Daulat Sastra Jogja Upaya Menangani Darurat Penulis Lakon Yogyakarta

Daulat Sastra Jogja Upaya Menangani Darurat Penulis Lakon Yogyakarta

KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA - Temu Karya Sastra bertajuk Daulat Sastra Jogja sudah berlangsung selama empat kali. Workshop bagi remaja dengan minat khusus mendalami sastra, cerpen, puisi dan penulisan naskah lakon ini diinisiasi pegiat sastra Jogja dan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.

Kegiatan ini sengaja dilaksanakan di sekolah Sanggar Anak Alam Nitiprayan, Bantul. Sebuah tempat belajar yang memiliki kelas dan ruang terbuka yang di sawah Nitiprayan. Dengan maksud agar para peserta mampu mengekspresikan lingkungan dan kehidupan sekitar.

Pengarah kegiatan Daulat Sastra Jogja, Yohanes Adhie Satiyoko mengatakan, Jogja ini sangat kurang seniman yang piawai dalam menulis naskah lakon. Terlebih yang berasal dari remaja-remaja seperti dalam workshop ini. Tingkat kesulitan yang lebih kompleks ini pula membuat penyelenggaraan workshop naskah lakon berlangsung lebih lama.

"Dengan kegiatan seperti ini akan ada regenerasi yang lebih serius menciptakan penulis-penulis khusus naskah lakon. Regenerasi yang berarti bukan dari generasi yang sama dengan yang sudah ada saat ini, tetapi lebih kepada kaderisasi yang kemudian menciptakan penulis-penulis lakon baru," lanjutnya.

Ideologinya lebih dari itu, kata Adhi melanjutkan, yaitu mendekatkan teman-teman muda ini dengan dunia sastra. Kalau misalnya bicara tentang naskah puisi-puisi, mereka menjadi mampu mengumpulkan kata-kata indah, diksi-diksi yang indah itu tidak hanya bagus, tetapi ada sesuatu yang menjembatani untuk membangun atau menghadirkan kata-kata puitik tapi juga konotatif dan bermakna.

Harapannya teman-teman yang ikut ini bisa membuat kata-kata yang indah tapi juga tahu artinya. Ini kan pelajaran bahasa yang mendasar sebenarnya, di sekolah mungkin pelajaran berbahasa itu masih sebatas pada bagaimana seseorang itu mengungkapkan informasi dari dirinya ke orang lain, masih sebatas cerita.

"Sementara dalam karya fiksi ini kan ada jembatan dalam memberikan informasi, yaitu jembatannya melalui kemasan fiksional," tandasnya.

Devy Kusumawati, salah satu peserta workshop penulisan cerpen memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Sebagai murid kelas 11 Sekolah Sanggar Anak Alam Devy merasa pelatihan sangat sinkron dengan dirinya.

"Selain mendukung konsep belajar di sekolah yang berbasis riset, juga mengakomodir ketertarikan saya terhadap sastra khususnya penulisan cerita pendek," terangnya saat ditemui disela-sela workshop pada Kamis (23/6/2022).

"Banyak sekali ide yang didapat, banyak teryata proses yang harus dilalui saat menulis, menemukan jawabannya di workshop. Pelatihan ini memunculkan ide untuk menyampaikan riset saya ke sebuah cerita pendek," lanjutnya.

Devy melanjutkan, riset sekolah yang kebetulan tentang pembelajaran pada masa pandemi akan dia tuangkan ke dalam cerita pendek.

Sementara peserta lain, Aulia Pramesta Justin Arlindo dengan tempat belajar seperti ini dia merasa dirinya saat ini menjadi lebih mudah untuk menuliskan ide-ide yang tersimpan dan di keluarkan ke tulisan. Kalau kemarin-kemarin sebelum ikut ini, ide-ide itu cuman disimpan dan terkadang malah hilang dan lupa.

"Sekarang menuliskannya menjadi lebih lancar dan gampang gitu," lanjutnya.

"Dulu saya tuh berpikir kalau sastra itu dunia diri sendiri dan dunia individu, jadi hanya milik seorang. Tapi setelah saya ikut workshop ini saya tahu orang lain itu juga mempengaruhi bagaimana dunia sastra. Saya jadi tahu bahwa sastra itu memang dunia kita bersama," paparnya penggemar Rendra ini.

Workshop cerita pendek dan puisi yang berakhir pada Kamis (22/6/2022) ini akan menghasilkan karya-karya yang kemudian diseleksi untuk diantologikan. Beberapa karya terbaik juga akan diikutsertakan dalam lomba.

Seluruh peserta workshop akan mengkuti audisi untuk pementasan naskah lakon terbaik, Audisi ini akan dilaksanakan pada hari terakhir workshop kelas penulisan lakon pada Kamis (2/7/2022) mendatang.(*)