Dua Artis Internasional Batal Tampil di Prambanan Jazz Festival 2024
Pemegang tiket Queen at The Opera diberikan akses festival selama tiga hari.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Di tengah berbagai tantangan dan perubahan mendadak, Prambanan Jazz Festival (PJF) 2024 membuktikan diri sebagai contoh nyata resiliensi dalam industri hiburan Indonesia. Festival yang akan berlangsung pada 5-7 Juli itu tidak hanya merayakan satu dekade keberadaannya, tetapi juga menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa.
"Setiap festival pasti menghadapi tantangan, tetapi yang membedakan adalah bagaimana kita meresponnya," ujar Anas Alimi, founder PJF, saat ditemui di Artotel Suites Bianti, Yogyakarta, Kamis (4/7/2024). Pernyataan ini muncul menyusul pengumuman pembatalan penampilan Queen at The Opera dan penjadwalan ulang konser AR Rahman.
Alih-alih terpuruk, PJF justru memandang situasi ini sebagai kesempatan untuk berinovasi.
Tovic Raharja selaku CEO Rajawali Indonesia menjelaskan, pihaknya tidak hanya memberikan refund penuh tetapi juga memberikan akses festival selama tiga hari kepada pemegang tiket Queen at The Opera. "Ini adalah cara kami menghargai loyalitas penggemar," ujarnya.
Elemen lokal
Menariknya, di balik perubahan jadwal artis internasional, PJF justru semakin memperkuat elemen lokalnya. Program seperti Pasaraya Prambanan Jazz, I'm Jazz a Kids, dan PJF Cultural Escape menjadi sorotan utama. "Kami ingin membuktikan bahwa konten lokal pun memiliki daya tarik yang tidak kalah dengan artis internasional," tambahnya.
Sustainability juga menjadi fokus utama PJF tahun ini. Prambanan Jazz Sustainability Program tidak hanya sekadar wacana, tetapi implementasi nyata kepedulian terhadap lingkungan. "Kami ingin festival ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi dan memberi dampak positif bagi lingkungan," jelas Tovic.
Langkah cepat penyelenggara dalam mengatasi situasi ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Dimas Ganjar Ramadhan dari PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko menyatakan, PJF telah menunjukkan profesionalisme tinggi dalam menghadapi krisis. Ini adalah contoh bagaimana sebuah event besar harus dikelola.
Dukungan pemerintah melalui Kemenparekraf semakin memperkuat posisi PJF sebagai agen promosi pariwisata Indonesia. Penerapan konsep Sapta Pesona menjadi bukti keseriusan festival ini dalam mendukung visi pariwisata nasional.
Tiket terjual
Di tengah berbagai perubahan, antusiasme publik terhadap PJF 2024 justru semakin meningkat. Tiket online yang sudah habis terjual dan rencana penjualan on-the-spot yang terbatas menunjukkan bahwa kepercayaan publik terhadap festival ini tetap tinggi.
"PJF 2024 bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang ketahanan, kreativitas dan semangat gotong royong khas Indonesia," ujarnya.
Dengan mengusung semangat resiliensi dan inovasi, Prambanan Jazz Festival 2024 siap membuktikan bahwa festival musik dapat beradaptasi dan berkembang bahkan dalam situasi yang paling menantang sekalipun. (*)