BNPT Kumpulkan Tokoh-tokoh Perempuan di DIY

BNPT Kumpulkan Tokoh-tokoh Perempuan di DIY

KORANBERNAS.ID – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengumpulkan tokoh-tokoh perempuan di DIY. Langkah itu merupakan bagian dari upaya membentengi kaum perempuan di provinsi ini dari pengaruh radikalisme dan terorisme.

Melalui kegiatan Perempuan Agen Perdamaian, Pelibatan Perempuan dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme, bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY, BNPT ingin mereka mampu menyebarkan pemahaman yang jelas terkait dengan bahaya radikalisme dan terorisme.

Kegiatan yang berlangsung sehari, Rabu (23/10/2019), di Royal Darmo Malioboro Hotel Jalan Kemetiran Kidul Yogyakarta kali ini diikuti 110 peserta.

Mereka berasal dari lintas agama, Muslimat NU, Aisyiyah, 10 sampai 15 orang lurah perempuan di DIY, penyuluh agama perempuan maapun duta damai perempuan.

Acara tersebut dihadiri antara lain Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY dr RA Arida Oetami M Kes, Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Dr Hj Andi Intang Dulung MHI, Ketua FKPT DIY Prof M Mukhtasar Syamsuddin M Hum Ph D of Arts maupun Tri Ari Astuti selaku ketua panitia acara.

Hadir pula Kepala Kesbangpol DIY Agung Supriyono, perwakilan dari Korem 072/Pamungkas, perwakilan dari Polda DIY, perwakilan Kejati DIY, KemenkumHAM DIY, Kemenag dan instansi lainnya.

Tri ari Astuti mengatakan kegiatan ini didakan untuk memberi gambaran secara jelas mengenai ancaman radikalisme dan terorisme sehingga semua elemen masyarakat bisa secara bersama-sama mewaspadai.\

Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Dr Hj Andi Intang Dulung MHI. (sholihul hadi/koranbernas.id)\

Andi Intang Dulung mengatakan, BNPT terinspirasi melibatkan perempuan dalam kegiatan ini dengan pertimbangan berdasarkan beberapa peristiwa yang terjadi, ternyata perempuan bukan hanya menjadi korban teror akan tetapi menjadi pelakunya.

“Kami berharap pimpinan-pimpinan organisasi perempuan ketika selesai mengikuti kegiatan ini, mereka akan menyampaikan informasi pencegahan radikalisme terorisme ke komunitas-komunitas perempuan,” jelasnya.

Dampak aksi terorisme memang tidak hanya merusak harta benda tetapi juga mengganggu stabilitas negara serta peradaban umat manusia.

Radikalisme dan terorisme merupakan ancaman terhadap kedaulatan negara. “Semua bentuk terorisme merupakan kejahatan, seperti merusak fasilitas umum atau merusak tempat ibadah. Radikalisme dan terorisme mengoyak dan membuat retak bangunan persaudaraan,” kata dia.

Andi Intang mencontohkan aksi terorisme di Surabaya dan Sibolga yang dilakukan perempuan melibatkan buah hatinya.

Berdasarkan hasil survei BNPT pada tahun 2018, kearifan lokal sangat efektif untuk menangkal radikalisme. Artinya, penanggulangan terorisme tidak hanya dilakukan oleh aparat saja.

Menurut dia, upaya pencegahan radikalisme dan terorisme harus ditanamkan sajak dini mulai dari lingkup terkecil keluarga.

Di rumah tangga, perempuan adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Berbahaya apabila keluarga terkena paham radikalisme dan terorisme.

Dia sepakat dibutuhkan kesadaran untuk wawas diri agar perempuan tidak masuk perangkap dan menjadi korbannya. Caranya adalah keluarga harus mampu membentengi diri. “Bahaya jika paham baru langsung diterima tanpa difilter,” ujarnya.

Dia menilai terorisme bukan single factor. Beberapa faktor lainnya bisa memicu aksi tersebut seperti kemarahan serta kemiskinan.

Pembukaan diskusi Perempuan Agen Perdamaian, Rabu (23/10/2019). (sholihul hadi/koranbernas.id)

Arida Oetami menambahkan, pencegahan radikalisme dan terorisme bukanlah pekerjaan ringan. Mengingat perempuan punya peran penting mereka perlu memperoleh pemahaman.

Dia mengapresiasi diselenggarakannya kegiatan tersebut dan sudah sepantasnya terus dilakukan. “Kami mengapresiasi acara ini semoga membawa dampak positif. Perempuan harusnya menjadi ujung tombak perdamaian tetapi sekarang terbalik, dan ini harus dicegah,” tegasnya.

Menurut dia, pelibatan perempuan secara formal pada acara seperti ini sangat relevan apalagi penduduk Provinsi DIY sepertiganya adalah kaum perempuan.

Sedangkan Prof Mukhtasar kepada wartawan menyatakan pelibatan perempuan untuk mencegah radikalisme dan terorisme bukan sebagai individu tetapi keluarga.

Ini terbukti pada kejadian aksi terorisme dan radikalisme perempuan tidak melakukannya seorang diri. “Kalau tidak bersama anak ya suami,” kata dia.

Itu sebabnya keluarga harus dikuatkan. Dia melihat pada situasi sekarang ini sepertinya perempuan belum sepenuhnya diperlakukan adil. Negara harus memberi penguatan terhadap peran perempuan sebagai agen perdamaian. (sol)