Hijrah Energi Terbarukan Perlu Segera Dilakukan

Hijrah Energi Terbarukan Perlu Segera Dilakukan
Talkshow tentang masa depan transisi energi terbarukan indonesia di Gedung SGLC UGM, Rabu (5/7/2023). (yvesta putu ayu palupi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pengurus Daerah (DPD) Energi Milenial Indonesia Raya (Emir), Khaidir Ali, berpendapat peran generasi muda dalam hijrah energi terbarukan harus dilakukan. Sebab transisi energi adalah keniscayaan.

"Emir hadir sebagai wujud kepedulian pemuda terhadap isu energi di Indonesia. Transisi energi adalah keniscayaan, oleh karena itu siap atau tidak kita akan menghadapinya," ungkapnya dalam talkshow tentang masa depan transisi energi terbarukan indonesia di Gedung Smart Green Learning Center (SGLC) Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (5/7/2023).

Emir pusat dideklarasikan tahun 2021 di Depok Jawa Barat. Tujuannya sebagai wadah anak muda (generasi milenial) yang memiliki ketertarikan membahas isu energi baik dari hulu hingga hilir.

Menurut dia, Emir merupakan wujud kepedulian pemuda terhadap isu energi di Indonesia. "Kita sadari, transisi energi itu adalah keniscayaan, oleh karena itu siap atau tidak kita akan menghadapinya," jelasnya.

Ketua DPD Emir DIY Imam Syaiful Wicaksono menambahkan Yogyakarta bukanlah daerah penghasil migas namun Kota Pelajar ini memiliki banyak anak muda yang bisa berperan di bidang energi.

"Kami menjadi bersemangat untuk mewadahi generasi milenial membahas soal isu energi melalui Emir, khususnya di DIY. Walaupun Jogja bukan termasuk penghasil migas, akan tetapi Kota Pelajar ini bisa menjadi kelebihan Yogyakarta sebagai sekolahnya energi untuk bekal para perantau ketika kembali ke daerahnya," ungkapnya.

Menurut Imam, sebagaimana visi yang disampaikan Presiden Joko Widodo tentang Indonesia Emas 2045 saat itu Indonesia masuk dalam masa keemasan dengan adanya bonus demografi. Masyarakat Indonesia diprediksi saat itu adalah mayoritas usia produktif.

"Ini menjadi tantangan, bonus demografi itu dapat kita rebut tentunya dengan mempersiapkan SDM. Apabila tidak, maka ini akan menjadi bumerang untuk Indonesia," ungkapnya.

Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) sekaligus Dewan Penasihat EMIR, Ridwan Kamil, mengungkapkan perubahan iklim yang terjadi saat ini sudah mengkhawatirkan. Pemanasan global yang diakibatkan perubahan iklim bahkan membuat 700 hektar daratan di Jawa Barat menjadi laut.

"Kita mengalami disrupsi, tak hanya digital tapi pemanasan global. Ini kiamat lingkungan, bagaimana kami di Jawa Barat tanah hilang 700 hektar dari utara Bekasi hingga Subang sudah jadi laut hari ini. Ini nyata dan dialami oleh masyarakat kita," ucapnya.

Menurut Gubernur Jawa Barat tersebut, ancaman perubahan iklim jauh lebih nyata dari ancaman perang. Butuh kepedulian bersama untuk mengatasi masalah tersebut.

Salah satunya dengan berhijrah mengubah pola hidup agar tidak terlalu boros merilis karbon. Sebab emisi gas rumah kaca menjadi penyebab global warming dan memicu perubahan iklim yang menimbulkan anomali cuaca,, meningkatnya suhu bumi, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, serta meningkatkan risiko kebakaran hutan dan hujan lebat.

"Seperti ini saya tidak berhenti bicara isu lingkungan, kampanye hemat energi. Misalnya dengan jalan kaki, ganti ke energi listrik. Sampaikan pesan bahwa krisis sudah ada. Peduli dengan isu lingkungan. Ubah cara kita bergerak, more productivity less mobility. Kita juga ubah cara makan, yang masak langsung dari rumah, kurangi yang serba industrial. Jangan buang makanan. Beli produk lokal Indonesia, lalu menanam," ajaknya. (*)