Dua Tahun Menghilang, Bubur Ayam Santika Kini Hadir Lagi
KORANBERNAS.ID, JOGJA -- Yogyakarta tak hanya kaya dengan destinasi wisata yang memikat. Predikat Kota Gudeg yang melekat serta beragam kuliner lain yang khas, juga menjadi magnet tersendiri. Bakpia, ampyang, geplak, yangko hingga krupuk legendar melengkapi keanekaragaman kuliner Yogyakarta.
Di awal tahun 1991, di sebuah teras restoran hotel tak jauh dari Tugu Yogyakarta ada kuliner bubur ayam yang tak biasa. Pasalnya, bubur ayam yang biasanya dijual pada pagi hingga siang hari justru disajikan mulai pukul 22:00 hingga dini hari. Orang-orang menyebutnya Bubur Ayam Teras Santika.
"Dulu ramai sekali anak muda nongkrong di sini. Setiap malam bisa lebih dari 20 orang," terang Tyas Sulistyowati, kepala divisi makanan tradisional Food and Bevereage Santika Premiere Jogja, Rabu (5/2/2020) malam.
Di masa itu, lanjut Tyas, Bubur Ayam Santika dikenal luas dengan nama Bubur Ayam Teras Santika karena disajikan di Teras Restoran Pandansari, Santika Hotel. Hingga 2017 Bubur Ayam Santika ini tidak lagi hadir di teras Hotel. Sejak itu menu bubur masuk kedalam menu pendamping yang bisa dipesan di Restoran Pandansari, Santika Premiere Jogja.
Dua tahun meninggalkan Teras Restoran Pandansari, kini Bubur Ayam Santika kembali. Sajian legendaris ini bisa dinikmati mulai bulan Februari 2020 setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu, hanya di Restoran Pandansari, Santika Premiere mulai pukul 19.00 hingga 23.00 WIB. Paket all you can eat ini seharga Rp 55.000. Penggemar bubur dapat pula menikmati puluhan condiment yang variatif, namun juga mendapat teh dan kopi tarik.
"Memang dulu pada 1991 harga seporsi bubur hanya Rp 2.500, tapi hanya bubur ayam sederhana tanpa condiment yang variatif. Kali ini bubur ayam ini lebih lengkap, namun tetap dengan rasa legendaris yang sangat terjaga," lanjut Tyas.
"Dengan banyak condiment yang variatif ini sama sekali tidak mengurangi citarasa Bubur Ayam Teras Santika pada masa 90-an. Masak bubur ayam ini memang berbeda. Tidak bisa menggunakan api besar dan cepat masak, tetapi dengan penuh kesabaran menggunakan api yang kecil sehingga aroma dan rasa buburnya terjaga dan meresap," imbuhnya.
Dulu, lanjut Tyas, hanya menggunakan ayam seperti halnya bubur yang umum, selain itu telur asin dan cakwe. Sekarang hadir denga 14 item variasi, tetapi tetap mempertahankan nuansa tradisional seperti krecek, sambal goreng printil, opor ayam suwir, teri jengki, teri bulu ayam, hingga gudeg.
"Dari semua menu-menu baru ini memang dipilih menu tradisional agar mengingatkan kepada masa-masa dulu. Selain itu pemilihan menu tradisional ini karena merupakan warisan nenek moyang yang harus kita jaga dan kita lestarikan. Makanan tradisional Indonesia inilah yang bisa kita banggakan ke internasional," kata Tyas.
Tyas Sulistyowati bergabung dengan Santika Premiere Hotel sejak awal hotel ini berdiri, 29 tahun silam. Ia bahkan pernah mendistribusikan selebaran Bubur Ayam Teras Santika menggunakan becak bersama teman-temannya pada tahun 90an.
"Karena saking senangnya naik becak bareng-bareng, jadi gak seimbang dan becak kami jungkel (terjungkal-red) dikawasan nol kilometer. Untung jalan masih sepi, gak seramai sekarang," kenangnya.
Sementara Totok, Chef Pandansari Resto, mengungkapkan selain 14 condiment, pilihannya buburnya ada dua, yaitu bubur lemu dan bubur biasa. Bubur lemu menggunakan kuah santan, sementara untuk bubur biasa menggunakan kuah seperti kuah soto dan tidak menggunakan santan. Untuk menjaga taste, ia percayakan kepada Tyas Sulistyowati yang sejak dulu memang sangat paham dangan taste Bubur Ayam Teras Santika ini.
"Kembalinya Bubur Ayam Teras Santika ini tak lain karena peminatnya tinggi. Saya yakin bubur Santika ini akan kembali menjadi legend seperti bubur Santika yang dulu karena rasa yang memang dipertahankan. Ditambah dengan varian condiment yang cukup variatif, jadi dengan banyaknya tambahan menu itu terserah kepada pengunjung untuk meng-combine sesuai selera yang diinginkan," paparnya. (eru)