Gebrakan Petani Milenial Meresonansi Regenerasi Petani

Gebrakan Petani Milenial Meresonansi Regenerasi Petani

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Gebrakan Duta Petani Milenial (DPM) besutan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meresonansi regenerasi petani diberbagai daerah, semakin terlihat nyata. Salah satunya diperlihatkan Rayndra Syahdan Mahmudin, DPM asal Magelang, Jawa Tengah sekaligus Alumni Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMA) yang sukses membangun ekosistem kewirausahaan pertanian melalui pelibatan pemuda pedesaan bertajuk Milenial Bangun Desa.

Didatangkan sebagai narasumber pada acara Koordinasi Penyelenggaraan Kegiatan Unit Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (UPPM) Polbangtan YoMa Tahun 2022 beberapa waktu lalu, Rayndra membagikan pengalaman dan suka dukanya merintis gerakan ini di depan Kepala Bidang Penyuluhan dan Kepala Balai Penyuluhan Pertanian se- DI Yogyakarta.

Pemuda kelahiran 1995 ini mengatakan bahwa menyadarkan kaum muda untuk peduli terhadap keadaan Desa khususnya pertanian bukanlah hal yang mudah. Tantangan yang dihadapi pun datang dari berbagai pihak.

“Menggelorakan semangat milenial memang butuh upaya lebih, karena sekarang ini krisis yang terjadi bukan lagi anak muda pergi ke kota, namun anak muda berhenti memikirkan dan peduli akan keadaan desanya,” kata Rayndra.

Apalagi, kata Rayndra, anak muda sekarang sengaja dijauhkan oleh orang tuanya dari hiruk pikuk pertanian desa. Sebagian besar petani tidak menginginkan anaknya mengikuti jejak bertani, karena mindset mereka menjadi petani itu tidak elit.

Namun tantangan-tantangan tersebut tak dijadikan alasan oleh Rayndra untuk tetap melaju mejadi agropreneur muda. Mengawali karir bertani sejak masih duduk di bangku kuliah, kini Rayndra sukses membangun CV miliknya sendiri dengan bendera Cipta Visi Group.

Tidak tanggung sampai di situ, Ia juga dipercaya menjadi koordinator berbagai kegiatan pembangunan desa seperti Badan Usaha Milik Desa, PKK Milenial, dan Posyandu ternak. Rayndra mengakui bahwa capaiannya ini tidak terlepas dari dukungan dan kesempatan yang diberikan oleh berbagai pihak.

”Saya tidak akan sampai di titik ini jika dulu saya tidak diberikan kesempatan dan ruang oleh Polbangtan YoMa, oleh Kepala Desa, dan oleh Bupati untuk tampil dan membangun jejaring,” paparnya.

Untuk menggugah semangat milenial guna membangun desa, Raydra saat ini berinovasi dengan mendirikan Sekolah Tani Milenial sebagai wadah komunikasi, silaturahmi, dan saling belajar antar pemuda yang mempunyai minat dibidang usaha pertanian.

“Milenial punya semangat tinggi, maka perlu difasilitasi ruang dan kesempatan untuk tampil, saya berharap bapak ibu Kepala BPP juga dapat turut memberi ruang kepada para pemuda untuk dapat terjun ke dunia pertanian,” ujarnya.

Hal ini selaras dengan semangat Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, untuk menumbuhkan 2,5 juta petani milenial hingga tahun 2024 mendatang.

“Untuk itu kami ingin mencetak jutaan petani milenial yang mandiri, inovatif, dan berdaya saing tinggi. Petani milenial harus kreatif mengelola sektor pertanian dan mampu menghasilkan produk siap pakai,” tegas Mentan SYL di Jakarta beberapa waktu lalu.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, menegaskan bahwa kunci keberhasilan pembangunan pertanian ada pada petani milenial. Itu sebagaimana perkembangan sektor pertanian di negara-negara maju, dimana petani milenial menjadi ujung tombaknya.(*)