Dampak Covid-19 terhadap UMKM Grosir Beras Padimas di Yogyakarta

Dampak Covid-19 terhadap UMKM Grosir Beras Padimas di Yogyakarta

ANGKA kasus penyebaran Covid-19 di Indonesia dari tahun 2020 hingga saat ini terus mengalami peningkatan, sehingga memberi dampak yang sangat serius terhadap perekonomian di Indonesia. Untuk mengurangi angka kasus penyebaran Covid-19 tersebut, maka pemerintah terus berupaya dengan cara menetapkan beberapa kebijakan pemerintah. Dalam rangka mempercepat penanganan kasus Covid-19 di Indonesia khususnya di Jawa-Bali, Pemerintah membuat kebijakan peraturan  yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun seiring berjalannya waktu, angka kasus penyebaran Covid-19 di Jawa-Bali semakin mengalami peningkatan, sehingga pemerintah melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, pada hari Senin 30 Agustus 2021 mengumumkan bahwa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)  Level 2-4 di Jawa-Bali diperpanjang hingga 13 September 2021.

Penerapan kebijakan PPKM memiliki beberapa dampak di berbagai bidang di Indonesia. Di bidang ekonomi penerapan kebijakan PPKM mengakibatkan terbatasnya aktivitas masyarakat, khususnya oleh para pelaku bisnis seperti pada sektor Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM). UMKM sendiri merupakan bisnis yang dijalankan oleh perorangan, rumah tangga, atau usaha kecil. Di Indonesia banyak pelaku UMKM yang berperan penting dalam membangun perekonomian Indonesia. Dengan adanya penerapan PPKM, banyak pelaku UMKM yang terkena imbas, sehingga mengalami penurunan omzet pada masa pandemi. Akibatnya, para pelaku UMKM mengalami kerugian sangat signifikan.

Di Kabupaten Sleman, tepatnya di Dusun Bromonilan, Purwomartani, Kalasan terdapat usaha sembako Grosir Beras Padimas. Usaha ini berdiri sejak tahun 2016 yang memiliki 11 cabang terserbar di Yogyakarta. Namun setelah adanya pandemi Covid-19 dan imbas dari kebijakan PPKM, usaha grosir beras tersebut mengalami penurunan omzet. Tak tanggung-tanggung, penurunan omzet tersebut hingga mencapai angka 50%, penurunan omzet yang sangat drastis tersebut berakibat pada penutupan 8 cabang grosir beras padimas.

Anissa Ninda mengatakan, penurunan omzet penjualan dikarenakan banyak restoran dan rumah makan yang sepi dan tutup, sehingga berakibat pada berkurangnya konsumen yang membeli bahan baku di Grosir Beras Padimas. Anissa Ninda juga mengatakan, saat ini ia harus benar-benar memutar otak agar usaha tersebut dapat tetap berjalan di tengah masa pandemi. Berbagai cara dilakukan seperti pengurangan karyawan dan gaji karyawan. Selain itu untuk dapat bertahan dibutuhkan beberapa strategi, agar usaha grosir beras tetap dapat menarik minat konsumen, yaitu dengan cara mengadakan program gratis ongkir antar sampai rumah. Namun menurut Anissa cara tersebut kurang efektif digunakan.

Sampai sekarang, kondisi perekonomian di Indonesia memang belum stabil. Pergerakan masyarakat masih terbatas. Sementara para pelaku UMKM di Indonesia kondisinya semakin terpuruk. Oleh sebab itu perlu peran pemerintah dalam menyikapi hal tersebut, yaitu dengan cara menaikkan anggaran bantuan dana pada para pelaku UMKM dan terus mendorong pemanfaatan teknologi melalui program digitalisasi pemasaran, seperti melakukan kegiatan promosi menggunakan akun sosial media. Peran masyarakat pun sangat diharapkan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yaitu dapat dilakukan dengan membeli produk UMKM via online. Dengan adanya peran dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan itu dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, agar segera pulih. Pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan nasional di tengah masa pandemi ini. *

Retno Utami

Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi,Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Dosen Pengampu: Putri Dwi Cahyani, SE., M.EI