Dampak Positif Covid-19 terhadap Perubahan Tabiat Kesehatan di Indonesia

Dampak Positif Covid-19 terhadap Perubahan Tabiat Kesehatan di Indonesia

MEMASUKI tahun 2020, dunia diguncang oleh wabah COVID-19 yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Coronavirus (Covid-19) adalah virus yang mengakibatkan sindrom pernafasan akut. Melansir data dari laman Worldmeters, hingga awal September, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 26,8 juta. Hal ini membuat pemerintah Indonesia melakukan upaya dan mengambil kebijakan penanganan Covid-19. Salah satunya dengan peningkatan upaya promotif dan preventif yang selama ini belum sepenuhnya diterapkan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

Upaya pembangunan kesehatan di Indonesia sebelum adanya Covid-19 hingga saat ini masih terjebak pada upaya kuratif dan mengesampingkan upaya promotif-preventif. Laporan National Health Account (NHA) 2017 mempublikasikan, bahwa sebesar 73,3% dari total alokasi anggaran kesehatan dipergunakan untuk pembiayaan pelayanan kesehatan kuratif (pengobatan dan penyembuhan penyakit). Jumlah ini kontras bila dibandingkan dengan porsi pelayanan kesehatan promotif-preventif (pendidikan hidup sehat masyarakat) yang hanya mendapatkan 9,3% dari anggaran kesehatan.

Menurunnya, upaya promotif-preventif berakibat pada munculnya berbagai masalah kesehatan. Salah satunya beban penyakit kronis di Indonesia yang semakin meningkat setiap tahun. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi PTM saat ini naik dari survei tahun 2013, yaitu stroke pada usia >15 (naik 56%), diabetes mellitus (naik 23%), hipertensi pada usia >18 (32%), dan obesitas (47%). Dari peningkatan tersebut, kita tahu bahwa kebutuhan anggaran kesehatan yang diperlukan untuk mengobati penyakit tidak sedikit. Jika terus berfokus pada upaya kuratif seperti ini, cepat atau lambat akan merugikan dunia kesehatan kita.

Perlahan namun pasti, dampak datangnya Covid-19 di Indonesia mengubah tabiat kesehatan yang salama ini fokus pada kuratif dan rehabilitatif menjadi promotif dan preventif. Mau tidak mau pemerintah harus memutar otak untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan pendidikan hidup sehat demi memutus rantai persebaran Covid-19. Pelaksanaan upaya preventif, dilakukan pemerintah dengan menyelidiki epidemiologi, pemantauan, dan pendataan kasus. Pemerintah juga aktif menganalisis terhadap peningkatan kasus, pemetaan persebaran kasus, dan kejadian transmisi lokal (pelacakan klaster).

Tidak hanya itu, Fikser menyebut, upaya preventif yang telah dilakukan adalah dengan memberlakukan dan mengawasi pelaksanaan social distancing, seperti meliburkan anak sekolah dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari rumah, memberlakukan bekerja dari rumah secara bergantian, serta membatasi kegiatan di tempat umum dan kegiatan yang mengumpulkan massa.

Upaya lain dilakukan dengan strategi komunikasi dan perubahan perilaku pada era gaya hidup baru atau ‘new normal’ yang saat ini sudah dijalankan oleh masyarakat umum. Strategi komunikasi yang dilakukan adalah dengan fokus pada penerapan penyampaian pesan kebijakan physical distancing dan penggunaan masker. Penggunaan masker dilakukan untuk proses flattening the curve (melandaikan kurva) dari penderita. Strategi komunikasi ditentukan sesuai sasaran kelompok tertentu, yaitu kelompok dengan pengetahuan tinggi dengan tingkat kepedulian yang tinggi, hingga kelompok dengan pengetahuan rendah dan tingkat kepedulian yang rendah.

Strategi promosi kesehatan pada era pandemi juga digadang menjadi salah satu upaya perubahan tabiat kesehatan oleh pemerintah. Strategi promotif kesehtan dapat dilakukan dengan strategi perubahan perilaku, meliputi education, engineering, enforcement, dan empowerment. Keempat poin strategi perubahan perilaku ini berperan penting dalam membentuk kebiasaan yang dilakukan masyarakat pada era new normal terhadap pandemi Covid-19.

Selain dari pemerintah, masyarakat juga mengubah tabiat kesehatan dari yang terfokus pada kuratif dan rehabilitatif menjadi promotif dan preventif. Masyarakat mulai membentuk kebiasaan baru mengingat bahaya Covid-19 yang sudah meresahkan. Lalu apa saja kebiasaan preventif masyarakat agar terhindar dari penularan Covid-19?

Pertama, masyarakat lebih sering mencuci tangan. Sebenarnya mencuci tangan adalah sebuah keharusan yang dilakukan bahkan sebelum pandemi Covid-19. Akan tetapi, kebiasaan ini mulai lebih diperhatikan baru-baru ini. Erni menjelaskan, penularan virus corona dapat melalui percikan/tetasan (droplet) yang ukurannya berbagai macam. Ada droplet besar dan kecil. Droplet besar ini akan memindahkan virus lewat tangan. Penularan virus corona terjadi saat percikan droplet menempel langsung ke wajah, mulut, atau mata orang sekitarnya atau terjadi saat percikan droplet penderita Covid-19 menempel pada benda-benda di sekitar, lalu orang lain tanpa sengaja memegangnya.

Kedua, melakukan sterilisasi secara berkala terhadap barang yang sering dipegang. Covid-19  dikabarkan bisa bertahan pada permukaan selama beberapa jam sehingga diperlukan sterilisasi pada barang yang sering kita gunakan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan merebus peralatan, memberikan disinfektan pada barang, hingga mencuci barang dengan sabun.

Ketiga, memakai masker ketika berpergian. Anjuran memakai masker diterapkan pada semua orang, baik yang sehat maupun yang merasa kurang enak badan. Berdasarkan hasil studi Komisi Tetap Penyakit Menular dan Ancaman Abad 21 di Amerika Serikat, virus corona bisa menular melalui percakapan dan pernapasan normal dengan orang yang terpapar. Oleh karena itu, pemakaian masker ini diharapkan bisa meminimalisir risiko penularan Covid-19.

Keempat, memperhatikan etika saat bersin dan batuk. Menjaga etika batuk dan bersin, khususnya di tempat umum, sangat perlu diperhatikan agar penyebaran virus corona tidak semakin meluas. Etika yang benar saat batuk dan bersin adalah menutup mulut dengan sapu tangan atau tisu. Perlu diperhatikan bahwa sapu tangan dan tisu setelah digunakan tidak boleh dibuang secara sembarangan.

Kelima, menjaga kesehatan dengan berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Menurut banyak badan kesehatan, Covid-19 lebih mudah menyerang orang yang kesehatannya sedang menurun. Berolahraga dan makan makanan yang sehat adalah salah satu cara untuk menjaga daya tahan tubuh. Orahraga bermanfaat guna menjaga penuaan sel pada tubuh, peningkatan imun, dan membuat kadar hormon stres menurun. Selain olahraga, menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan sehat penuh gizi seperti sayur dan buah serta mengurangi konsumsi junk food juga diperlukan.

Perlahan disadari, upaya preventif dan promotif yang dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini menjadi sebuah batu loncatan terhadap tabiat kesehatan di Indonesia. Masyarakat yang mulanya tidak memperhatikan upaya promotif dan preventif sekarang menjadi peduli akan pendidikan hidup sehat masyarakat. Kebiasaan ini diharapkan akan terus berlanjut bahkan sampai pandemi ini selesai, sebagai upaya untuk menghindari atau mengurangi risiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit di masa yang akan datang. **

Nurmalita Sari Rahma Putri

Mahasiswi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta