Cari Benih Apa Saja Ada di Sini
KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Tanaman anggur kualitas unggul varietas Caroline Black Rose atau CBR tumbuh subur pada salah satu petak lahan Unit Hortikultura Ngipiksari Hargobinangun Pakem Sleman, Selasa (28/1/2020).
Daunnya hijau pertanda selalu dirawat. Hanya saja buahnya belum muncul. Apabila berbuah pada saatnya nanti bisa menarik minat banyak orang untuk datang.
Di pasaran, CBR merupakan salah satu jenis anggur yang paling banyak dicari karena buahnya berwarna hitam berukuran cukup besar.
Bukan hanya anggur, di pusat perbenihan ini terdapat pula bibit sirsat, jambu dan segala macam tanaman buah termasuk stroberi.
“Untuk sayuran kami mengembangkan tomat, cabai dan sawi bakso. Kita kan balai benih, jadi tanaman-tanaman ini dibenihkan. Jika tidak jadi benih dimungkinkan untuk buah produksi,” ungkap Sugeng Purwanto, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY saat menerima kunjungan Komisi B DPRD DIY.
Sedianya Sugeng mengajak Ketua Komisi B DPRD DIY Danang Wahyu Broto, Wakil Ketua RB Dwi Wahyu B dan Sekretaris, Atmaji, untuk jalan kaki mengelilingi kebun yang cukup luas itu, total sekitar 6,5 hektar. Karena keterbatasan waktu, hanya sebagian saja yang didatangi.
Di hadapan anggota komisi terdiri dari Tustiyani, Sudarto, Yuni Satia Rahayu, Agus Sumartono, Muh Ajudin Akbar, Hanum Salsabiela, RM Sinarbiyatnujanat, Aslam Ridlo, Nurcholis Suharman dan Widi Sutikno, lebih jauh Sugeng memaparkan kendala-kendala maupun permasalahan yang dihadapi instansi di bawah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Perbenihan dan Pengawasan Mutu Benih Tanaman Pertanian (BPPPMBPT) DIY itu.
Anggur varietas CBR tumbuh subur siap berbuah. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Persoalan yang dihadapi saat ini antara lain belum adanya kepastian mengenai pengelolaan Unit Hortikultura Ngipiksari ke depan, apakah akan dijadikan KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha) ataukah dikelola sendiri oleh Pemda DIY dengan tetap mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
“Sampai saat ini KPBU pertanian belum pernah ada. Itulah yang jadi PR kami. Kami maupun konsultan juga bingung. Akan lebih cantik jika segera ada kepastian. Di sini tarifnya sudah ada. Bibit buah juga ada,” papar Sugeng.
Bagaimana pun pertanian tetap harus memperoleh perhatian paling utama dan pertama. Daerah atau negara paling maju sekalipun tidak bisa begitu saja meninggalkan sektor pertanian.
Menanggapi itu, pimpinan Komisi B menyatakan perlu segera ada kesepakatan. Danang Wahyu Broto maupun RB Dwi Wahyu menilai sebenarnya Unit Hortikultura Ngipiksari sangat potensial dikembangkan.
Apalagi di lokasi tersebut terdapat aneka benih pertanian dan perkebunan. Artinya, masyarakat yang ingin mencari benih apa saja bisa datang di sini.
Masalahnya, sambung Atmaji, selama ini pengembangan sektor pertanian di Provinsi DIY terkesan jalan sendiri-sendiri. Belum ada sinergi dan koneksi antara satu instansi dengan instansi lain.
“Balai benih perlu disinergikan dengan Jogja Agro Techno Park (JATP) di Kulonprogo agar tidak tumpang tindih,” ungkapnya kepada wartawan.
Ke depan, kendala-kendala terkait pengelolaan Unit Hortikultura Ngipiksari akan dibahas lebih intensif pada rapat-rapat komisi yang membidangi perekonomian dan keuangan itu. (sol)