Mata Sang Matjan, Program Tur Seni Kelompok Perupa Bali untuk Melihat Lebih Tajam

Mata Sang Matjan, Program Tur Seni Kelompok Perupa Bali untuk Melihat Lebih Tajam
Kegiatan Matjan yang sebelumnya dilaksanakan di Kulidan Space Gianyar. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Sebuah program tur seni rupa yang digagas oleh Kelompok Matjan mampir ke Yogyakarta. Dalam kunjungan yang bertajuk Matjan ke Seberang ini membawa dua seniman rupa Bali yaitu Ardee dan Sumarjaya Gede. Selain Yogyakarta, kota-kota yang akan disambangi di “Seberang” adalah Jakarta dan Malang.

"Matjan adalah sebuah gagasan kolektif dari perupa tanah Dewata yang dimaksudkan sebagai salah satu saluran kreativitas bagi seniman-seniman yang karyanya layak dikenal oleh publik yang lebih luas," kata I Dewa Nyoman Ketha Sudhiatmika, inisiator Matjan dalam keterangan tertulisnya Sabtu (8/7/2023).

Di Yogyakarta, Matjan menghelat pamerannya di LibStud milik punggawa vokalis band FSTVLST, Farid Stevy. Acara ini berisikan pameran, kolaborasi dan workshop yang akan dilaksanakan pada 15-17 Juli 2023.

Dalam kesempatan ini, selain dipamerkan karya dari kedua seniman Matjan akan mengajak untuk mengolah sampah plastik dengan cara yang kreatif.

Pengunjung dapat berpartisipasi dengan mengikuti workshop pengolahan limbah plastik menjadi cenderamata atau aksesoris berupa patch (emblem) dan juga dompet. Selama tiga hari rangkaian pameran akan ada kotak sumbangan (donasi) yang bisa diisi seikhlasnya sebagai akses menyaksikan pameran dan juga mengikuti workshop.

"Pameran ini juga bertuajuan membuka/memperluas saluran kreativitas dan jejaring antar kota-antar seniman serta mengenalkan seniman-seniman muda underrated Bali kepada khalayak yang lebih luas," ujarnya.

Mata Matjan yang tajam, lanjut Ketha, ingin membawa  pengunjung melihat tanah kelahirannya dengan perspektif yang berbeda. “Perspektif yang tidak akan kita dapatkan dari brosur-brosur dan konten sosial media yang mengagungkan Bali sebagai destinasi pariwisata impian,” jelasnya.

Maka tersebutlah nama program tur seni rupa ini; Lihatlah: Bali. Ardee dan Sumarjaya Gede berusaha memvisualkan retaknya imaji ke-Bali-an yang selama ini dianggap utuh dan ajeg tanpa persoalan.

Artinya, tidak melulu dalam kerangka wacana yang luas, karya-karya mereka juga akan menghadirkan keseharian yang lebih memanusiakan Bali dan persoalan-persoalan di dalamnya.

Lebih lanjut Ketha menjelaskan, persoalan alih fungsi lahan menjadi properti komersial nan cantik, persoalan banjir yang menjadi salah satu konsekuensi dari alih fungsi lahan, persoalan sampah yang dihasilkan dari turisme massal, dan gesekan-gesekan lain antar manusia, atau antara manusia dengan alam.

"Meski kritis, karya-karya mereka jauh dari usaha menjatuhkan Bali sebagai sebuah destinasi wisata populer," kata dia.

Menurutnya karya-karya ini hampir tidak mungkin melakukan hal tersebut secara skala wacana dan sumber daya. Maka “memanusiakan Bali” adalah tujuan yang dirasa lebih tepat.

"Program ini mengadaptasi cara tur teman-teman band indie, Matjan pun menuju seberang. Mengumpulkan sumber daya secara mandiri, menghubungi rekan dan mengundang kawan. Yang membedakan hanya jenis karya yang dibawakan," tandasnya. (*)