Dituding Merusak Jalan dan Irigasi, PT SST Juga Diprotes Warga
KORANBERNAS.ID, KLATEN--PT Sumber Sandang Top (SST) yang sedang membangun pabrik di Desa Dukuh Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten diprotes warga. Warga menuding perusahaan telah merusak infrastruktur yang selama ini menjadi andalan banyak orang.
Infrastruktur yang diklaim sudah rusak dan hilang akibat pembangunan pabrik, diantaranya jalan, sumber air dan saluran irigasi. Akibatnya, sekarang ini banyak petani kebingungan dengan kondisi sawah yang masih ada.
“Warga menuntut agar jalan yang rusak dan saluran yang hilang dikembalikan lagi ke fungsi awal. Selain itu minta Sungai Sigong harus di luar pabrik,”kata Sutris dan Riko, warga Desa Dukuh Kecamatan Delanggu, Minggu (17/4/2022).
Sungai Sigong kata mereka, sudah ada sejak dulu. Aliran sungai itu berfungsi sebagai saluran irigasi sawah petani. Karena fungsi sungai itu untuk masyarakat banyak, seharusnya dipelihara dan dirawat. Namun kenyataannya, PT Sumber Sandang Top “mencaplok” sungai itu dan memagarnya dengan tembok. Akibatnya petani tidak bisa lagi leluasa memanfaatkan aliran sungai untuk irigasi.
Warga juga mempertanyakan mengapa pihak terkait memperbolehkan dan mengizinkan perusahaan “mencaplok” sungai. Meski sekarang ini pihak perusahaan menyatakan warga sewaktu-waktu boleh memanfaatkan sungai dengan masuk kawasan pabrik, namun ke depannya warga merasa ragu. Karenanya mulai sekarang ini warga menuntut perusahaan segera mengembalikan fungsi awal sungai dan saluran yang dulu ada.
Sebenarnya kata Sutris dan Riko, sekitar tiga minggu lalu warga yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Desa Dukuh sudah menggelar aksi demo di depan pabrik. Mereka juga memasang sejumlah poster dengan sejumlah tuntutan. Meski poster poster itu masih ada di pinggir jalan di depan pabrik namun tetap saja tidak ada tanggapan dari perusahaan dan instansi terkait.
Selain tuntutan mengembalikan jalan, aliran sungai dan saluran irigasi yang hilang, warga juga menuntut peninjauan kembali ganti rugi sawah petani yang dibeli perusahaan. Sebab ketika mau membangun tidak pernah ada pembicaraan soal ganti rugi. “Warga tidak pernah diajak berembug. Perusahaan hanya datang ke rumah warga dan menyerahkan uang Rp 1,5 juta per patok. Satu patoknya dua ribuan meter,” kata beberapa warga.
Senada dikemukakan Kepala Desa Dukuh Supeket Joko Setyawan. Ditemui Minggu (17/4/2022) siang dirinya merasa prihatin terhadap kondisi yang dihadapi warga dan petani pasca dibangunnya pabrik milik PT Sumber Sandang Top. Sejak berdiri bangunan banyak infrastruktur rusak dan hilang, seperti jalan dan saluran irigasi.
“Kami juga bingung saluran irigasi yang selama ini menjadi andalan petani kok bisa berada di dalam pabrik. Memang sih sekarang ini katanya petani boleh melihat dan memanfaatkan saluran. Tapi besok-besok kita tidak tahu. Sebab saluran berada di dalam pabrik,” kata Joko, panggilan Supeket Joko Setyawan.
Karenanya kata dia, agar warga tidak bergejolak diminta kepada pihak perusahaan untuk mengabulkan tuntutan itu. Selalu pemangku wilayah, Joko mengaku sudah beberapa kali memfasilitasi namun tetap saja tidak ada realisasi atas tuntutan warga.
Hingga berita ini dibuat belum diperoleh konfirmasi dari pihak pabrik. Pasalnya tidak ada petugas maupun aktivitas lokasi pabrik yang sedang dibangun. (*)