Disebut Nomor Dua Setelah Bali, Wisata Jogja Ternyata Kalah Bersaing dengan NTT

Disebut Nomor Dua Setelah Bali, Wisata Jogja Ternyata Kalah Bersaing dengan NTT
Hafidh Asrom menyampaikan paparan saat sosialisasi 4 pilar kebangsaan. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL—Anggota DPD RI/MPR RI Drs HA Hafidh Asrom MM, menyoroti perkembangan kepariwisataan di DIY. Hafidh mengaku kaget, lantaran pariwisata Jogja merosot tajam. Kondisi ini terlihat dari penyelenggaraan Asian Tourism Forum (ATF) yang digelar di Jogja belum lama ini.

“Saat ATF, paket pariwisata yang dijual Jogja ternyata hanya menduduki ranking 10 besar. Kalah dari sejumlah daerah lain di Indonesia,” kata Hafidh, saat menggelar sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Gunungkidul, Senin (22/1/2024).

Kegiatan dihadiri sekitar 150 peserta di Joglo Kalurahan Selang Wonosari dan mengundang tokoh dan ulama Gunungkidul seperti KH Bardan (Rois Syuriah) dan pengurus PCNU Gunungkidul, Muslimat, Fatayat, Anshor, Forum Rois, APKLI Gunungkidul.

Menurut Hafidh, kondisi pariwisata Yogyakarta yang cukup merosot harus mendapat perhatian serius. Selain dengan memperbanyak dan memperkuat obyek-obyek wisata, terlebih penting lagi memperbanyak dan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang profesional untuk membangun pariwisata.

“Kita bisa mengembangkan wisata pendidikan atau wisata kesehatan,” ujar Hafidh.

Ia mengemukakan di Yogyakarta memiliki perguruan tinggi pariwisata yang mahasiswa banyak berasal dari luar Yogyakarta, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB) dan lainnya.

“Ternyata dampak dari pendidikan wisata tersebut, justru berpengaruh pada peningkatan ranking wisata di NTT. Sementara Yogyakarta justru kalah bersaing,” ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya akan memperjuangkan agar anak-anak muda warga Yogyakarta, terutama yang tinggal di desa wisata, bisa mendapatkan pendidikan atau kuliah pariwisata dan mendapatkan beasiswa dari dana keistimewaan.

Nasib Rois

Selain pariwisata, Hafidh juga menyoroti nasib Rois. Sebagai Abdi Budaya, para Rois sejauh ini belum mendapatkan perhatian dari pemerintah, terutama terkait dengan kesejahteraan mereka.

Padahal pihak Kraton Yogyakarta telah mengadakan pendidikan Pawiyatan bagi para Rois. Sayangnya, sejak 2019 tidak berlanjut. Untuk itu, Hafidh menyatakan akan memperjuangkan agar Rois sebagai Abdi Budaya bisa mendapatkan tambahan kesejahteraan dengan menggunakan dana keistimewaan. (*)