DPRD Jateng Gunakan Metra untuk Sosialisasi Kebijakan
Warga desa berduyun-duyun dan berdesakan menyaksikan kesenian tradisional yang digelar Wakil Ketua DPRD Provinsi Jateng Ferry Wawan Cahyono.
KORANBERNAS.ID, SEMARANG -- DPRD Jawa Tengah (Jateng) gencar melakukan sosialisasi kebijakan melalui media tradisional dengan tujuan agar warga terus melestarikan seni dan budaya tradisional sebagai karakter bangsa.
Sosialisasi melalui media tradisional (Metra) ini dilakukan anggota Komisi E DPRD Jateng, Joko Purnomo, di Desa Nguter tepatnya di wilayah RW 07 dengan mengundang warga desa untuk menikmati pergelaran wayang kulit.
“Melalui kegiatan Metra ini, kami (DPRD) terus berupaya mengajak masyarakat untuk ikut melestarikan kesenian dan kebudayaan lokal. Dengan begitu, semakin memperkuat karakter bangsa,” kata Joko Purnomo.
Ia juga mengatakan kegiatan sosialisasi tersebut untuk mendukung kegiatan masyarakat setempat yakni Bersih Dusun Kebayan II Nguter. Diharapkan, kegiatan masyarakat itu rutin digelar agar dapat menunjukkan ciri khas suatu daerah.
Dalam kegiatan Metra tersebut, hadir pula Bupati Sukoharjo Etik Suryani, DPRD Kabupaten Sukoharjo, Kejaksaan Negeri Sukoharjo, perangkat Desa dan Kecamatan Nguter serta aparat TNI/ Polri. Acara wayang kulit itu mengambil lakon Sang Brotoseno dengan Dalang Ki Imam Sutarjo.
Sosialisasi Metra melalui Warok Buto Gedruk. (istimewa/dokumentasi Humas DPRD Jateng)
Warok Buto Gedruk
Hal sama juga terlihat di depan Balai Rembug Desa Kalilunjar Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara. Di sana, warga desa berduyun-duyun dan berdesakan menyaksikan kesenian tradisional yang digelar Wakil Ketua DPRD Provinsi Jateng Ferry Wawan Cahyono.
Dalam gelaran itu, disajikan kesenian bertajuk Warok Buto Gedruk. Selain menonton pertunjukan kesenian, Ferry juga mengajak warga untuk ikut menikmati sajian kuliner tempe mendoan dan kopi tubruk. Sajian tersebut diberikan secara gratis kepada warga setempat.
“Saya senang sekali melihat tingginya animo warga menonton kesenian tradisional ini. Selain itu, saya melihat banyak kaum muda yang terlibat dalam kesenian. Harapannya, kesenian tersebut dapat terus terjaga kelestariannya dengan terus mempromosikannya melalui medsos,” kata Politikus Partai Golkar itu.
Sebagai informasi, karya tari tersebut terinspirasi dari karakter tokoh Buto atau Raksasa diwujudkan dengan topeng yang digunakan sebagai properti dalam pementasannya. Tarian itu merupakan karya tari yang mengutamakan kerampakan pada kekuatan kaki.
Rampak artinya gerak yang dilakukan bersama, Buto artinya Raksasa dan Gedruk yang mempunyai arti gerak kaki yang mengentak ke tanah. Karya Tari Rampak Buto Gedruk memiliki arti simbol keangkaramurkaan yang ditunjukan dengan gerak kaki yang menghentak ke tanah atau biasa disebut dengan gedruk. (adv/anf)