Berkat Nuklir, Batan Tingkatkan Hasil Panen Warga Klaten

Berkat Nuklir, Batan Tingkatkan Hasil Panen Warga Klaten

KORANBERNAS.ID -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) berhasil memperbaiki varietas padi Rojolele yang terkenal dan disukai masyarakat di Kabupaten Klaten. Keberhasilan ini diwujudkan dengan panen perdana varietas Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar di Kawasan Agro Techno Park (ATP), Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Selasa (22/10/2019).

Panen perdana sekaligus launching Rojolele Srinuk dan Srinar dilakukan oleh Bupati Klaten Sri Mulyani, Selasa (22/10/2019) siang. Sri menyampaikan harapan agar dua varietas padi yang dinilai lebih baik dari indukan Rojolele tersebut bisa ditanam secara massal dan meningkatkan kesejahteraan petani khususnya di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Inovasi yang dilakukan PAIR terhadap varietas padi Rojolele dapat memperpendek masa panen. Padi rojolele induk dipanen pada umur 155 hari, Srinar dan Srinuk hanya membutuhkan 120 hari saja. Penelitian dan inovasi BATAN dalam bidang pertanian ini dimulai sejak 2013.

Kepala PAIR, Totti Tjiptosumirat mengatakan, keberhasilan ini merupakan komitmen BATAN dalam memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai, khususnya di bidang pertanian. Selain itu, keberhasilan ini dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa pemanfaatan teknologi nuklir tidak hanya untuk senjata dan energi saja, melainkan dapat dimanfaatkan untuk berbagai bidang.

Hasil perbaikan varietas padi lokal Rojolele ini lanjut Totti, merupakan suatu bukti komitmen BATAN dalam memanfaatkan teknik nuklir untuk kesejahteraan masyarakat. Selain itu, BATAN juga membuktikan bahwa teknologi nuklir bukan hanya dikenal sebagai pemusnah massal dan juga hanya energi nuklir.

"Hingga saat ini banyak masyarakat yang mempunyai persepsi negatif pada energi nuklir, namun teknologi nuklir dapat dimanfaatkan di bidang lain, seperti pangan," imbuh Totti.

Sebagai lembaga pemerintah yang mempunyai tugas melakukan penelitian, pengembangan, dan pendayagunaan iptek nuklir, Totti menegaskan, BATAN mempunyai peran penting di bidang pertanian yakni dalam menghasilkan varietas unggul dengan memanfaatkan teknologi nuklir. Meskipun banyak varietas padi lain, namun varietas padi mutan BATAN diharapkan menjadi varietas unggul dan disukai oleh masyarakat, dan dapat mendukung program ketahanan pangan nasional.

Ia berharap, melalui kedua varietas ini, produksi padi di Kabupaten Klaten meningkat. Varietas padi mutan Rojolele (Srinar & Srinuk) diharapkan dapat lebih mendukung produksi padi Kabupaten Klaten, yang tentunya diharapkan memberikan dampak terhadap produksi padi Jawa Tengah.

"Dengan sendirinya, pendapatan daerah Kabupaten Klaten diharapkan lebih meningkat, perekonomian menjadi lebih baik dan memberikan dampak ke wilayah diluar Kabupaten Klaten hingga nasional," harapTotti.

Peneliti BATAN, Sobrizal menceritakan penelitian terhadap varietas Rojolele ini dimulai sejak tahun 2013. Masyarakat Klaten meminta agar BATAN dapat memperbaiki varietas Rojolele yang sangat disukai oleh masyarakat.

"Penelitian ini berawal ketika beberapa orang personil Pemerintah Kabupaten Klaten dan anggota DPRD berkunjung ke PAIR pada awal 2013," kata Sobrizal.

Setelah dilakukan perbaikan terhadap varietas Rojolele dengan radiasi sinar gamma pada dosis 200 Gy, menurut Sobrizal, dihasilkan varietas baru yakni Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar yang lebih unggul.

"Tinggi tanaman sekitar 105 cm sehingga tidak mudah rebah, sedangkan induknya 155 cm yg selalu rebah sebelum panen karena terlalu tinggi," tambahnya.

Sobrizal mengaku, kedua varietas ini mempunyai ketahanan hama penyakit lebih baik dan produksinya lebih tinggi mencapai 9 ton/ha bila dibandingkan dengan induknya yang hanya mencapai 7 ton/ha. Selain itu, mutu fisik beras dan mutu organoleptik (rasa nasi, aroma-red) setidaknya sama dan bahkan cenderung lebih baik dibandingkan induknya.

Kedua varietas ini sudah lolos pada sidang pelepasan varietas pada akhir Juni 2019, saat ini sedang menunggu Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Pertanian.

"Harapannya kedua varietas ini bisa ditanam masyarakat tani di Klaten secara luas dengan produksi dan kualitas beras tinggi, karena berasnya bagus bisa dijual lebih mahal, dan akan dapat meningkatkan penghasilan/kesejahteraan petani," tandasnya. (yve)