebagai bagian dari perjuangan politik.

“Hari ini menjadi tonggak sejarah bagi GPK. Kami akan terus berkomitmen membina generasi muda demi mewujudkan tujuan Indonesia yang berlandaskan Pancasila,” katanya.

Romahurmuziy yang naik ke podium bersama Suharso, mengaku bangga dengan semangat kalangan muda PPP. Ia yakin PPP bisa berbicara banyak pada pemilu mendatang, setelah pada pesta rakyat sebelumnya partai ini dicurangi oleh pihak lain dengan berbagai intrik. Roma berharap, seluruh pengurus dan kader serta simpatisan partai lebih solid ke depannya, sehingga mampu memanfaatkan waktu sekitar 2,5 tahun menjelang pemilu 2024 untuk memenangkan partai.

Sementara itu, Ketua Umum DPP PPP, Suharso Monoarfa berharap militansi GPK bisa terus ditingkatkan. Ia berharap GPK Yogyakarta bisa menjadi contoh bagi GPK lainnya di Indonesia. GPK Jogja selama ini menjadi ikonik, yang militansinya bisa menginspirasi GPK lainnya.

“Kami berharap anak-anak muda seluruh Indonesia bisa mencontoh militansi dari GPK Jogja,” kata Suharso kepada awak media usai pembukaan Muktamar II setelah mukatamar yang I berlangsung 15 tahun silam.

Disinggung soal dirinya maju dalam Pemilihan Presiden 2024 mendatang, Suharso menyatakan ia belum memikirkan hal tersebut. Suharso memastikan, untuk saat ini lebih berfokus pada upaya mengangkat elektoral partai, ketimbang berbicara soal sosok.

Ia mengatakan sejumlah hal lebih priorotas yang perlu dibenahi dalam keorganisasian partai daripada berfokus soal pilpres. Khususnya keberadaan sayap-sayap partai agar ke depan bisa bergerak optimal mendongkrak suara.

Ia menyoroti pengalaman pilpres dan pemilu legislatif 2019 silam. Sayap-sayap partai PPP, seperti GPK dan Generasi Muda Pembangunan Indonesia (GMPI) sudah berjuang all out dalam kampanye.

“Jalanan bisa penuh, semua sayap partai turun tetapi saat pemilihan digelar suaranya tidak banyak,” kata Suharso.

Kondisi itu berdampak pada raihan kursi PPP di sejumlah daerah termasuk di DIY. Suharso tak menampik, hilangnya suara partai saat Pemilu 2019 tidak lepas dari konflik panjang internal PPP. Saat itu PPP terbelah akibat muktamar kembar yang melahirkan dua kubu yakni Djan Faridz dan Romahurmuziy.

Oleh karenanya, ia tidak mau dalam setiap muktamar PPP baik di organisasi sayap atau partai ada konflik sekecil apapun. Semua harus diselesaikan sebelum muktamar.

“Sayap-sayap partai sebagai ujung tombak penggaet suara milenial di akar rumput harus solid. Kalau tidak maka yang salah adalah bapaknya, DPP yang harus dibenahi,” kata Suharso.

Senada diungkapkan Ketua DPP PPP Ahmad Baidowi. Di sela-sela muktamar itu, Baidowi membenarkan, saat ini partainya belum berfokus pada pilpres atau siapa capres yang akan diusung pada 2024 mendatang. Pembahasan capres/cawapres seperti itu baru akan dilakukan setahun sebelum pemilu, atau tahun 2023 mendatang.

Soal sikap partai dalam Pemilu mendatang juga akan diputuskan dalam forum resmi seperti rapat pimpinan nasional atau rapimnas atau muktamar. Meskipun begitu, katanya, kalau ada yang mengusulkan Ketum PPP Suharso Monoarfa masuk dalam bursa capres/cawapres hal itu dinilai wajar dalam dinamika perpolitikan. (*)