ASN di Yogyakarta Dibekali Pengetahuan Seputar Batik Terlarang

Keistimewaan Yogyakarta bukan hanya struktur pemerintahan, tetapi juga budaya, adat dan tata krama.

ASN di Yogyakarta Dibekali Pengetahuan Seputar Batik Terlarang
Peragaan Pawiyatan Busana batik oleh narasumber. (anung marganto/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Yogyakarta sebagai Kota Batik memiliki ragam motif batik. Sebagian merupakan batik terlarang atau batik larangan artinya tidak boleh dipakai oleh warga biasa termasuk ASN (Aparatur Sipil Negara) sekalipun.

Supaya tidak terjadi salah pakai, ASN Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta dibekali pengetahuan seputar motif-motif batik terlarang itu, di antaranya Parang Rusak Gendreh, Parang Klithik, Parang Rusak Barong, Udan Liris, Kawung.

Inilah yang dilakukan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Korpri Kota Yogyakarta. Sejumlah  ASN dikumpulkan untuk mengikuti kegiatan Pawiyatan Jawi: Busana, Unggah-Ungguh dan Salah Kaprah Basa bagi ASN Pemerintah Kota Yogyakarta, Jumat (18/10/2024), di Ruang Sambisari Hotel Cavinton Yogyakarta.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menyatakan Pawiyatan Jawi merupakan langkah penting memperkuat jati diri ASN sebagai representasi budaya Jawa yang unggul di tengah masyarakat.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti membuka Pawiyatan Jawi. (anung marganto/koranbernas.id)

“Keistimewaan Yogyakarta bukan hanya dalam struktur pemerintahan, tetapi juga terwujud dalam budaya, adat dan tata krama yang kita lestarikan. ASN memegang peran penting menjaga dan meneruskan nilai-nilai luhur ini, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat," kata Yetti.

Melalui pelatihan kali ini, ASN akan lebih memahami penggunaan busana adat yang benar, tata krama unggah-ungguh dan penggunaan bahasa Jawa yang tepat sesuai dengan konteks.

"Pelatihan ini membantu ASN tidak hanya untuk tampil profesional, tetapi juga menjaga identitas budaya yang membedakan Yogyakarta sebagai daerah yang istimewa," tambah Yetti.

Pelatihan Pawiyatan Jawi diisi dua narasumber ahli adat dan tradisi Jawa yaitu Faisal Noor Singgih dan Wahyuni Shinta Utami. Keduanya memiliki latar belakang mendalami tradisi Jawa dalam keseharian.

Busana adat

Peserta juga dibekali pengetahuan mengenai Busana Jawa Gagrag Ngayogyakarta untuk putra dan putri termasuk busana adat untuk anak perempuan yaitu sabuk wala dan untuk anak laki-laki kencongan.

Selan itu, juga Subasita dan Unggah-Ungguh yaitu pemahaman mengenai sopan santun dalam berbicara serta tata krama dalam perilaku sehari-hari, memberikan pelayanan publik dengan santun penuh penghormatan.

Yang tak kalah penting adalah pengetahuan mengenai Salah Kaprah Basa. Peserta belajar menggunakan bahasa Jawa yang benar dan sesuai konteks untuk mencegah kesalahan dalam komunikasi yang dapat menurunkan citra profesional ASN.

Melalui Pawiyatan Jawi, ASN diharapkan dapat memberikan pelayanan publik yang lebih berkualitas dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya lokal yang menjadi ciri khas Yogyakarta.

Akar tradisi

"ASN yang mampu menerapkan nilai-nilai budaya Jawa dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari akan berkontribusi pada citra positif Yogyakarta sebagai daerah yang berakar kuat pada tradisi namun tetap modern dalam pelayanan," kata Yetti Martanti.

Acara tersebut diikuti 75 peserta dan secara daring diikuti seluruh ASN Pemkot Yogyakarta dan masyarakat. Tujuan dari Pawiyatan Jawi untuk melestarikan nilai-nilai budaya Jawa, meningkatkan profesionalisme ASN, memperkuat identitas Keistimewaan Yogyakarta serta mencegah kesalahan penggunaan bahasa Jawa dalam pelayanan publik.

Ketua Dewan Pengurus Korpri Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, menyatakan pelatihan ini sebagai bentuk komitmen ASN melestarikan budaya lokal dan menjaga citra keistimewaan Yogyakarta.

"Pawiyatan Jawi bukan hanya sebuah pelatihan teknis tetapi juga bentuk tanggung jawab kita sebagai ASN untuk meneruskan warisan budaya dan menjaga tradisi luhur yang menjadi identitas Yogyakarta," ujarnya.

Tata aturan

Korpri Kota Yogyakarta memiliki tagline Korpri reborn sejak tiga tahun terakhir untuk membangun kebersamaan seluruh anggota.  Korpri Kota Yogyakarta menjadi juara pertama tingkat nasional pada 2023.

"Tujuan Korpri mensejahterakan anggotanya, agar ajur ajer harmonis selaras serasi. Diadakannya Pawiyatan Jawi untuk meningkatkan pemahaman tata aturan Jawi bagi seluruh ASN anggota Korpri agar paham kaidah-kaidahnya. Harapannya semua sejahtera lahir batin sehingga akan memberikan kontribusi iklim kondusif bagi kinerja aparatur Korpri Kota Yogyakarta," harapnya.

Aman Yuriadijaya menambahkan Korpri Kota Yogyakarta juga telah memiliki agenda-agenda inovatif di antaranya Kampung Bakti Pangemban Praja, Olahraga Tradisional, Pados Jodho dan unit bisnis retail Korpri. (*)