Pimpinan DPRD DIY Sepakat Prokes Menjadi Budaya
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA–Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana, menginginkan protokol kesehatan (prokes) mulai dari pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak, menjadi budaya di masyarakat. Memang awalnya akan sulit, namun demikian dia optimistis itu bisa terwujud.
“Ini semacam menciptakan budaya baru di masyarakat, tidak bisa instan dan cepat. Harus betul-betul sabar. Tidak boleh kita merasa bosan dan merasa cukup melakukan sosialisasi protokol kesehatan, memberi contoh dan mengkampanyekan pola tatanan kehidupan baru dengan memakai masker, cuci tangan dan menjaga jarak,” ujarnya kepada koranbernas.id, Rabu (4/11/2020) di gedung DPRD DIY.
Dia mengakui, selama berpuluh-puluh tahun masyarakat hidup tanpa peduli terutama masker sehingga terasa asing, tidak nyaman dan pengap. Begitu pula cuci tangan di tempat-tempat umum, jarang sekali dilakukan secara rutin.
Huda optimistis masarakat Kota Budaya yang dikenal patuh dan taat bisa menjadikan prokes sebagai bagian dari budaya mereka. Apalagi DIY termasuk provinisi yang dinilai penanganan pandemi Covid-19 paling bagus. Ini dapat dilihat dari indikator penularan maupun angka kematiannya paling rendah.
“Artinya masyarakat Yogyakarta ini memiliki ketaatan terhadap protokol kesehatan yang kuat. Cuma untuk meningkatakannya masyarakat tidak bisa kerja sendiri. Kita mesti melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah,” kata dia.
Mengenai regulasi dari pusat sampai daerah yang dinilai sudah cukup, Huda menambahkan inilah pentingnya keteladanan. “Regulasi hanya akan menjadi kertas jika tidak ada contoh dan keteladanan,” tandasnya.
Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Dwi Daryanto, juga sepakat prokes menjadi bagian dari budaya masyarakat. Hanya saja, semua itu butuh kejujuran. “Kita bisa memaksa orang untuk taat protokol kesehatan tetapi kita juga harus jujur dengan diri kita sendiri. Kita sok sering lali,” ujarnya.
Dwi yang sudah sepuluh tahun menjabat kepala BPBD Bantul ini mengakui protokol kesehatan 3 M belum bisa rutin terlaksana di masyarakat. Inilah pentingnya pembiasaan, contoh dan teladan. “Kami ingin protokol kesehatan ini menjadi sebuah budaya sehingga bisa betul-betul diikuti oleh masyarakat tanpa ada paksaan dan denda,” jelasnya.
Dia setuju pemerintah maupun masyarakat itu sendiri tidak boleh lelah dan capek melaksanakan tanggung jawab menggalakkan protokol kesehatan.
Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center, Budi Santoso, menambahkan PP Muhammadiyah sejak menjadi mitra pemerintah menangani pandemi. Mestinya ketaatan terhadap protokol kesehatan ini sudah menjadi gerakan kultural seperti halnya berwudhu ketika mau salat.
Dia menncontohkan, dulu mengendari sepeda motor tanpa helm rasanya biasa. Sekarang ini tanpa helm terasa ada yang kurang. Agara gerakan kultural itu menjadi semakin kuat perlu melibatkan kader-kader Aisyiyah. “Wanita biasanya lebih greteh untuk mengingatkan,” kata dia. (*)