Pemkab Sleman Berencana Menutup Isoter dan RS Darurat
KORANBERNAS.ID, SLEMAN — Pemkab Sleman mempertimbangkan kemungkinan menutup operasional fasilitas isolasi terpusat (isoter) dan sejumlah fasilitas lain terkait pelayanan penanganan pasien Covid-19. Gagasan ini muncul lantaran fasilitas-fasilitas tersebut saat sekarang relatif kosong dan hanya dihuni beberapa orang yang masih perlu isolasi.
“Seiring dengan terus membaiknya kondisi pandemi atau menurunnya kasus Covid-19, fasilitas isolasi terpusat dan Rumah Sakit Darurat Khusus (RSDK) Covid-19 Respati juga mulai sepi. Jadi, kami memang berencana menutupnya,” kata Harda Kiswaya, Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman, Rabu (29/9/2021).
Ia mengatakan, saat ini Pemkab Sleman mengelola sejumlah fasilitas isoter dan satu rumah sakit khusus Covid-19. Sebagaimana diketahui, pembukaan sejumlah fasilitas ini dilakukan mengingat sebelumnya kasus positif Covid-19 di Sleman mengalami lonjakan, sehingga pusat-pusat layanan kesehatan yang sudah ada kewalahan menerima pasien.
Tak hanya isoter di Asrama UII, Asrama Unisa, Asrama Haji dan Rusunawa Gemawang, Pemkab juga berencana menutup sementara operasional Rumah Sakit Darurat Khusus (RSDK) Covid-19 Respati.
“Ya pertimbangannya efisiensi. Kami harus berhemat sembari melihat perkembangan kasusnya ke depan,” lanjut Harda.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman, Cahya Purnama, menambahkan Pemkab selama ini masih mengelola empat isoter. Dua isoter berada di kampus, yakni Asrama Mahasiswa UII dan Unisa. Kemudian di luar kampus, ada Asrama Haji serta Rusunawa Gemawang. Berdasarkan data terakhir, Senin (27/9/2021), keempat isoter itu hanya diisi empat pasien.
Di sisi lain, kondisi di sejumlah rumah sakit rujukan saat ini juga semakin longgar. Tingkat keterisian tempat tidur pasien atau BOR di rumah-rumah sakit semakin menurun drastis. Sehingga apabila masih ada warga atau pasien yang perlu perawatan lanjut, bisa memanfaatkan fasilitas yang secara permanen ada di rumah sakit rujukan.
“Kalau kasus baru terus menurun, ya otomatis akan kami lakukan efisiensi. Kita akan menutup fasilitas-fasilitas darurat secara bertahap melihat perkembangan yang terjadi. Nanti kalau ada lonjakan kasus lagi, kita bisa buka lagi. Tidak masalah. Tapi semoga saja tidak naik lagi (kasusnya),” katanya.
Kepala RSDKC Respati, Tunggul Birowo, mengatakan dari kapasitas 50 bed pasien untuk penanganan Covid-19, saat ini tidak satupun yang menempati. Artinya, tidak ada satupun pasien Covid-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.
Penanggungjawab Fasilitas Kesehatan Darurat Covid-19 (FKDC) Sleman, Makwan, menjelaskan saat ini dari 4 isoter yang dikelola Pemkab Sleman, hanya ada 4 orang yang menghuni. Masing-masing 2 orang di Rusunawa Gemawang dan di Asrama UII dua orang. Sedangkan fasilitas isoter di Asrama Haji dan Asrama Unisa, kosong tanpa penghuni.
Percepat Vaksinasi Lansia
Guna mengantisipasi risiko lonjakan kasus Covid-19 seperti yang terjadi di negara-negara tetangga, pemerintah meminta masyarakat tidak lengah dan tetap waspada. Walaupun penanganan Covid-19 terus membaik, semua pihak harus tetap disiplin memakai masker dan segera vaksinasi guna mengoptimalkan perlindungan kesehatan, terutama pada kelompok lansia yang memiliki risiko mortalitas lebih tinggi.
“Seperti kita ketahui, peningkatan kasus terjadi di beberapa negara, salah satunya di Singapura. Menurut laporan, terdapat 1.939 kasus baru di Singapura pada Minggu (26/9/2021), tertinggi sejak April 2021. Kita semua harus bekerja sama untuk menghindari hal seperti ini terjadi di Indonesia,” jelas Johnny G Plate, Menteri Komunikasi dan Informatika, di Jakarta, Rabu (28/9/2021).
Dalam lonjakan kasus tersebut, dua kematian pertama adalah dari kelompok lansia. Kematian pertama yang dilaporkan adalah seorang wanita Singapura berusia 97 tahun yang dites positif terinfeksi Covid-19 pada 18 September 2021 dan meninggal karena komplikasi akibat penyakit tersebut pada 25 September 2021. Adapun, kematian kedua adalah seorang wanita Singapura berusia 69 tahun yang dinyatakan positif terinfeksi Covid-19 pada hari 24 September 2021 dan meninggal karena komplikasi akibat penyakit pada hari yang sama.
Johnny menjelaskan, setidaknya ada dua pelajaran penting yang harus diambil dari peristiwa tersebut. Pertama, Covid-19 masih terus mengancam. Karena itu, masyarakat harus selalu menerapkan protokol kesehatan, di antaranya dengan disiplin memakai masker, menghindari kerumunan, rajin cuci tangan, dan mempercepat vaksinasi.
Kedua, lansia menjadi kelompok dengan tingkat risiko kematian paling tinggi akibat Covid-19. Oleh karena itu, Johnny mengajak semua kelompok lansia untuk segera melakukan vaksinasi. Dia juga meminta pihak keluarga untuk membantu dan mendorong para lansia untuk segera tervaksinasi.
“Mari kita antar dan kawal orang tua atau saudara kita yang sudah lanjut usia ke tempat vaksinasi terdekat. Bagi mereka yang memiliki keterbatasan motorik, ayo kita bantu agar lebih mudah mendatangi lokasi vaksinasi. Bila terdapat kekhawatiran lain, misalnya penyakit penyerta, kita temani juga mereka ke dokter untuk mendapatkan saran ahli. Pastikan mereka segera mendapatkan suntikan vaksinasi, untuk menekan risiko sakit berat dan kematian. Kita ketahui, para lansia memiliki risiko mortalitas tinggi,” tegasnya. (*)