Gara-gara Covid Penanganan Tuberculosis Dinomorduakan

Gara-gara Covid Penanganan Tuberculosis Dinomorduakan

KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA – Penanganan penyakit Tuberculosis (TB) sejak pandemi seperti dinomorduakan sebab pemerintah lebih memfokuskan penanganan Covid-19.

Padahal berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) setengah juta kasus kematian Tuberculosis pada tahun lalu diakibatkan dampak dari penurunan deteksi dan pelayanan. Bahkan Indonesia dan tiga negara lain seperti India, Filipina dan Afrika Selatan menanggung hampir 60 persen dar kasus Tuberculosis di dunia.

“Pasien tuberculosis dengan kondisi kronis atau gejala ringan tidak disarankan untuk mencari perawatan selama pandemi karena fasilitas kesehatan lebih fokus pada covid-19 daripada penyakit lain," ungkap Aldila S Al Arfah, Penanggung Jawab Program Mentari Tuberculosis Recovery Plan, dalam Kick Off Meeting Mentari Tuberculosis Recovery Plan di PKU Gamping Yogyakarta, Selasa (26/10/2021).

Menurut Aldila, hanya sekitar 4,9 juta kasus Tuberculosis yang bisa ditangani pada 2020. Jumlah ini menurun 1,4 juta atau sekitar 21 persen dibandingkan 2019 yang mencapai 6,3 juta kasus.

Gara-gara Covid, Indonesia bahkan disebut menjadi negara terbesar yang mengalami penurunan penanganan kasus Tuberculosis selama pandemi. Penurunannya mencapai 42 persen.

Selain Indonesia, penurunan penanganan penyakit itu juga dialami Afrika Selatan yang mencapai 41 persen disusul Filipina 37 persen dan India 25 persen.

Untuk mengatasi masalah ini, Program Mentari Tuberculosis Recovery Plan digelar, kerja sama Muhammadiyah dengan USAID dalam rangka  meningkatkan penanganan epidemi Tuberculosis di Indonesia.

Tim program akan melakukan pemetaan dan penemuan kasus Tuberculosis di Indonesia. Program akan dilaksankaan di 48 rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) di 9 provinsi, termasuk DIY.

"Program ini dilakukan seluruh pihak diperlukan untuk penanganan tuberculosis agar tidak semakin parah karena saat ini masih jadi epidemi," paparnya. (*)