Anak Muda, Ali Topan dan Knalpot Brong

Anak Muda, Ali Topan dan Knalpot <i>Brong</i>

MESKI sekarang negeri ini diguyur transportasi sistem online, tapi anak-anak muda kita usia remaja SMA maupun anak kuliah lebih tertarik dan memilih mengendarai motor sendiri. Alasannya sederhana, lebih hemat dan cepat.

Pada dasarnya, anak muda memang selalu ingin tahu, mencoba hal-hal baru, tampil beda dan atau ngepop. Seperti halnya, dalam berkendara, tak jarang mereka unjuk gigi di jalanan dengan menggeber-geber motor dengan suara knalpot tertentu.

Tak jarang, mereka ini suka utak-utik motornya dengan variasi yang neko-neko. Salah satunya dengan mengganti knalpot standar bawaan pabrik dengan knalpot lain, yakni knalpot brong yang memproduksi suara keras, kasar dan polutannya tinggi. Kita tahu, knalpot itu ada yang standar, racing maupun model brong yang katup pembuangannya jauh lebih longgar.

Padahal untuk memensiunkan knalpot standar diganti knalpot brong juga butuh biaya yang tak sedikit, bergantung material yang dipakai. Satu hal lagi, rata-rata anak muda ini masih sekolah atau kuliah. Artinya, untuk menopang kebutuhannya pun masih tergantung uluran tangan orangtuanya. Jika kemudian mereka seenaknya ngebrong, sama halnya menambah anggaran bagi orangtua.

Banyak jalan menuju Roma, tak ada rotan akar pun jadi. Untuk memuaskan hasrat hobi ngebrong, ada saja cara mereka menutup biaya asal keinginannya tersalurkan. Seperti minta uang ke orang tua murni untuk membeli knalpot brong, kemudian ada yang rela menyisihkan uang sakunya lantas ditabung untuk menggenapkan harga knalpot idamannya.

Ada cara lain yang dilakukan, saat mereka sadar diri tak punya uang. Mereka patungan dengan kawan-kawan satu group. Secara bergilir bisa terbeli knalpot impian, bahkan mereka acap melakukan arisan asesoris motor, termasuk arisan knalpot. Ada juga anak-anak yang mengumpulkan uang demi bisa membeli knalpot brong dari menjual sparepart kendarannya yang sudah tidak terpakai.

Sebenarnya, anak-anak muda sadar sesadar-sadarnya, jika mereka berknalpot brong itu tidak disukai banyak orang, baik di lingkungan kampung, perumahan, apalagi di jalanan. Bahkan mereka paham betul pemasangan knalpot brong itu bakal dikejar-kejar aparat keamanan, dan mereka kerap memainkan peran dalam film kartun, “Tom and Jery,” berkejaran, ngumpet, muncul lagi dan ngece-ngece patugas.

Suka tak suka knalpot brong sekarang menjadi tren sebagian kaum muda kita. Tak terbatas anak muda kota saja, tapi sudah menjangkiti anak-anak muda kampung, pinggiran dan pelosok desa. Mungkin di antara kita mengalami masa-masa muda dengan eksotika knalpot brong, tapi tak sedikit di antara kita juga yang tak sempat mengalaminya. Kalau pun ada yang mengingatkan atau mengomentari suara knalpotnya, anak-anak ini pun siap dengan jawaban, “seperti nggak pernah muda saja.” Jawaban ini seolah menegaskan pada kita untuk memaklumi sepak terjang anak-anak muda.

Poin kelebihan knalpot brong memang meningkatkan performa kuda besinya lebih kencang atau maksimal dan memberi impresi lebih garang. Namun, tak sedikit dampak geberan knalpot brong di jalanan. Selain, membuat bising atau berisik, knalpot satu ini rentan menimbulkan kecelakaan lalulintas di jalanan. Karena kerap mereka yang ngebrong ini memacu motornya ugal-ugalan yang suara knalpotnya pun acap membikin gaduh, merobek konsentrasi diri dan pengguna jalan lain, sehingga rentan keselamatan dan ketertiban berkendara. Senggolan jadi bibit tawuran remaja antar kelompok atau geng bahkan kampung.

Mengapa anak-anak muda suka menggunakan knalpot brong ketimbang standar, pertama tak lebih sekadar anut grubyug, ela-elu dengan kawan-kawan sekelompoknya. Atau lebih meniru kelompok lain yang tampak gagah di jalanan dengan the brong-nya. Kepuasan menjadi orientasi mereka. Kedua, bisa saja anak-anak ini sedang berjuang menutupi kekurangan maupun ketakutannya. Bukan mustahil, anggota kelompok akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengimbangi komando groupnya. Mereka ini takut dikeluarkan atau dikucilkan dari kaukusnya, Ketika sampai deadline tertentu tak bisa memenuhi target kelompok, yakni bermotor brong.

Ketiga, ada alasan psikologis yang yang menyebabkan anak-anak muda ini menikmati knalpot bising. Mereka adalah orang-orang yang ingin diperhatikan atau haus akan eksistensi. Namun cara mereka mendapatkan pengakuan lewat arogansi melalui suara knalpot. Mungkin, nilai publik sangat berbeda dengan nilai mereka. Para bronger ini tak peduli lagi dengan label atau predikat anak berandal, anak jalanan, anak kurang ajar, anak gedibal atau anak pembuat onar. Bahkan tak mempermasalahkan lagi kala kena razia. Mereka seolah bergeming dan kerap kapok lombok dengan ancaman maupun sanksi dari negara maupun sosial. Anak-anak muda pengendara knalpot brong ini, begitu tipis kala menyebut antara hobi, kreativitas ataukah bagian juvenile delinquency.

Idola

Memang, secara regulasi kita punya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ) Pasal 285 ayat (1) berbunyi, setiap orang yang mengemudikan motor di jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot, dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3), dipidana dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp 250 ribu. Knalpot merupakan salah satu persyaratan teknis kendaraan dapat dikemudikan di jalan.

Apesnya, secara konvoi ataupun solo, pengendara motor knalpot brong saat di jalan, meski punya surat-surat lengkap, seperti SIM, STNK, ternyata juga takut, tidak tenang kala menghadapi razia polisi di jalan. Regulasi lalulintas secara tegas menolak knalpot tak standar. Selain menertibkan pengendara berknalpot brong, aparat juga perlu mengedukasi industri kecil knalpot, agar produk mereka sesuai standar. Jika pun ada pemesanan knalpot brong alangkah baiknya ada surat izin atau rekomendasi terkait penggunaan knalpot tersebut untuk agenda atau event apa.

Edukasi, kontrol, ketegasan penindakan dari aparat perli dilakukan secara kontinyu. Jika anak-anak muda ini tetap memaksakan kehendak, maka mereka dipaksa dan patuh aturan. Identitas penting, tapi terpenting adalah aktor dan spirit di dalamnya terus bergerak untuk terus dan selalu menghormati hak-hak orang lain di jalan. Penting hadirnya edukasi dari tripusat pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat), merangkul anak-anak brong agar mereka tak merasa ada pembiaran.

Film “Ali Topan Anak Jalanan,” karya Teguh Esha, sekurangnya bisa menjadi referensi kaum muda kita, tanpa ngebrong tetap jadi idola. Masih banyak cara lain untuk membuat anak muda populer tanpa harus brong-brongan. Kontes, atau event pada sirkuit balapan menjadi lahan, kanal bahkan pemuas passion yang tepat bagi pecinta kendaraan ngebrong. Bagi pemotor brong, empan papan wajib menjadi pertimbangan.

Susah saatnya anak-anak muda meralat capaian dan prestasi yang pernah digenggamnya dengan poin baru yang menjulurkan segenap imajinasi, kreasi dan inovasi. Indonesia memanggil. *

Marjono

Kasubag Materi Nakah Pimpinan Pemprov Jateng